Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 215. Paviliun Lelang Merak Putih

Share

215. Paviliun Lelang Merak Putih

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 23:12:52
Kevin tidak menoleh, tetapi sebuah anggukan kecil dari dagunya cukup untuk menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan kehadiran mereka.

“Jangan ganggu mereka. Belum,” ucapnya, tenang seperti air danau dalam malam tanpa angin.

Valkyrie sempat meliriknya, nada suara curiga mulai merayap dalam ucapannya. “Tapi mereka tidak menyembunyikan niat membunuh. Energi mereka … bergetar dalam pola yang sama. Mereka sedang membaca medan, menilai celah, menunggu kelemahan.”

“Justru itu menarik,” Kevin membalas dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Senyuman yang lebih mirip bayangan dari masa lalu yang telah terbakar. “Mereka pikir bisa mengukur kedalaman samudra hanya dengan berdiri di tepinya dan mengintip dari atas batu.”

Udara di sekitar mereka mulai berubah. Angin gurun spiritual yang biasanya kering tiba-tiba membawa aroma yang berbeda—aroma giok terbakar dan bunga anggrek langka. Kota Surgawi menyambut pagi hari, dan lapisan-lapisan energi spiritual semakin terlihat jelas, seperti kabut y
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 2/2 Selesai. Bab Utama : 2/2 Selesai. Bab ini merupakan bab terakhir hari ini ... selamat beristirahat.

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   225. Kesadisan Api Iblis Abadi

    Seorang tetua dari Sekte Pedang Iblis memekik, “T-Tidak mungkin... Itu... Api Iblis dari Legenda Langit Surgawi! Mustahil...!” Suaranya parau, gemetar seperti daun di tengah badai.Warna api itu bukan merah biasa. Ia bukan cahaya hangat dari tungku atau nyala liar dari ledakan. Api ini—merah kehitaman, pekat seperti darah tua yang telah bercampur dengan malam, dan di sekelilingnya—ada semburat ungu yang berdenyut aneh, seolah garis batas antara dunia nyata dan neraka itu sendiri. Api itu menari, bukan dengan kebebasan, tapi dengan niat, dengan hasrat haus jiwa yang menjijikkan dan memukau dalam satu waktu.Setiap lidah apinya berkelok seperti tarian setan yang mabuk darah, dan bukannya menyebar liar seperti api biasa, ia melesat—presisi seperti panah, mengarah pada setiap musuh Kevin satu demi satu. Suara “SSSSTT” yang tajam terdengar setiap kali api itu mengenai tubuh, menembus kulit tanpa ampun, menyusup jauh ke dalam tulang, lalu… membakar dari dalam.Teriakan pertama datang dari s

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   224. Devil Flame Strike

    Sisa petir masih mengendap di udara, berdesis samar di antara puing-puing aula yang hangus terbakar cahaya. Lantai retak, dinding hitam berasap, dan langit di atas mereka—yang dulu melindungi—kini seperti langit yang sudah menyerah pada keputusasaan. Petir sudah reda, tapi kini hawa lain, lebih sunyi, lebih dingin, dan jauh lebih mengerikan mulai menyelimuti ruangan.Udara perlahan memanas—bukan hangat seperti sinar matahari pagi, tapi panas yang terkompresi, seperti tekanan napas terakhir bumi sebelum dilumat kehancuran. Setiap hembusan terasa seperti debu api, menyusup ke dalam paru-paru, menyakitkan, seolah dunia ini sendiri bersiap untuk lenyap.Lalu, langkah-langkah berat terdengar bergema.Tap ... Tap ... Tap ...Kevin melangkah maju dari balik asap. Sepatu hitamnya menyentuh lantai yang retak dengan bunyi lembut, tapi menyayat, seperti suara penyesalan terakhir sebelum maut. Jubahnya mengepul, robek di beberapa bagian oleh kekuatan yang barusan dilepaskannya, tapi auranya tetap

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   223. Infinity Lightning Blast

    Langit mendadak menegang, seperti dada seorang raksasa kuno yang menarik napas dalam sebelum menghembuskan kutukan terakhirnya. Awan-awan kelabu yang semula diam kini berdenyut aneh, seperti jantung makhluk kuno yang dibangkitkan dari tidur abadi. Mereka berputar cepat, membentuk pusaran angkasa dengan cahaya keunguan menyala di tengahnya—seperti mata dewa yang perlahan terbuka, mengawasi dunia di bawahnya.Seketika, atmosfer berubah. Udara di aula menjadi pekat, sulit dihirup, seolah oksigen telah digantikan oleh aura kematian. Para cultivator merasakan kulit mereka meremang, bulu tengkuk berdiri tanpa perintah. Dada mereka terasa berat, seperti ditindih oleh batu langit yang hendak runtuh.Lalu, suara itu datang dengan cepat ...“INFINITY LIGHTNING BLAST!”Teriakan Kevin memecah langit, bukan hanya keras, tapi menggelegar hingga menyentuh tulang sumsum. Suaranya bukan sekadar nama jurus—melainkan perintah kepada langit untuk bertindak. Dan ... langit menjawab dengan cepat.KRAAAAKKK

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   222. Flying Sky Swords

    “FLYING SKY SWORD!”Suara Kevin meledak, bukan seperti pekikan biasa, melainkan seperti bunyi lonceng ilahi yang menghantam jiwa. Bergema di seluruh aula, suara itu menusuk hingga ke dinding-dinding batu yang menghitam karena aura sebelumnya. Seketika itu juga, tubuh Kevin menghilang. Tapi bukan lenyap karena kecepatan semata—melainkan seperti menguap menjadi cahaya, meninggalkan kesan bahwa ruang dan waktu sendiri enggan menahan keberadaannya.“Dia ... menghilang?” bisik seorang murid muda dari Sekte Bambu Hitam dengan suara tercekat. Suaranya hanya angin yang lewat—karena tak ada yang menjawab. Semua terlalu terpaku oleh kekosongan yang ditinggalkan Kevin, hanya jejak angin yang berputar liar dan debu yang terangkat dari lantai—bertabrakan seperti bintang yang patah arah.Lalu ...WUUUSSHH!Langit-langit aula yang menjulang tinggi memecah oleh satu kilatan cahaya—Kevin kembali muncul, namun bukan lagi sebagai manusia biasa. Sosoknya melayang, tubuhnya diselimuti pusaran energi keema

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   221. Demon Strike Sword

    Dua cultivator dari Sekte Petir Langit, yang barusan mengaktifkan teknik pertahanan mereka, mendadak membeku di tempat. Mata mereka membulat, tubuh mereka bergetar hebat—tapi bukan karena luka fisik. Aura ilusi para dewa telah menyusup masuk langsung ke inti spiritual mereka, merusak formasi dantian dengan presisi mengerikan.Dan kemudian ...Kabut darah menyembur.Tubuh mereka meledak—bukan secara kasar seperti ledakan biasa, melainkan seolah-olah mereka diuraikan dari dalam ke luar. Hanya serpihan tulang, daging yang hangus, dan pakaian yang sobek seperti kertas yang tersisa di lantai marmer yang retak.Para cultivator lain yang menyaksikan hanya bisa menelan napas. Tak seorang pun berani bergerak.Seorang tetua dari Sekte Awan Putih berbisik pelan dengan wajah pucat, “Itu bukan teknik biasa ... itu bukan hanya ilusi. Setiap sosok bayangan itu membawa fragmen roh pembunuh.”Kevin berdiri tegak di tengah medan. Tubuhnya tidak bergerak, namun dunia seolah berputar mengelilinginya. Keh

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   220. Phantom Gods Blast

    Gema keributan di luar aula belum sempat mereda ketika langit tiba-tiba berubah menjadi pekat kelam—bukan malam, tapi kegelapan yang seolah ditumpahkan dari jurang neraka. Awan berputar cepat seperti pusaran amarah dewa-dewa lama, dan dalam satu kilatan yang menyilaukan, petir-petir ungu menyambar bumi dengan murka surgawi.Suara gemuruh menghantam seperti genderang kiamat. Pilar luar Paviliun Lelang Merak Putih runtuh satu per satu, hancur menjadi puing yang terlempar ke udara, sementara tanah spiritual yang suci retak—menganga seperti mulut raksasa dari dunia bawah yang baru saja dibangunkan.Dari segala penjuru, pasukan bersenjata dari Sekte Naga Emas menerobos masuk. Seragam mereka berkilat oleh percikan energi roh, wajah mereka keras, sorot mata haus kekuasaan. Tapi mereka bukan datang untuk melindungi siapa pun—mereka mengincar satu hal ... Topeng Iblis.Di tengah kekacauan itu, sesosok makhluk bertudung muncul dari bayangan. Gerakannya nyaris tak terlihat, seperti kabut kelam ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status