Pak Bayu terus menatap Manda tanpa berkedip. Dia bahkan duduk di samping Manda. "Siapa namamu?" tanya Pak Bayu saat Daniel pergi ke toilet. Dia merasa senang ketika Daniel meninggalkan mereka berdua.Manda tersenyum, "Nama saya Manda, senang bisa bertemu dengan Pak Bayu disini," jawab Manda pelan.Manda sudah mengenal reputasi Pak Bayu dari Daniel. Sepanjang perjalanan menuju restoran Daniel membicarakan perangai lelaki itu. Tampaknya Manda memang harus ekstra keras untuk menghadapi bandot tua itu yang suka bermain wanita saat menemui rekan bisnisnya."Maaf, saya lama," Daniel tiba-tiba sudah berada di antara mereka berdua yang membuat Pak Bayu cemberut karena niatnya belum bisa terwujud tapi Daniel sudah datang.Tadinya dia mau menyuruh Manda untuk meminum minuman yang sudah disiapkan lalu membawa Manda pergi dari sana menuju hotel yang sudah dia pesan. Pak Bayu ingin mendapatkan mandah sejak pertemuannya di bandara saat Manda datang ke kota itu.Manda dan Pak Bayu memang sudah bertem
Daniel menerima telpon dari anak buahnya yang dia perintahkan untuk mengawasi Pak Bayu. Daniel mengerutkan kening saat menerima laporan dari anak buahnya tentang hal yang terjadi kepada Pak Bayu."Amankan pria tua itu. Bereskan penjahat yang mencoba menyakiti dia. Persiapankan segalanya! Aku mengandalkanmu!" Daniel kemudian menutup teleponnya.Daniel merenung sebentar sebelum dia menemui Manda yang baru keluar dari kamar mandi. "Ada apa?" tanya Manda saat melihat Daniel tampak linglung dan bingung."Pak Bayu kritis di rumah sakit. saat dia menuju ke hotelnya ada seseorang yang menyerangnya." terang Daniel pada Manda yang kaget mendengar hal itu."Siapa yang sudah melakukan itu kepadanya? Bukan kamu, kan?" tanya Manda agak ragu.Tetapi Manda kembali mengingat raut wajah Daniel yang penuh amarah ketika melihat Pak Bayu yang terus menggodanya dan melakukan banyak hal yang tidak disukai oleh Daniel.Manda menelan salivanya dengan susah payah. 'Apa Daniel yang sudah membunuh Pak Bayu?' bati
"Apa sudah beres?" tanya Daniel ketika dia mengelap mulutnya dengan kain yang ada di atas pangkuannya. Sang asisten hanya mengangguk. Manda yang baru selesai dengan masak paginya lalu duduk di samping Daniel. "Duduklah di sampingku, sayang. Kau akan membuat para pekerja ku kehilangan pekerjaannya kalau kamu serajin itu. Kasihan mereka, sayang. Mereka butuh menghidupi anak dan keluarga mereka." Daniel mencium tangan Manda yang dia genggam.Manda kaget mendengar ucapan Daniel, "maksud kamu?" tanya Manda bingung."Kalau kamu melaksanakan tugasmu sebagai seorang istri dan melakukan semua pekerjaan rumah. Lalu mereka kerja apa? Kalau mereka tak berguna, lebih baik aku rumahkan mereka saja bukan?" tanya Daniel sambil tersenyum pada Manda yang masih cengo."Tugasmu hanyalah melayaniku di atas ranjangku dan melahirkan banyak anak untuk keluarga Anderson. Biarkan semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh pekerja. Ok?" tanya Daniel sambil menepuk bokong Manda dengan pelan.Manda sampai tersedak kar
"Tuan, ada polisi yang ingin bertemu dengan anda." Daniel melirik sekilas ke arah Manda yang terkejut mendengar hal itu.Manda mendekati Daniel, "Bagaimana kalau mereka hendak menangkapmu karena masalah itu?" tanya Manda sangat khawatir dengan suami nya yang sudah melakukan banyak hal untuk menolongnya dan perusahaan ayahnya.Daniel menggeleng, "Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja. Lebih baik kau pulanglah bersama asistenku. Tunggu aku di rumah, ok?" tanya Daniel sambil mengelus lembut pipi Manda.Manda mengeleng berkali-kali dan menolak apa yang dikatakan Daniel. "Aku benar-benar ingin bersamamu! Tolong biarkan aku disisimu untuk kali ini. Aku tidak akan bisa tenang kalau meninggal kamu di sini bersama polisi. Aku mohon!" Manda melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah memelas yang membuat Daniel tak berkutik.Daniel mengangguk lalu bangkit menuju sofa. Genggaman tangan Manda benar-benar sukses menenangkan hatinya yang sedikit galau. Daniel sampai saat ini masih be
"Apakah kau merasa terganggu dengan rencana pernikahan Bruno dan Natalia?" tanya Manda pada Daniel yang sejak kepulangan mereka hanya diam dan murung.Daniel melirik pada Manda, menghela nafas sejenak lalu melambaikan tangannya, meminta Manda untuk mendekat kepadanya."Aku merasa senang kalau mereka benar-benar menikah. Kenapa? Apa kau berfikir kalau aku tidak bisa melepaskan perasaanku kepada Natalia? Jangan konyol! Hahaha! Sejak dulu aku tidak pernah mencintai wanita itu. Aku hanya menjadikan dia sebagai tameng agar bisa lepas dari para wanita yang terus mengejarku dan menginginkan engkau menjadi kekasih mereka."Manda merasa lega dengan jawaban Daniel, "Aku sudah memiliki dirimu jadi sudah tidak butuh dia lagi. Bagiku, kau seorang sudah cukup untuk menghempaskan semua wanita di luar sana yang memimpikan untuk menjadi Nyonya Anderson!" Daniel terlihat begitu jumawa dimata Manda. Dia tidak suka hal itu.Manda diam. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman mendengar perkataan Daniel. "Apa
"Kau sudah bangun, sayang?" tanya Daniel pada Manda yang sedang menggeliatkan tubuhnya.Entah kenapa Daniel selalu terpesona kepada istrinya setiap kali bangun tidur. Ada yang bilang kecantikan seorang wanita yang hakiki adalah saat dia bangun tidur dan pertama kali membuka mata di pagi hari. Tanpa make up, tanpa apapun. Setiap hari dia selalu merasa jatuh cinta kepada istrinya."Ah, kenapa aku ada disini?" tanya Manda pada diri sendiri. Manda tampak mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam. Manda mengerutkan keningnya setelah ingat kejadian yang membuat dia memutuskan untuk tidur di kamar mandi, "untuk apa kau membawa aku kesini?" tampak Manda kesal sekali."Padahal aku berencana untuk meninggal saja di sana. Buat apa aku hidup kalau hanya melihat suamiku yang hobby tebar pesona sama wanita cantik di luar sana?" Kesal Manda ketika dia mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Daniel kepadanya.Daniel terbelalak mendengar perkataan Manda. Dia tidak percaya kalau istrinya begitu t
"Kamu kenapa tidak melakukan apapun untuk kasus itu? Bukankah seharusnya Daniel sudah di penjara?" tanya Natalia sambil menatap tajam ke arah Bruno yang masih sibuk dengan pekerjaan kantornya.Bruno melirik pada Natalia yang begitu bersemangat untuk menghancurkan Daniel. Bruno tahu kalau dirinya diberdayakan oleh Natalia untuk memenuhi ambisinya agar bisa mendapatkan hati Daniel. 'Jangan dikira aku tidak mengetahui rencana yang ada di dalam hatimu. Kau jalang yang tak berguna! Lancang sekali menggunakan aku sebagai tanganmu untuk membuat Daniel hancur. Apa kau pikir aku tidak tahu, kalau kau pasti akan datang kepada Daniel sebagai penyelamatnya. Huh!! Kau terlalu meremehkan seorang Bruno!' batin pemuda tampan itu.Bruno memang menyanggupi keinginan Natalia untuk bekerjasama dengannya. Akan tetapi dia tidak akan pernah membabi buta dalam melakukan sebuah rencana yang di sarankan oleh Natalia yang dia tahu mencintai Daniel."Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Saat kayak gini, kau masi
"Heh, kau kira siapa dirimu yang merasa pantas untuk berdebat dengan ku? Hanya karena kau menjadi kekasihnya Bruno, lantas kau merasa layak dan hebat untuk berdebat denganku? Hey!! Bangunlah dari mimpi indahmu! Bruno tak ubahnya seorang kacung bagi keluarga besar kami! Hahaha!" setelah menghina Bruno di hadapan Natalia, Camelia meninggalkan tempat itu tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.Begitulah sifat Camelia sejak dahulu hingga kini. Dia selalu sombong dan merasa hebat. Menjadi Nyonya besar keluarga Anderson yang terhormat, membuat Camelia merasa bahwa dunia berada dalam genggamannya.Natalia menggeram kesal. Seketika nyali Natalia menciut di hadapan Camelia yang begitu agung dan berkelas. Ya, orang sombong memang harus berhadapan dengan orang sombong lagi. Jadi ketemu lawan yang sepadan."Aku jadi ragu untuk melanjutkan hubunganku bersama Bruno. Tampaknya jalan yang akan kami lalui amatlah terjal. Apakah Bruno mau berjuang demi cinta kami?" monolog Natalia dengan begitu Send