Bu Endang mengutak atik ponselnya setelah mendengar pertanyaanku. Tapi sepertinya tak ada jawaban dan bu endang ngeles soal guru spiritualnya itu."Belum ada jawaban tapi aku pastikan akan mendapatkan jawaban segera, ya jelas lah nanti aku kalau punya mantu mau datang ke rumah aku pastikan walau aku lapar akan menunggu sampai dia sampai rumah baru kami makan," jawab bu Endang sewot. "Ya sudah kalau begitu semoga nanti prakteknya juga seperti itu ya bu," balasku.Aku menawarkan makan malam di rumah tapi bu Endang menolaknya. Ya sudah aku lega sekali bu Endang sudah pulang jadi aku bisa santai sambil selonjoran kaki di ruang televisi."Dara, sepertinya itu adalah suara mobil suamimu," ucap ibuku."Oke coba aku lihat dulu dan ku siapkan makan malam untuk kita semua," balasku sambil berdiri dan melihat siapa yang datang.Benar ternyata yang datang adalah Nungki kami memang belum makan jadi aku sambut suami pulang dan menemaninya makan setelahnya kami pamit
Bu Endang sewot sendiri dengan pertanyaan ibuku bagaimana bisa anaknya disamakan dengan oranglain. Loh kok sewot ya dia saja usil ke anak orang biasa saja giliran anaknya yang disinggung kok marah."Eh bu Siti maksud bu Siti apaan saya kan cuma bilang penganten baru ya jelas lengket apa hubungannya dengan anak saya. Sudah jelas nanti mereka juga ngalamin hal yang sama," balaa bu Endang."Sudah bu Endang maafin ibu saya deh ya, sudah malam jangan berdebat saya pulang dulu ya doakan saja rumah tangga kami langgeng sampai kakek nenek," ucapku.Aku juga mengatakan kepada bu Endang kalau akan hadir di pernikahan Ratna nanti. Di gedung mana saja akan datang. Aku juga mendoakan supaya lancar sampao hari H pernikahan Ratna."Kalau orang kaya amplopan atau kadonya yang mahal dong ya. Ngasih kado ke Husna aja kemarin barang mahal," ucap bu Endang.Aku hanya mengangguk dan tak lagi menghiraukan bu Enadng yang terus mengganggu. Sebentar lagi adalah pernihakan Ratna ak
Pelayan tak menyebutkan nama tamu yang datang sepertinya dia tampak kebingungan mau mengatakan siapa tamu itu. Kebiasaan Nungki dia akan marah dan mengomel kalau apa yan dikatakan bawahannya tidak jelas."Itu anu tuan orangnya tidak mau disebutkan siapa karena menurut tamu itu tuan tidak mau menemui mereka jika disebutkan," ucap pelayan itu."Sudah tahu aku tidak mau menemuinya masih berani datang. Pasti orang yang pernah melakukan kesalahan," balas Nungki.Aku meminta Nungki melihat dari cctv saja karena tidak perlu keluar sudah bisa melihat siapa mereka yang membuat sarapan Nungki terganggu. Nungki mengeluarkan ponsel dan melihat cctv.Kedua orang yang ada di balik pagar adalah orang yang kami kenal mereka adalah Roni dan Irma. Sepertinya ada lagi seseorang yang datang, wanita tua yang juga sepertinya bersekongkol dengan mereka."Jadi kamu mau menemui mereka atau tidak?" tanyaku."Kita nikmati saja makanan yang enak ini baru temui me
Nyonya Lala membuat drama pagi-pagi kejadian sampai dia dan Irma di somasi kalau seadandainya aku tidak mengacuhkan mereka dan membuat emosi nyonya Lala mana mungkin sampai terjadi keributan dan mengakibatkan dirinya di somasi. "Nungki lebih baik kamu tanyakan saja pada istri yang kamu cintai itu kalau dia tidak mengacuhkan kami mana mungkin aku emosi dan mengeluarkan kata-kata pedas untuknya sehingga manajemen perusahaannya mengira kami sengaja datang membuat keributan," teriak nyonya Lala. "Jadi kedatangan kalian ke sini untuk menyalahkan istriku, lebih baik segera pergi dari sini jangan sampai aku marah dan menuntut kalian karena telah mencemarkan nama baik istriku," ballas Nungki. Irma tercengang dia sudah pernah merasakan bagaimana kejamnya tinggal di penjara waktu itu. Raut wajahnya ku lihat sangat pucat sepertinya ia takut atau sedang merencanakan sesuatu agar bebas dari tuntutan Nungki dan tetap menyalahkan aku. "Nungki kami tidak bermaksud untuk men
Nungki hanya tertawa mereka pikir aku hanyalah orang bodoh yang tak mempersiapkan apa-apa. Ada rekaman full dari pena perekam yang aku sembunyikan."Ya silahkan saja kaliam drama di depan para wartawan biar di undang ke stasiun tv kan lumayan tuh dapat uang daripada jadi benalu," jawab Nungki."Kamu tidak takut usahamu gulung tikar?" tanya nyonya Lala.Nungki mengatakan kalau usahanya gulung tikar berarti nyonya Lala dan antek-anteknya tak dapat lagi merong-rong dan berusaha mendapatkan uang dengan segala cara dari keluarga Hendarso. Karena itu adalah ulahnya sendiri membuat bangkrut keluarga Hendarso."Aku justru senang karena pasti kalian tidak akan datang menemui nenek ataupun keluargaku yang lain untuk menumpang hidup 'kan," jawab Nungki."Kalian berada di atas tapi selalu menyepelekan kami. Ketika nanti anak-anakku bekerja dan mampu menghasilkan uang sendiri juga tidak akan meminta bantuan kalian," balas nyonya Lala.Benar-benar orang toxic itu ada sudah
Pak Roni tampak ragu dengan permintaan sang ibunda. Bagaimana tidak ia telah jatuh hati dengan Irma selama ini. Baginya Irma sudah menjadi baguan hidupnya."Mami, aku sudah cinta mati padanya kalau aku meninggalkannya aku nanti hidup sama siapa di rumah!" jawab pak Roni tegas."Kalau begitu mulai hari ini kamu bukan anakku lagi," balas nyonya Leni.Mendengar pernyataan dari nyonya Leni. irma meminta maaf dan memohon agar tidak dibuang dari keluarga Hendarso seperti apa yang dikatakan pak Roni sebelumnya. Irma juga sangat mencintai Roni sebagai pasangan hidupnya."Nyonya aku tak ada hubungannya dengan nyonya Lala. Jangan pisahkan kami karena kami saling menyayangi," pinta Irma."Bohong kamu kalau tak ada sangkut pautnya dengan Lala. Kamu di kirim lala untuk menggoda Maulana tapi tidak mempan dan berakhir menghancurkan rumah tangga anak keduaku," ucap nyonya Leni.Irma memohon ampun mereka memang ada sangkut pautnya karena nyonya Lala iri dengan apa yang didapatkan oleh adiknya. Anak-an
Aku menoleh pada Nungki karena bingung menjawabnya. Nungki mengangguk seakan mengerti apa yang aku pikirkan."Nenek sudah melakukan yang terbaik. Saya tahu pasti di dalam hati nenek penuh gejolak. Tapi semua perbuatan akan mendapatkan balasan," jawabku."Kamu benar aku tak tahu apa salahku sehingga Lala terus saja mencoba menyakitiku," balas Nenek Leni.Aku juga tak tahu kenapa ada saudara macam itu. Lebih baik mengajak nenek jalan-jalan biar fresh pikirannya daripada di rumah terus memikirkan masalah yang terjadi."Bagaimana kalau kita jalan ke mall atau makan di restoran sambil mengobrol. Nenek baru saja sembuh aku takut akan banyak pikiran san drop lagi," ajakku."Ide yang bagus ayo temani nenek berbelanja di swalayan," pinta nyonya Leni sambil tersenyum.Pak Maulana juga sang istri menyetujuinya tapi mereka tak ikut karena ada hal yang harus di urus jadinya kami hanya ke swalayan bertiga saja."Kalian mau belanja apa biar nenek yang bayar?" tanya nyonya Leni saat kami baru saja ma
Aku bingung menjabarkan seperti apa bu Endang ini. Lebih baik nenek biar tahu sendiri bu Endang ini orang yang seperti apa daripada aku yang berbicara nanti dianggap menjelekkan tetangga."Kapan-kapan nenek aku ajak berkunjung ke rumah ya. Kalau ketemu bu Endang biar tahu sendiri seperti apa dia," jawabku."Baiklah kalau begitu memang benar katamu lebih baik kita melihat sendiri daripada dengar kata orang," ucap nyonya Leni.Nenek mengajak melanjutkan belanja sambil mengobrol masa mudanya dan kami mendengarkannya. Nenek hanya butuh didengarkan keluh kesahnya sepertinya. Jadi mungkin aku akan sering mengunjunginya karena diusia seperti ini hanya butuh kasih sayang dari anak dan cucunya.Brugh! Nenek tak sengaja menabrak seseorang dan dia mengamuk."Jalan pakai mata nek. Lagian udah tua renta kenapa ke swalayan sendirian apa tak punya anak cucu atau pembantu. Barangku ini mahal!" seru Ratna sampai beberapa orang menoleh padanya."Ratna maafkan nenekku, mungkin nenek tak sengaja melakuka