BERSAMBUNG
Mahyudin langsung terdiam melihat ruang kerjanya yang agak berantakan, Briptu Agus tanpa di minta buru-buru merapikan ruangan ini.Mahyudin balik lagi ke depan dan menatap dua anak buahnya yang kini masih menghormat bendera.“Kalau kalian masih main pungli atau mabuk, kalian aku usulkan mutasi atau pecat sekalian. Jangan ulangi hal tercela itu, malu kita dengan warga!” kembali Mahyudin beri teguran, keduanya langsung bilang siap.Tak lama datang 4 orang lainnya dengan kendaraan jadul masing-masing dan kaget melihat Idup dan Yono berdiri menghormat bendera dengan keringat bercucuran.Saat melihat anak muda berbaju jaskul coklat berdiri menatap tajam mereka, ke 4 orang ini langsung kelabakan beri hormat.“Ini jam berapa? Masa kalian masuk jam hampir jam 12 siang?” tegur Mahyudin menahan mangkel di hati.Sebetunya, ada rasa tak tega memarahi anak buahnya yang rata-rata ia lihat usianya tak beda jauh dengan papanya sendiri, antara 40-45 tahunan, bahkan ada yang ia lihat paling tua dan jal
Keluarlah surat tugas pertamanya sebagai Kapolsek…Ipda Mahyudin di tempatkan di Polsek Bitahan, yang ada di Batupecah, Kalimantan Selatan.Mendengar nama Bitahan, kakek Chulbuy langsung beritahu Mahyudin, inilah kampung halaman sang kakek buyut. Kaget juga Mahyudin, ternyata kakeknya berdarah Kalimantan dari ibu.“Mendiang Ela atau Erika ibunda kakek, atau nenek buyutmu berasal dari sana Din, tepatnya di Desa Dudur di Kecamatan Bitahan itu, telusurilah keluarga beliau, bantu mereka,” pesan kakek Chulbuy, sebelum Mahyudin berangkat keesokan harinya.Bitahan dulu hanya berupa desa, lalu dimekarkan jadi kecamatan dan meliputi 10 desa termasuk Desa Dudur, yang dulu juga bernama Kampung Dudur.Mahyudin pun mengangguk dan bilang ia akan cari keluarga nenek buyutnya tersebut.Padahal dulu Mahyudin sempat akan ke Batupecah lagi dengan kakaknya, tapi batal, karena orang yang ia cari-cari justru muncul tak di sangka-sangka, termasuk keluarga besarnya, sekaligus membuka tabir klan keluarga besarn
Mahyudin menatap tubuh Winny yang kini nyenyak tidur, setelah pertarungan yang mendebarkan jakun hingga 1,5 jam lebih.Winny yang sudah tak ngitung lagi berapa kali terbang ke awan tak bisa nahan capek, tidur nyenyak di kasur empuk ini."Dia hanya nakal di depan kamera saat live, tapi keseharian nggak sembarangan orang bisa menikmati tubuh indahnya ini," batin Mahyudin sambil menatap mulusnya tubuh Winny.Janji pakai pengaman hanya tinggal janji, Winny tidak peduli lagi dan dia pasrah saja saat lahar panas Mahyudin siram rahimnya.Percintaan panas mereka membuat keduanya melupakan akibatnya.Mahyudin yang lama tidak bersama wanita, bikin Winny terkage-kaget, saat paginya dia merasakan sesuatu di bawah pusernya ada yang menyapu hutan plontosnya.Saat menatap kepala Mahudin berada di sana, Winny tertawa dan akhirnya dia pasrah, hutan gundulnya kembali di rudal pemuda ini.Bukan satu malam bersama…tapi hingga 5 malam, hari ke 6, Winny minta di antar kos-nya, dia yang semula merengut karen
“Gileee…!” ceplos Winny plong, setelah Joni White pergi dengan anak buahnya. Mahyudin seperti kembali ke setelan pabrik, wajahnya kontan muram.Winny sampai menyeret tangannya untuk kembali lanjutkan jelong-jelong di mal ini. Winny seolah tak terpengaruh dengan Joni White, dia terlampau happy dan Mahyudin tetap dengan gaya coolnya.Dan tanpa Mahyudin sadari, dari kejauhan, di mal itu juga, ada mata seorang wanita cantik yang kaget melihat dirinya di gandeng Winny, si wanita ini kontan manyun dan hela napas panjang.Tak menyangka di mal ini akan bertemu pria yang diam-diam dia kagumi dan tadi malam tunjukan sisi ganasnya hajar orang suruhan Om Brata.Dialah Brigite, yang sedang jalan bersama dua rekan pramugarinya. “Sudah punya kekasih rupanya,” batin Brigite menahan rasa kecewanya.Brigite yang semula happy jalan-jalan di mal ini kini berbalik jutek dan tak bersemangat lagi ikutin kedua sahabatnya yang memanfaatkan waktu belum fly, untuk jalan-jalan di mal kelas atas ini.Puas jalan-ja
Winny bergegas balik ke kamar dan mandi sampai bersih. Saat balik lagi, Mahyudin yang kini sudah pakai baju santai jeans dan kaos juga kaget melihat Winny pakai kimono tidak lagi pakai bajunya yang agak seksoi tadi.“Lohh mana pakaian kamu tadi?”“Ihh Abangggg…masa aku pakai baju itu lagi, mana di siang bolong lagi. Malu aahhh…aku pinjam kimono kamu, kita cari toko pakaian yaah, aku mau beli eh belikan dongg…setelah itu kita jalan lagi, okayyy!” sahut Winny cuek.Mau tak mau Mahyudin mengiyakan ucapan si denok berbody wow ini.Kini aroma Winny jauh lebih segar, rambutnya yang setengah kering juga harum, hingga Mahyudin pun jadi betah juga di dekat si denok ini.Beda dengan tadi, selain mulutnya bau alkohol, pakaianya Winny juga agak terbuka. Tapi Mahyudin kagum juga, Winny ternyata sangat jaga attitude.Kini Winny di ajak Mahyudin menuju garasi untuk ambil mobil dan jalan.Kembali si mata sipit ini terbelalak, saat melihat jejeran 10 buah mobil yang semuanya dari merek-merek top.Ke 10
“Duduklah Win, biar enak kita bicara!” dengan gaya tenang Mahyudin minta Winny yang sejak tadi berdiri duduk di kursi meja makan ini.Wanita berbody aduhai ini duduk dan senyum-senyum kecil.“Biar kepala kamu plontos, kamu sangat ganteng juga ternyata, mana rumah kamu mewah lagi,” ceplos Winny dan tanpa malu-malu mata sipitnya kitari ruangan makan ini, yang terlihat luks dan pastinya masih baru.“Kamu bilang malam tadi di kejar-kejar anak buah Joni White, emanknya kamu salah apa dengan mereka itu?” tanya Mahyudin hati-hati, gayanya mulai seperti intel saja.Inilah hasil didikan selama 2 tahun di Akpol, Mahyudin kini makin mampu kendalikan dirinya, intonasi suaranya juga tenang dan kalem. Sehingga siapapun tak akan menyangka, kalau Mahyudin sedang menyidik lewat si denok ini.“Dia maksa aku jadi gundiknya, padahal dua temanku sudah dia makan, masa aku dia mau juga, ih malas banget. Biar tajir, kalau nggak mood pasti aku tolak, paling burungnya udah mengkerut. Biar gini-gini juga aku pun