Share

Petaka Tisu Magic

Author: Pemilik Hati
last update Last Updated: 2021-08-26 15:39:07

Drrtt pintu terbuka, bersamaan dengan itu, Rian pergi melalui jendela yang tentunya sudah dipersiapkan. Sementara itu, Sinta masih terlihat panik, wanita itu khawatir jika nanti rahasia masa lalunya terbongkar. 

"Sinta kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan." Faris berjalan menghampiri Sinta, lalu duduk di sebelahnya. 

"Mas, aku, tadi ada ... aku nggak apa-apa kok." Sinta gugup sendiri harus bagaimana cara menjelaskannya. 

"Ya sudah, tapi kamu nggak apa-apa kan?" tanya Faris untuk memastikan. 

"Iya, aku nggak apa-apa." Sinta menggelengkan kepalanya. 

"Ya sudah, kamu udah makan apa belum?" tanya Faris. 

"Belum, aku nggak lapar," jawab Sinta. Meski sedang berbicara dengan Faris, tetapi otaknya terus memikirkan kejadian tadi. 

"Makan dulu ya, tadi aku bawain makanan kesukaan kamu." Faris membujuk Sinta agar mau makan. 

Setelah dibujuk, akhirnya Sinta mau makan, tentunya dengan disuapi oleh sang suami. Dengan telaten Faris menyuapi Sinta, walaupun sejujurnya ia merasa khawatir dengan Alda. Karena akhir-akhir ini, istrinya sering mengeluh sakit kepala. 

Sementara itu, Sinta yang terus menerus merasa khawatir jika rahasianya terbongkar. Rahasia masa lalunya dengan Rian, saat Sinta masih bekerja sebagai model majalah dewasa. Namun, demi bisa merebut Faris dari Alda, Sinta memilih untuk berhenti dan meninggalkan pekerjaan itu. 

Dendam masa lalu yang membuat Sinta yang membuatnya sangat membenci Alda. Karena sebelum Alda menikah dengan Faris, wanita berjilbab itu pernah dilamar oleh Bagas, putra dari teman ayahnya. Namun, saat itu Alda yang masih kuliah, menolak lamarannya dengan alasan masih ingin sendiri. 

Meski lamaran Bagas ditolak, Sinta yang merupakan kekasihnya merasa tidak terima. Lantaran Bagas telah memutuskan hubungan, setelah tahu jika Sinta bekerja sebagai model majalah dewasa, bukan itu saja Sinta juga sering melakukan hubungan terlarang dengan banyak pria. Hal tersebut yang membuat Bagas lebih memilih berpisah. 

Meski demikian, Sinta tetap menaruh dendam terhadap Alda. Dan akan merebut pria mana saja yang menjadi suaminya. Dengan berbagai rayuan, akhirnya Sinta berhasil mendapatkan Faris, meski hanya menjadi istri sirinya. Namun Sinta berjanji akan menyingkirkan Alda demi bisa memiliki Faris seutuhnya. 

Awalnya Faris memang menolak Sinta, karena ia tahu jika wanita itu adalah putri dari Mario, ayah mertuanya. Namun setelah tahu jika Sinta bukan anak kandung Mario, Faris menerimanya. Terlebih sampai sekarang Alda belum juga hamil, hal itu yang menjadi alasan Faris menikah lagi, meki tanpa sepengetahuan Alda serta ibunya. 

Di lain sisi, saat ini Alda baru saja keluar dari kamar mandi. Wanita berambut panjang itu melangkahkan kakinya menuju meja rias, tetapi tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit. Bahkan pandangannya terasa berputar-putar. 

"Astagfirullah, kepalaku." Alda memegangi kepalanya yang terasa amat sakit. 

Tiba-tiba saja, Alda merasakan ada cairan yang keluar dari hidungnya. Ia meraba hidungnya dengan tangan kanannya, seketika Alda terkejut saat ada cairan merah pada telapak tangannya. Pandangan Alda semakin buram dan kabur, sedetik kemudian tubuhnya ambruk ke lantai. 

***

Pagi menyapa, pukul enam Alda baru saja terbangun. Ia mengerjapkan matanya, untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Seketika Alda terlonjak kaget saat mendapati suaminya sudah duduk di sebelahnya. Seingat Alda semalam Faris belum pulang. 

"Mas kamu .... " 

"Sayang kamu sudah bangun." Faris membantu Alda untuk bangkit, dan duduk menyandar. 

"Semalam kamu pingsan, untung bi Ningsih langsung ngabarin aku. Jadi aku lansung pulang." Faris menjelaskan. 

"Semalam aku pingsan, dan semalam juga, Mas Faris langsung pulang. Itu artinya, Mas Faris semalam gagal menginap di rumah Sinta," batin Alda. Ada rasa bahagia karena suaminya kembali gagal tidur bersama istri mudanya itu. 

"Apa kita perlu ke dokter?" tanya Faris. 

"Enggak usah, Mas. Aku nggak apa-apa kok, cuma masih sedikit pusing saja," tolaknya. Alda merasa jika dirinya tidak perlu ke dokter. 

"Mas aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Alda. 

"Ya sudah sini aku bantu." Faris membantu istrinya itu turun dari tempat tidur, lalu memapahnya masuk ke dalam kamar mandi. 

Satu jam telah berlalu, Faris kini sudah siap untuk berangkat ke kantor. Setelah sebelumnya menyuapi istrinya itu untuk makan, awalnya Faris ingin libur tetapi hari ini ada meeting yang benar-benar tidak bisa ditinggal. 

"Sayang aku pergi dulu ya, kalau ada apa-apa nanti telepon saja," ujar Faris seraya memakai jasnya. 

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan, jaga hati dan juga mata ya," paparnya. Seketika Faris menjadi salah tingkah. 

"Iya, Sayang. Ya udah aku pergi dulu, assalamu'alaikum." Faris mencium kening istrinya. 

"Wa'alaikumsalam." Alda mencium punggung tangan suaminya itu. Setelah berpamitan, Faris bergegas untuk pergi. 

Setelah suaminya pergi, Alda mengambil ponselnya. Ia ingin tahu bagaimana rencana semalam, apakah berhasil atau tidak. Alda juga ingin tahu rencana hari ini yang akan Rian lakukan. 

Sementara itu, kini Faris dalam perjalanan menuju rumah Sinta untuk menjemputnya. Awalnya Faris menyuruh istrinya itu untuk istirahat, tetapi wanita itu menolak dan ingin tetap bekerja. Mau tidak mau Faris harus menjemputnya. 

"Semoga Sinta tidak marah atas masalah semalam," gumamnya. Kini mobil Faris sudah terparkir di halaman depan rumah Sinta. 

Faris segera turun, lalu memilih untuk masuk ke dalam, kebetulan pintu tidak terkunci. Setibanya di dalam Faris melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Terlihat jika Sinta sedang menunggunya. 

"Udah lama? Em, maaf untuk yang semalam." Faris lalu berjalan mendekat. 

"Iya, tidak apa-apa," sahut Sinta. 

"Oya, berkas yang sama kamu jangan lupa di bawa ya," ujar Faris untuk mencairkan suasana. 

Sinta menepuk jidatnya. "Sebentar aku ambil dulu di kamar. 

Sinta berlari masuk menaiki anak tangga, tiba-tiba saja ponsel Sinta berdering. Awalnya Faris tidak peduli, tetapi benda pipih itu terus berbunyi. Takut ada yang penting, Faris memutuskan untuk mengambilnya, yang kebetulan ada di dalam tas. 

"Siapa sih yang nelpon," gumamnya. Tangan Faris berhasil mengambil benda pipih itu, tetapi ia juga mendapati benda asing dalam tas milik Sinta. 

"Apa ini." Faris mengambil benda tersebut, seketika ia terkejut saat mendapati ada tisu magic dalam tas Sinta. Faris semakin terkejut saat menemukan satu bungkus yang sudah terbuka, dan mungkin baru saja digunakan. 

"Ada apa, Mas?" tanya Sinta. 

"Ini punya siapa, kenapa ada di tas kamu." Faris menunjuk tisu magic tersebut. Detik itu juga Sinta terkejut, pasalnya ia tidak pernah menggunakan barang itu. 

Keduanya debat gara-gara tisu magic tersebut, karena selama ini Faris tidak pernah memakai barang itu. Tentu saja ia menaruh curiga terhadap istrinya. Sementara Sinta terus mengelak, karena memang ia tidak pernah membeli atau menyimpan barang tersebut. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Kejadian di Rumah Sakit

    Alda mengerjapkan matanya, perlahan ia membuka kelopak matanya. Cahaya yang masuk ke dalam retina, membuatnya silau. Setelah nyawanya terkumpul, Alda mengedarkan pandangannya. Ruangan yang cukup asing baginya."Aku di mana," gumaman. Alda memegangi kepalanya yang terasa pusing. Perlahan wanita berjilbab itu bangun dan duduk."Kamu sudah bangun." Pintu terbuka, seorang pria dengan balutan kemeja berwarna biru masuk ke dalam. Suara yang tidak asing membuat Alda menoleh."Papa." Alda nama terkejut saat melihat ayahnya datang. Mungkinkah apa yang Alda alami adalah rencana ayahnya sendiri."Kamu minum dulu," ujar Mario seraya menyodorkan segelas air putih. Dengan ragu Alda menerimanya."Terima kasih," ucap Alda. Setelah itu, ia meneguk air putih tersebut."Pa, kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Alda.Mario terdiam sejenak. "Papa yang menyuruh orang untuk membawamu ke sini.""Untuk apa, Pa?

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Alda diculik

    "Sayang siapa yang da .... " Faris menghentikan ucapannya saat melihat siapa yang datang. Setelah itu ia berjalan menghampiri sang istri dan berdiri di sebelahnya."Silahkan masuk, Pa." Alda menyuruh Mario, ayahnya untuk masuk ke dalam."Terima kasih," ucap Mario seraya mengikuti langkah putrinya."Silahkan duduk, Pa. Aku buatkan minum dulu," ucap Alda, setelah itu ia melangkah menuju dapur untuk membuatkan minuman.Mario menjatuhkan bobotnya di sofa, begitu juga dengan Faris. Suasana mendadak hening, keduanya diam, dengan pikiran masing-masing. Mario mengedarkan pandangannya, melihat setiap sudut ruangan. Rapi dan juga bersih."Silahkan, Pa, Mas." Alda meletakkan dua cangkir kopi di atas meja. Faris hanya mengangguk."Terima kasih," ucap Mario."Alda, ada yang ingin papa bicarakan," ujar Mario."Ada apa, Pa?" tanya Alda."Papa ingin menanyakan rumah serta butik milik mamam

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Tamu Tak diundang

    Alda masih menatap pria yang tengah berjalan menghampirinya, bukankah tadi ia mengirim pesan untuk Rian. Tapi kenapa bukan Rian yang datang, melainkan Faris, dari mana pria itu tahu. Alda memundurkan langkahnya saat Faris mendekat."Alda kamu nggak apa-apa kan?" tanya Faris. Sementara Alda hanya menggeleng."Tega kamu, Mas. Untuk apa kamu masih peduli sama perempuan yang jelas-jelas sudah menggugat cerai kamu!" teriak Sinta. Ia tidak terima dengan apa yang Faris lakukan."Kamu pantas mendapatkan ini," ucap Faris. Beruntung ia datang tepat waktu jika tidak pasti Sinta berhasil melancarkan aksinya."Lihat saja, aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia. Dan kamu Alda, aku akan merebut semua yang kamu miliki," janjinya. Sinta menatap Alda dengan tatapan yang tajam.Setelah itu, Sinta memilih pergi, tentunya bersama orang suruhannya. Hari ini benar-benar sial, niat hati ingin mencelakai Alda, tapi justru dirinya yang

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Rencana Jahat Sinta

    Melihat mobil semakin menjauh, gegas Faris masuk ke dalam mobil miliknya lalu mengejar mobil milik Rian. Faris terus melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi agar bisa mengejar istrinya itu. Faris tidak ingin kehilangan Alda lagi."Aku tidak boleh kehilangan jejak mereka, Alda tolong beri aku kesempatan," gumamnya. Faris terus melajukan mobilnya, yang ada di benaknya hanya ada nama Alda dan bisa mengejarnya."Alda aku sangat mencintai kamu, tolong kembali padaku," gumamnya. Sangat sulit jika harus kehilangan wanita seperti Alda.Faris terus melajukan mobilnya, tak peduli dengan jalanan yang cukup ramai. Harapan Faris hanya bisa mengejar istrinya, sementara itu, Rian tak kalah cepat dalam melajukan mobilnya. Ia tidak ingin kalau nanti Faris tahu di mana Alda berada."Rian, kok belok sih?" tanya Alda."Kalau lurus nanti, Mas Faris tahu kamu tinggal di mana," jawab Rian. Sementara Alda hanya mengangguk.

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Penyesalan Faris

    Riyanti menatap putranya yang terlihat seperti orang tidak waras. Berkali-kali Faris mengusap wajahnya dengan kasar, bahkan pria itu juga menjambak rambutnya. Penyesalan Faris sudah tidak ada gunanya lagi, semua sudah terlambat."Sekarang kamu lihat bukti itu, bukti jika Sinta itu bukan wanita baik-baik. Semuanya sudah Alda kumpulkan, tinggal kamu lihat dan perhatikan siapa Sinta yang sebenarnya." Riyanti menyerahkan flashdisk serta beberapa lembar foto pada putranya.Faris menerima flashdisk serta foto tersebut, setelah itu ia memutuskan untuk ke kamar. Setibanya di kamar Faris mengambil leptop lalu memasang flashdisk tersebut. Mata Faris sangat jeli melihat setiap video yang sedang berputar."Sinta, kamu benar-benar menjijikkan." Faris mengepalkan tangannya, menyesal karena pernah memberinya kesempatan.Faris mengusap wajahnya dengan kasar. "Alda tolong maafkan aku, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua ini.""Aarrgghht."

  • RAMBUT BASAH SETIAP PULANG KERJA   Surat Gugatan Cerai

    Dada Faris bergemuruh hebat, ini untuk yang kesekian kalinya ia menemukan sisi lain dari Sinta. Faris pikir Sinta wanita baik, tapi ternyata salah, ternyata yang selama ini ia jaga dan harapkan tak lebih dari seorang wanita panggilan.Ceklek, pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Sinta yang baru saja selesai mandi. Sinta hanya mengenakan handuk, jika dulu Faris akan langsung tergoda. Namun sekarang tidak, bahkan ia membayangkan tubuh Sinta yang ...."Sinta ini punya siapa?" tanya Faris seraya menunjukkan bungkusan yang ia pegang. Sontak Sinta terkejut, bingung itu yang ia rasakan."Oh itu, itu punya ... em, anu, itu .... ""Siapa yang memakainya." Faris memotong ucapan Sinta."Itu bukan punya aku, itu punya .... ""Bukan punya kamu, tapi ada di sini. Dan di sini." Faris kembali memotong ucapan Sinta, tak lupa ia menunjuk tempat sampah yang berada di samping meja."Mas bener, itu bukan punya aku. Em semal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status