"Apakah kau merasa terganggu dengan rencana pernikahan Bruno dan Natalia?" tanya Manda pada Daniel yang sejak kepulangan mereka hanya diam dan murung.Daniel melirik pada Manda, menghela nafas sejenak lalu melambaikan tangannya, meminta Manda untuk mendekat kepadanya."Aku merasa senang kalau mereka benar-benar menikah. Kenapa? Apa kau berfikir kalau aku tidak bisa melepaskan perasaanku kepada Natalia? Jangan konyol! Hahaha! Sejak dulu aku tidak pernah mencintai wanita itu. Aku hanya menjadikan dia sebagai tameng agar bisa lepas dari para wanita yang terus mengejarku dan menginginkan engkau menjadi kekasih mereka."Manda merasa lega dengan jawaban Daniel, "Aku sudah memiliki dirimu jadi sudah tidak butuh dia lagi. Bagiku, kau seorang sudah cukup untuk menghempaskan semua wanita di luar sana yang memimpikan untuk menjadi Nyonya Anderson!" Daniel terlihat begitu jumawa dimata Manda. Dia tidak suka hal itu.Manda diam. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman mendengar perkataan Daniel. "Apa
"Kau sudah bangun, sayang?" tanya Daniel pada Manda yang sedang menggeliatkan tubuhnya.Entah kenapa Daniel selalu terpesona kepada istrinya setiap kali bangun tidur. Ada yang bilang kecantikan seorang wanita yang hakiki adalah saat dia bangun tidur dan pertama kali membuka mata di pagi hari. Tanpa make up, tanpa apapun. Setiap hari dia selalu merasa jatuh cinta kepada istrinya."Ah, kenapa aku ada disini?" tanya Manda pada diri sendiri. Manda tampak mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam. Manda mengerutkan keningnya setelah ingat kejadian yang membuat dia memutuskan untuk tidur di kamar mandi, "untuk apa kau membawa aku kesini?" tampak Manda kesal sekali."Padahal aku berencana untuk meninggal saja di sana. Buat apa aku hidup kalau hanya melihat suamiku yang hobby tebar pesona sama wanita cantik di luar sana?" Kesal Manda ketika dia mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Daniel kepadanya.Daniel terbelalak mendengar perkataan Manda. Dia tidak percaya kalau istrinya begitu t
"Kamu kenapa tidak melakukan apapun untuk kasus itu? Bukankah seharusnya Daniel sudah di penjara?" tanya Natalia sambil menatap tajam ke arah Bruno yang masih sibuk dengan pekerjaan kantornya.Bruno melirik pada Natalia yang begitu bersemangat untuk menghancurkan Daniel. Bruno tahu kalau dirinya diberdayakan oleh Natalia untuk memenuhi ambisinya agar bisa mendapatkan hati Daniel. 'Jangan dikira aku tidak mengetahui rencana yang ada di dalam hatimu. Kau jalang yang tak berguna! Lancang sekali menggunakan aku sebagai tanganmu untuk membuat Daniel hancur. Apa kau pikir aku tidak tahu, kalau kau pasti akan datang kepada Daniel sebagai penyelamatnya. Huh!! Kau terlalu meremehkan seorang Bruno!' batin pemuda tampan itu.Bruno memang menyanggupi keinginan Natalia untuk bekerjasama dengannya. Akan tetapi dia tidak akan pernah membabi buta dalam melakukan sebuah rencana yang di sarankan oleh Natalia yang dia tahu mencintai Daniel."Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Saat kayak gini, kau masi
"Heh, kau kira siapa dirimu yang merasa pantas untuk berdebat dengan ku? Hanya karena kau menjadi kekasihnya Bruno, lantas kau merasa layak dan hebat untuk berdebat denganku? Hey!! Bangunlah dari mimpi indahmu! Bruno tak ubahnya seorang kacung bagi keluarga besar kami! Hahaha!" setelah menghina Bruno di hadapan Natalia, Camelia meninggalkan tempat itu tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.Begitulah sifat Camelia sejak dahulu hingga kini. Dia selalu sombong dan merasa hebat. Menjadi Nyonya besar keluarga Anderson yang terhormat, membuat Camelia merasa bahwa dunia berada dalam genggamannya.Natalia menggeram kesal. Seketika nyali Natalia menciut di hadapan Camelia yang begitu agung dan berkelas. Ya, orang sombong memang harus berhadapan dengan orang sombong lagi. Jadi ketemu lawan yang sepadan."Aku jadi ragu untuk melanjutkan hubunganku bersama Bruno. Tampaknya jalan yang akan kami lalui amatlah terjal. Apakah Bruno mau berjuang demi cinta kami?" monolog Natalia dengan begitu Send
Manda Menatap ponselnya. Undangan ayahnya untuk makan malam di rumah keluarganya membuat Manda tidak nyaman."Kenapa, sayang?" tanya Daniel sambil memeluk Manda yang terlihat sedang melamun."Gimana kasus kamu? Udah beres belum?" "Udah di urus sama pengacara perusahaan. Kamu tenang saja. Pihak keluarga juga sudah menyerahkan semuanya kepada pihak berwajib. Kamu ga usah khawatir. Cerita padaku, ada apa dengan wajah cantik kamu yang suram itu?" Manda menghela nafas berat, dia kemudian menyerahkan ponselnya kepada Daniel. "Undangan makan malam? Kenapa memang?? Bukankah hal yang wajar kalau ayahmu mengundang kita ke rumahnya?" tanya Daniel yang merasa biasa saja dengan hal itu.Manda bangkit, lalu berjalan ke arah sofa yang ada di kamarnya. "Biasanya kalau Papa mengundangku ke rumahnya, pasti ada hal penting. Selama ini, Ibu tiriku selalu melarang aku untuk menemui papaku. Kenapa tiba-tiba Papa mengirim pesan seperti ini?" Daniel mengangguk, "mungkin saja, papamu ingin merayakan kehami
Manda terus di rangkul oleh Daniel saat mereka berkunjung ke rumah ayahnya Manda, "untung saja tadi aku ke salon dulu, kalau tidak, Mama tiriku pasti akan menghina dan merendahkanku!" Sungut Manda ketika mereka melangkahkan kaki ke rumah Hendri yang begitu megah.Hendri yang duduk di kursi roda menyambut kedatangan mereka dengan senang. Entah kenapa Manda merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh ayahnya. Tatapan Hendri begitu sayu dan lelah."Papa, Manda datang!" ucap Manda sambil memeluk tubuh ayahnya yang semakin kurus.Hendri mengangguk. Dia kemudian memberi isyarat kepada Manda dan Daniel untuk masuk ke rumah, menuju ruang makan.Laras terus berada di dekat suaminya. Seakan takut jika Manda memiliki kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya secara empat mata.Manda bukanlah orang bodoh yang bisa dikelabui dengan begitu mudah. Dia bisa merasakan keganjilan sikap ayahnya. Sejak kejadian itu, Hendri memang mengalami stroke ringan dan membuat dia kesulitan untuk bicara maupun
Tepat jam 23.00 terdengar suara mobil memasuki pekarangan Mansion. Daniel membuka pintu untuk menyambut kedatangan Camelia. Asistennya membuka pintu untuk Camelia."Nyonya selamat beristirahat. Besok saya akan menjemput anda," pamit asistennya setelah melihat Camelia keluar dari mobil.Camelia hanya mengangguk dan berjalan ke arah Daniel dan Manda yang sudah menunggunya di teras mansion. "Kalian belum tidur?" tanya Camelia sambil melihat ke arah Manda yang tampak mengantuk.Camelia memicingkan matanya ketika melihat perut Manda yang membuncit, "apakah kau sedang hamil?" tanyanya sambil menatap tajam kepada Manda Yang sepertinya merasa sungkan kepadanya.Manda pernah mendengar tentang Camelia yang memiliki reputasi yang begitu bagus di kalangan para pengusaha. "Benar, Mah. Istriku memang sedang hamil. Kenapa?" tanya Daniel dengan wajah dingin.Manda merasakan tubuhnya panas dingin melihat aura tidak bersahabat antara ibu dan anak yang berdiri di depannya. "Apakah istrimu membutuhkan seo
Camelia terus memperhatikan Manda yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka. Dia merasa takjub dengan Manda yang begitu cekatan dengan pekerjaan rumah yang dia kerjakan saat ini."Sudah Manda! Kamu cepat kembali! Cepat ke sini dan kita makan pagi bersama. Biarkan para pembantu itu bekerja dan melakukan tugasnya. Ingat Manda! Kamu berada di Mansion ini sebagai Nyonya bukan sebagai pembantu!" Ucap Camelia mengingatkan status Manda.Manda hanya meringis mendengar ucapan Camelia yang begitu. "Aku hanya ingin melayani mama dan suamiku sendiri. Mah, aku tidak keberatan untuk melayani kalian berdua!" Manda tersenyum kepada Camelia yang hanya menggelengkan kepalanya mendengar perkataan menantunya.Camelia sekarang mengerti kenapa Daniel begitu tergila-gila kepada wanita yang kini ada di hadapannya. "Kamu saat ini sedang hamil cucu keluarga Anderson! Kamu harus menjaganya dengan baik. Paham?" tanya Camelia menekankan perkataannya kepada Manda.Daniel meraih tangan Manda untuk duduk di sampin