“Orihime.” Gadis manis itu tidak begitu suka mendengar Altair menyebut nama mantan kekasihnya itu. Ada sedikit kecemburuan di dalam hatinya. Buru-buru Aquila menggelengkan kepalanya sendiri, ia tidak mau bersikap seperti anak kecil dan membuat Altair tidak nyaman, ia harus ingat bahwa wanita yang bernama Orihime itu hanya masa lalu kekasihnya.
Altair mendekat ke samping Aquila. “Kau sudah selesai?” tanyanya.
“Sudah.” jawab Aquila singkat.
“Dia masa laluku.” bisik Altair. Ia menarik kekasihnya ke dalam pelukan nya. Altair tahu gadis manis ini tengah cemburu, sedikit banyak itu membuatnya bahagia karena itu tandanya Aquila takut kehilangan dirinya. Namun, ia juga tidak ingin kekasihnya salah paham dan berpikir macam-macam.
“Aku tahu.. maafkan aku, aku sendiri tidak tahu kenapa bisa merasa terganggu hanya dengan mendengar kau menyebut namanya.”
Altair melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruangan pribadinya usai sampai di kantor. Wajahnya yang tampan tak berhenti mengulas senyum simpul. Rasa bahagia yang meluap masih tertinggal dari kegiatannya bersama Aquila kemarin. Founder dari North Star Corporation itu bahkan menyapa setiap pegawai yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya dan hal itu cukup menggugah rasa penasaran di benak karyawan, kira-kira apa yang sudah terjadi dengan bos mereka yang sangat dingin hingga mau menyapa mereka sebelum mereka menemukan noda merah ke unguan yang memenuhi leher pucat pria menawan yang merupakan atasan mereka. Ah sepertinya bosnya tengah jatuh cinta.“Selamat pagi Ryota.. Naoki..!” serunya begitu melihat kedua sahabatnya itu sudah mulai anteng dengan laptop masing-masing.Keduanya menatap Altair aneh, “Aquila salah memberimu obat?” sindir Ryota.“Nope.. dia memberiku ob
Pukul tujuh tepat Aquila keluar kamar untuk membuatkan sarapan untuk kekasihnya dan sahabatnya, ia menggunakan sweater dengan model turtle neck untuk menutupi tanda cinta yang semalam kekasihnya bubuhkan di seluruh lehernya, ia tak ingin para sahabatnya melihat itu. Seulas senyum menghiasi wajahnya, wanita cantik itu masih merasakan kebahagiaan yang meluap yang tertinggal di hatinya usai kegiatan yang mereka lakukan semalam.Sebenarnya mereka melakukan kegiatan itu lagi usai Altair mengisi kembali tenaganya, pria tinggi itu berhasil membuatnya keluar sebanyak empat kali, sementara Altair keluar dua kali. Aquila tidak tahu kekasihnya itu benar-benar lihai membuatnya terbang bersama kupu-kupu di dalam perutnya.Arata datang menghampirinya saat wanita cantik itu tengah menghidangkan enam porsi sandwich, dua cangkir kopi susu dan empat cangkir kopi hitam di atas meja makan.“Aquila, kau sakit?” tanya Arata cemas
Altair menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan kegiatan ini atau tidak. Ia tak mau menyakiti kekasihnya lebih lagi. Altair yang tengah bimbang dikejutkan dengan Aquila yang menariknya mendekat setelah tangan gadis itu ia lepaskan tadi. Dengan berani Aquila mengalungkan tangannya di leher Altair dan perlahan menariknya mendekat. Saat sudah cukup dekat gadis cantik itu meraih bibir ranum milik prianya. Altair tidak menolak maupun membalas ciuman Aquila, ia ingin tahu seberapa jauh kekasihnya itu akan mendominasi dirinya.Aquila mencium bibir Altair dengan sangat lembut, mengabsen gigi gerigi kekasihnya seperti yang Altair ajarkan tadi, dengan perlahan melumat bibir merah itu. Puas merasakan bibir kekasihnya gadis manis itu berpindah ke leher jenjang Altair, menciumnya perlahan sebelum ia mengigitnya pelan hingga menimbulkan bercak merah tua yang begitu kontras dengan kulit putih pucat yang dimiliki Altair.Aquila membuat banyak kissmark
Pukul sebelas tepat, ke enam nya baru bisa menikmati hidangan yang sudah Aquila siapkan setelah sebelumnya mereka menyanyikan lagu ulang tahun dan memotong kue. Mereka makan sambil sesekali bersenda gurau guna mencairkan suasana di antara Altair dan Aquila yang mendadak membeku.Namun, itu tak berpengaruh pada Aquila, gadis manis itu tetap asyik dengan pikirannya sendiri. Ia masih merasakan ngilu tiap kali mengingat ada aroma parfum vanilla yang menempel di badan kekasihnya. Bukankah tidak mungkin aroma parfum bisa menempel tanpa ada kontak fisik yang cukup lama?“Sayang, kenapa tidak kau buka saja kado-kadonya?” Altair memberi saran pada Aquila begitu mereka sudah menyelesaikan acara makan malamnya.“Altair benar!” seru Arata mengiyakan ucapan kakak
Altair dan Naoki sampai di kantor pukul setengah sembilan, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Kakek Sato dan Orihime yang sudah duduk di ruangan mereka bersama Ryota yang nampak acuh sibuk dengan laptop di depannya.Naoki tampak tidak peduli meskipun jauh di dalam hatinya ia khawatir dengan Altair, pria tampan itu langsung duduk di kursinya sementara Altair menduduk kan dirinya di sofa yang berhadapan dengan kedua tamu tak diundangnya.“Ryota, bisa pesankan kami kopi?” gumam Altair. Ryota mengangguk, ia segera keluar ruangan untuk menyuruh sekretarisnya membuatkan tiga cangkir kopi.“Langsung saja, kedatangan kakek kemari untuk mengantarkan Orihime,” Kepala Keluarga Sato itu menggantung kata-katanya, “dia akan menjadi sekretaris pribadimu mulai hari ini.” Alih-alih merespon ucapan sang kakek Altair hanya menghembuskan nafasnya berat, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan sang k
“Hallo Naoki?”“Ada apa kau meneleponku selarut ini?” tanya Naoki dari seberang sana.“Carikan aku mobil sekarang!”“Altair kau gila, ini sudah pukul sebelas malam dan kau meminta mobil?” Naoki tidak percaya sahabatnya meminta mobil selarut ini.“Aku tidak peduli, besok pagi harus ada mobil di parkiran apartemenku.” Altair mematikan panggilannya sepihak. Membuat Naoki bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.Altair begitu takut ucapan Orihime benar bahwa sang kakek akan menghalalkan segala cara agar dirinya mau dijodohkan dengan Orihime. Meskipun begitu sudut hati Altair tidak percaya