SWING – SWING – SWING!Seribu anak panah melesat dalam formasi sempurna, menciptakan pemandangan menakjubkan seperti hujan meteor di langit malam. Namun anehnya, bukan mengarah pada para kultivator di tengah, melainkan ke berbagai titik di permukaan es sekeliling bukit.Tian Guan Zong dan yang lain menatap bingung, tak mengerti arti serangan yang meleset ini, seperti orang yang melihat hantu di siang bolong."Apa yang ..." belum selesai Xuan Dao berkata, suara ledakan dahsyat memenuhi lembah seperti ratusan guntur yang menggelegar bersamaan."BUM! BUM! BUM!"Ledakan beruntun terdengar dari segala arah, menciptakan simfoni kehancuran yang memekakkan telinga.Anak-anak panah telah mengenai titik-titik strategis di mana bom qi telah ditempatkan sebelumnya. Permukaan es retak dalam pola yang terencana sempurna, seperti jaring laba-laba raksasa yang menjalar dengan cepat.Bukan ledakan biasa, ini adalah bom qi spiritual tingkat tinggi yang dirancang untuk menghancurkan struktur es hingga k
Kepulan uap putih mengambang di udara dingin saat Yue Lin menghela napas puas. Kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan zirah bersidekap di dada, matanya yang tajam mengawasi lubang hitam menganga di permukaan es—hasil dari ledakan terencana yang baru saja menghancurkan semua kultivator terkuat dari dua wilayah. Angin dingin bertiup, mengantarkan butiran-butiran salju yang menari-nari di sekitar kapal roh Kekaisaran Matahari Emas yang melayang megah di langit."Jendral Batur," suara Yue Lin terdengar jernih namun penuh otoritas, "periksa lubang itu. Pastikan tidak ada yang selamat."Seorang pria kekar dengan baju zirah lebih tebal dan ukiran naga emas di dadanya membungkuk hormat. Wajahnya yang keras dengan bekas luka di pipi - tanda melewati banyak pertarungan - tidak menunjukkan emosi apa pun."Sesuai perintah, Tuan Putri," jawabnya singkat.Jendral Batur mengaktifkan sayap mekanis di punggungnya. Qi emas mengalir ke dalam mekanisme rumit, membuat sepasang sayap logam berkil
Yue Lin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, wajahnya berseri-seri dengan kebanggaan yang tak tersembunyi."Kekaisaran Jin Shuang, Aliansi Lima Misteri, semua sekte dari Dataran Tengah—mereka hanyalah pion-ku!" "Aku membiarkan mereka saling membunuh, saling melemahkan, sambil perlahan menuntun mereka ke tempat ini." Matanya berkilat berbahaya. "Semua agar rencanaku berjalan sempurna. Tidak ada yang tersisa untuk menantang klaim Kekaisaran Matahari Emas atas harta Dinasti Xi Tian!"Jendral Batur akhirnya bangkit, wajahnya kini menunjukkan sedikit kekaguman, namun penuh penjilatan. "Tuan Putri sungguh layak menjadi permata Kekaisaran Matahari Emas. Khagan akan sangat bangga.""Tentu saja," Yue Lin tersenyum, merapikan kepingan rambutnya yang sedikit berantakan, keluar dari helm zirahnya. "Tapi pekerjaan kita belum selesai. Sekarang saatnya mengklaim hadiah kita."Dengan gerakan penuh percaya diri, Yue Lin mengaktifkan sayap mekanisnya sendiri—lebih kecil dari milik prajurit namun deng
Kegelapan... Rasa dingin yang menusuk, masuk hingga ke tulang. Rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh... Itulah yang pertama kali Rong Tian rasakan saat kesadarannya perlahan kembali. Tubuhnya terbaring di atas permukaan keras dan dingin, sementara kepalanya berdenyut seolah dihantam ribuan palu. Ia mencoba menggerakkan jarinya— ternyata masih berfungsi. Kemudian pergelangan tangan, lengan, dan akhirnya seluruh tubuh."Ugh..." erangan pelan lolos dari bibirnya yang pecah-pecah. Dengan susah payah, Rong Tian memaksa matanya terbuka, hanya untuk disambut oleh kegelapan hampir total.'Di mana ini?'Ingatan terakhirnya adalah ketika berada di persembunyian bersama Duan Meng dan Fan Liu, mengamati pertarungan para kultivator. Kemudian ledakan dahsyat, retakan es, dan perasaan terjatuh tanpa akhir ke dalam jurang hitam yang seolah menelan segala cahaya.Rong Tian mencoba duduk, menahan desisan ketika merasakan tulang rusuknya yang retak. Dengan gerakan hati-hati, ia mengeluarkan jima
Tepat saat kera iblis melepaskan semburan api merah dari mulutnya, kabut hitam pekat keluar dari telapak tangan Rong Tian, menyebar dengan cepat memenuhi terowongan.BOOOM!Api merah berbenturan dengan kabut hitam, menciptakan ledakan energi yang menggetarkan seluruh gua.Di balik kabut pelindungnya, Rong Tian mengeluarkan jimat dari kantong penyimpanan."Jimat Api Neraka."Jimat itu terbakar dengan api hitam di tangannya. Dengan presisi, Rong Tian melemparkannya menembus kabut. Jimat menempel di dada kera iblis, sebelum meledak dalam kobaran api hitam yang membungkus tubuh raksasa itu.ROAAR!Raungan kesakitan memenuhi terowongan.Kera iblis menggila, memukuli dinding dan pilar di sekitarnya, berusaha memadamkan api hitam yang terus membakar dagingnya."Api Neraka tidak bisa dipadamkan dengan cara biasa," Rong Tian berkata dingin, melangkah keluar dari kabut."Api itu akan terus membakar hingga targetnya menjadi abu."Namun, kera iblis tidak menyerah begitu saja. Di tengah rasa sakit
Derap langkah bergema di dinding lorong sempit, hanya sedikit mengalahkan gemuruh detak jantung Rong Tian yang berlari sekuat tenaga. Napasnya pendek dan cepat, kabut putih terbentuk setiap kali ia menghembuskan udara dalam terowongan lembab yang dingin. Di belakangnya, suara geraman dan langkah-langkah berat sepuluh kera iblis semakin mendekat—bagaikan awan badai yang tak terelakkan.Ibarat menggaruk gatal dengan sepatu besi, batin Rong Tian mengutip pepatah kuno — melakukan sesuatu yang hanya memperburuk keadaan. Setiap belokan yang ia ambil hanya membawanya semakin dalam ke labirin bawah tanah tanpa tanda-tanda jalan keluar."Jimat Api Kematian!" teriaknya, melemparkan jimat merah berukir simbol api ke belakang tanpa menoleh.Ledakan memekakkan telinga memenuhi lorong, menggetarkan dinding-dinding batu kuno. Cahaya merah menyala terang untuk sesaat, menerangi permukaan batu yang berlumut dan stalaktit yang menggantung mengancam. Rong Tian melirik sekilas ke belakang, berharap se
Sinar kebiruan dari jimat penerang memantul di dinding-dinding perpustakaan kuno, menciptakan bayangan yang menari di antara rak-rak manuskrip. Rong Tian mengelilingi ruangan luas itu, jemarinya menyentuh pilar-pilar jade hitam yang dingin, matanya meneliti setiap sudut dan celah yang mungkin menjadi jalan keluar.Setelah mengagumi keindahan tempat itu beberapa saat, naluri bertahan hidupnya kembali mengambil alih. "Tempat seindah ini mungkin saja menjadi kuburanku jika aku tidak segera menemukan jalan keluar," pikirnya.Sejurus kemudian.. Rong Tian kembali ke dinding tempat ia terdorong masuk tadi. Permukaan batu halus itu kini tampak solid tanpa tanda-tanda pintu atau mekanisme pembuka. Ia mengetuk-ngetuk batu, mencari bagian yang berongga, namun seluruhnya terdengar padat."Harus ada cara keluar," gumamnya, mulai mengalirkan qi hitam ke telapak tangannya. "Jurus Cakar Setan!"Qi hitam membentuk cakar energi di tangannya, yang ia hujamkan ke dinding batu. Percikan energi memercik
Di penghujung bulan kelima, Rong Tian merasa siap untuk jurus terakhir dan tertinggi "Langit Barat Tanpa Batas." Jurus ini berbeda dari enam jurus sebelumnya. Ini bukan sekedar gerakan pedang atau aliran qi, tapi pembentukan domain—ruang di mana praktisi menjadi penguasa absolut.Tujuh hari tujuh malam Rong Tian bermeditasi tanpa henti, tubuhnya melayang beberapa inci di atas lantai perpustakaan. Qi keemasan berputar di sekitarnya seperti galaksi mini, semakin lama semakin cepat dan padat.Pada malam ketujuh, tepat di tengah meditasinya, sesuatu dalam diri Rong Tian terasa retak. Bukan rasa sakit, melainkan seperti tembok yang selama ini membatasinya akhirnya runtuh. Matanya terbuka lebar, memancarkan cahaya keemasan. Tubuhnya bergetar hebat, melayang semakin tinggi."Terobosan..." bisiknya, menyadari apa yang terjadi.Qi dalam tubuhnya berputar semakin cepat, menciptakan pusaran energi yang begitu kuat hingga buku-buku di rak terdekat beterbangan. Sensasi panas yang luar biasa mem
Xiao Hu menatap gurunya dengan bingung."Menghindar? Tapi bukankah mereka perampok? Kereta kita ditarik empat kuda perkasa, jelas menunjukkan bahwa kita bukan orang biasa. Seharusnya mereka justru tertarik, bukan?""Seperti kata pepatah, 'bahkan harimau pun tahu kapan harus mundur'," jawab Rong Tian, masih menatap ke luar jendela."Ada sesuatu yang tidak kita ketahui."Perjalanan mereka berlanjut tanpa gangguan, melewati hutan-hutan lebat, sungai-sungai jernih, dan lembah-lembah hijau yang membentang luas.Dua hari berlalu dengan damai, tanpa satu pun perampok atau bandit yang berani menghadang mereka. Fenomena yang sangat tidak biasa untuk jalur perdagangan yang terkenal berbahaya ini.Pada sore hari ketiga, mereka akhirnya melihat tembok tinggi Kota Fengluo di kejauhan. Kota ini, yang terletak di kaki Gunung Fengluo, adalah pusat perdagangan dan kultivasi terbesar di bagian utara Dataran Tengah.Tembok kotanya yang tinggi dan kokoh dilapisi formasi perlindungan yang berpendar kebiru
Malam telah merangkak naik di langit Kota Tianzhou, menyelimuti jalanan dengan kegelapan yang hanya diterangi oleh lentera-lentera yang bergoyang pelan tertiup angin.Bintang-bintang berkilauan di langit seperti permata yang ditaburkan di atas kain beludru hitam, menyaksikan dalam diam saat kereta kayu berukir dengan empat kuda hitam perkasa melaju keluar dari gerbang utara kota.Rong Tian duduk dengan tenang di dalam kereta, matanya terpejam seolah bermeditasi. Di hadapannya, Xiao Hu masih terjaga, sesekali melirik keluar jendela dengan waspada.Kejadian dengan Guru Negara Long Jian beberapa jam lalu masih membekas jelas dalam ingatannya, menciptakan campuran rasa kagum dan kekhawatiran yang tidak bisa ia sembunyikan."Shizun," Xiao Hu akhirnya memberanikan diri memecah keheningan. "Apakah Guru Negara Long Jian benar-benar akan mencari kita di Sekte Hehuan?"Rong Tian membuka matanya perlahan, cahaya bulan yang menembus jendela kereta menciptakan kilau misterius di matanya yang dalam
Long Jian menatap Rong Tian dengan tatapan menilai. Keheningan yang mencekam menyelimuti jalan itu selama beberapa saat, hanya diinterupsi oleh suara angin yang masih bertiup kencang."Anda berbicara dengan baik, tuan muda," ucap Long Jian akhirnya. "Tapi kata-kata tidak selalu mencerminkan kebenaran. Mari kita lihat apakah kekuatan Anda sehebat mulut Anda."Tanpa peringatan, Long Jian menggerakkan tangannya dalam gerakan cepat yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa. Telapak tangannya mendorong udara kosong di hadapannya, namun efeknya luar biasa. Gelombang qi biru keperakan melesat ke arah Rong Tian dengan kecepatan luar biasa, membuat udara bergetar dan tanah di bawahnya retak."Telapak Langit Runtuh," bisik Long Jian, suaranya hampir tidak terdengar.Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan batu granit, bahkan membuat kultivator Tahap Eliksir Emas level satu terluka parah. Long Jian jelas berharap untuk mempermalukan pemuda lancang di hadapannya, membuktikan bahwa ada ja
Cahaya senja menyinari meja kayu tempat Rong Tian dan Xiao Hu masih duduk dengan tenang. Hidangan yang tadinya mengepul panas kini sudah dingin, tersentuh hanya sedikit. Kejadian dengan Penatua Wei telah menghilangkan selera makan mereka, meski Rong Tian tetap menikmati Arak Bunga Peach dengan ketenangan yang kontras dengan ketegangan di sekitarnya."Kita berangkat malam ini juga," ucap Rong Tian setelah meletakkan cawan araknya. Matanya menatap keluar jendela, mengamati langit yang mulai berubah warna dari jingga keemasan menjadi ungu kemerahan. "Tidak bijaksana berlama-lama di kota yang tidak bersahabat."Xiao Hu mengangguk cepat, masih terpesona dengan kekuatan Shizun-nya yang baru saja ia saksikan. "Ke mana kita akan pergi, Shizun?""Kota Fengluo," jawab Rong Tian singkat. "Kita harus tiba sebelum perhelatan di Sekte Hehuan dimulai."Lao Wang, yang sejak tadi diam dengan wajah pucat, akhirnya bersuara. "Saya akan mengambil kereta di penginapan, Tuan. Kita sudah membayar untuk
Tantangan itu membuat Penatua Wei terdiam sejenak.Ia bisa merasakan aura dingin yang memancar dari pemuda di hadapannya, sesuatu yang tidak biasa untuk kultivator seusianya. Namun, egonya terlalu besar untuk mundur di hadapan murid-muridnya."Baiklah, jika itu yang kau inginkan!" Penatua Wei mengambil posisi bertarung, energi qi biru keperakan mulai berputar di sekitar tubuhnya."Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan kau lupakan!"Dengan gerakan cepat, Penatua Wei melancarkan serangan pertama. Telapak tangannya yang besar bergerak dalam pola rumit, menciptakan gelombang qi yang melesat ke arah Rong Tian.Udara bergetar saat energi qi biru keperakan itu membelah ruangan, menghancurkan beberapa piring dan mangkuk yang berada di jalurnya."Telapak Awan Menggulung!" teriak Penatua Wei, suaranya penuh keyakinan.Rong Tian menatap gelombang energi yang mendekat dengan ekspresi tenang. Tidak ada ketakutan, tidak ada keraguan di matanya yang dalam. Bahkan tidak ada gerakan untuk meng
"Dan itu membuat cerita tentang mereka semakin mengerikan," lanjut Rong Tian, matanya masih menatap ke luar jendela."Semakin sedikit orang melihat kultivator iblis yang sebenarnya, semakin liar imajinasi mereka tentang kekejaman dan keburukan kami."Xiao Hu terdiam, mencerna informasi ini. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia dilatih oleh seorang kultivator iblis, namun Shizun-nya tidak pernah menunjukkan kekejaman atau keburukan seperti yang digambarkan dalam cerita-cerita mengerikan.Pelayan kembali dengan daftar hidangan, tangannya masih gemetar hebat."S-silakan pilih hidangan yang Tuan inginkan..."Rong Tian melirik daftar tersebut sekilas."Bebek Panggang Saus Plum Kerajaan, Sup Sarang Burung dengan Jamur Putih, dan Nasi Delapan Harta. Untuk minumnya, Arak Bunga Peach dari Gunung Kunlun."Pelayan itu mengangguk cepat dan segera berlari ke dapur, seolah takut berada terlalu lama di dekat mereka. Di sekitar mereka, para pengunjung mulai menghabiskan makanan mereka dengan tergesa
Matahari senja menyirami jalanan berbatu Kota Tianzhou dengan cahaya keemasan yang lembut, menciptakan bayangan panjang dari bangunan megah yang berjajar rapi.Udara musim gugur terasa sejuk dan menyegarkan, membawa aroma daun maple yang mulai memerah dan bunga chrysanthemum yang mekar di taman kota.Rong Tian melangkah dengan tenang di sepanjang Jalan Bunga Perak, salah satu jalan utama di distrik perdagangan Kota Tianzhou. (Catatan Kereta kuda mereka titip di penginapan)Di belakangnya, Xiao Hu dan Lao Wang mengikuti dengan langkah sedikit tergesa, masih terpengaruh ketegangan dari konfrontasi di Restoran Sembilan Rasa Surgawi."Shizun," Xiao Hu berbisik, matanya masih melebar karena takjub dengan kekuatan yang baru saja ia saksikan."Apakah tidak apa-apa kita masih berada di kota ini? Mungkin kita sebaiknya...""Lapar tidak mengenal rasa takut, Xiao Hu," potong Rong Tian dengan suara tenang. Matanya yang tajam menelusuri deretan kedai dan rumah makan yang berjajar di sepanjang jala
Rong Tian hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, seolah baru saja menyaksikan pertunjukan teh yang membosankan. Tidak ada kebanggaan, tidak ada ejekan, hanya ketenangan yang dalam seperti danau di puncak gunung. Ketenangan itulah yang justru membuat Nona Kelima semakin marah dan malu.Seluruh restoran kini sunyi seperti kuburan di tengah malam. Para pengunjung yang tadinya berani mencibir dan mengutuk kini berdiri mematung, wajah mereka pucat seperti kertas. Beberapa bahkan mundur hingga punggung mereka menempel ke dinding, seolah ingin menerobos tembok dan melarikan diri dari kehadiran pemuda misterius yang menakutkan ini."Dia... dia melelehkan jarum-jarum Nona Kelima seperti melelehkan es...""Itu teknik iblis tingkat tinggi... hanya kultivator yang telah mencapai Tahap Eliksir Emas yang bisa melakukannya...""Tapi dia terlihat begitu muda... tidak mungkin lebih dari delapan belas tahun..."Bisikan-bisikan ketakutan mengisi keheningan yang mencekam. Bahkan pemilik restoran, ya
Rasa panik melanda..."Apa yang..." Zhao Yun tiba-tiba merasakan tekanan luar biasa di punggungnya, seolah seluruh Gunung Kunlun runtuh dan menimpanya. Tulang-tulangnya berderak menyakitkan, meridian qi-nya yang kuat mendadak terasa tersumbat seperti sungai yang dibendung batu besar. Kakinya gemetar hebat, lututnya melemas seperti jeli, dan dalam hitungan detak jantung, ia sudah tengkurap di lantai kayu restoran dengan wajah menghantam permukaan keras dengan suara 'duk' yang menyakitkan."AAAARGHHH!" Jeritannya memenuhi seluruh ruangan, bergema hingga ke sudut-sudut terjauh restoran. "Punggungku! Ada sesuatu di punggungku! Berat sekali! Tolong... tolong aku!"Para pengunjung terkesiap, beberapa wanita bahkan menjerit ketakutan. Murid-murid Akademi Linchuan membelalakkan mata tidak percaya, wajah mereka pucat seperti kertas. Bagaimana mungkin Tuan Muda Zhao yang terkenal dengan "Telapak Penghancur Gunung" dan kekuatan qi internalnya yang luar biasa bisa terjatuh begitu saja, seper