Share

Mencari Pekerjaan

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2024-07-26 15:56:41

Empat bulan kemudian....

Hari-hari yang Widia lalui tanpa Agam sungguh terasa berat. Semua kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama terkadang masih melintas dalam ingatannya. Ternyata mencoba untuk segera move on itu tidak semudah membalikan telapak tangan, jerat rindu terasa sangat menyiksa jiwa dan raga.

Sudah waktunya bagi Widia mencari aktifitas lain di luar rumah. Hari itu Widia memutuskan untuk pergi ke restoran milik temannya bernama Varo untuk mencari pekerjaan di sana. Hubungannya dengan Vina memang tidak begitu dekat, tapi Widia tau Varo adalah teman yang bisa diandalkan.

Restoran Pesona Alam lumayan ramai siang itu. Wajar saja, Widia datang pas dengan jam makan siang. Widia mematung sejenak mencari keberadaan Vana diantara beberapa pegawai berseragam pink, beberapa menit kemudian akhirnya Widia bisa menemukan sosok pria bertubuh tinggi kurus itu.

"Varo....!" panggil Widia sambil melambaikan tangan kanannya. Varo menoleh ke arah Widia, kemudian melempar senyum.

"Widia, tumben mampir ke sini?" Varo berjalan pelan menghampiri Widia.

"Iya nih, aku mau ada perlu sama kamu. Bisa ngobrol sebentar nggak?" tanya Widia.

"Bisa, ayo kita cari tempat duduk yang nyaman," Varo mengajak Widia ke ruang pribadinya yang ada di dalam restoran itu.

Selesai basa-basi, Widia menceritakan tentang kehidupannya saat ini. Dia baru saja bercerai dengan suaminya dan Widia sedang membutuhkan pekerjaan. Awalnya Varo iba saat tau Widia dan suaminya bercerai, tapi begitu mendengar nama Sarah disebut Varo tak hanya iba saja tapi juga syok berat.

Bagaimana tidak syok? Sarah, Varo dan Widia telah berteman baik sejak masih duduk di bangku sekolah. Varo mengenal Sarah sebagai gadis yang ramah, kalem dan lembut. Dia tak menyangka kalau gadis seperti Sarah bisa menjadi seorang pelakor.

"Yang sabar ya Wid, anggap saja jodohmu dengan Agam memang hanya sampai sini," tutur Varo.

"Iya, terimakasih atas masukannya. Ngomong-ngomong bisa nggak kamu menerima satu karyawan lagi? Aku sedang butuh pekerjaan," ucap Widia memelas.

"Kerja di dapur mau nggak? Bantu-bantu cuci peralatan masak dan makan yang kotor," tawar Varo.

"Mau dong, yang penting kan di bayar pakai uang bukan daun," canda Widia.

"Kalau begitu kamu bisa kerja mulai besok. Masuk mulai jam sembilan pagi, pulang jam sepuluh malam. Libur dua kali sebulan, gaji tiga juta,"

"Terimakasih atas bantuannya ya Var, aku akan bekerja dengan rajin dan giat untuk restoran ini,"

"Iya, sama-sama. Tetap semangat Widia, aku yakin setelah badai ini akan ada pelangi yang indah dalam hidup kamu." Varo menepuk-nepuk pundak Widia pelan.

Urusan Widia dan Varo selesai, Widia langsung pamit pulang ke rumah. Saat pergi tadi ibunya sedang pergi keluar rumah, saat ini wanita tua itu pasti sedang mencari keberadaanya.

Widia menjalankan sepeda motornya, dia mengukur jalan raya dengan kecepatan sedang. Hatinya saat ini sedang senang karena mendapatkan pekerjaan, walaupun bukan kerja kantoran. Tapi setidaknya Widia punya penghasilan sendiri dan tidak menyusahkan hidup kedua orangtuanya lagi.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, Widia tiba di rumahnya. Dia mendapati sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman rumahnya. Mobil siapa itu? Sepertinya Widia belum pernah lihat mobil itu sebelumnya.

"Assalamu'alaikum...." Widia mengucap salam.

"Wa'alaikum salam," sahut dua orang pria kompak. Dia adalah Ayah Widia dan seorang temannya yang kebetulan Widia juga kenal.

"Om Jun?" ujar Widia.

"Kamu masih ingat sama Om?" tanya pria tua berpenampilan nyentrik itu.

"Masih dong Om, dulu kan kita pernah jadi tetangga sebelum kami pindah rumah," Widia meringis.

"Syukur deh kalau masih ingat. Bagaimana kabarmu Nak?"

"Baik, Om. Kabar Om dan keluarga bagaimana?"

"Baik, juga alhamdulliah." Juned manggut-manggut.

"Nak, bantu Ibumu buat makanan di dapur," Akbar menyela obrolan Juned dan Widia.

"Oke, Ayah." Widia mengacungkan kedua jempol tangannya ke atas tanda setuju.

Widia berjalan menuju dapur, dua pria tua itu kembali melanjutkan pembicaraan rahasia mereka. Entah apa yang menjadi topik obrolan mereka, tapi wajah mereka nampak sangat serius.

Grep....

Widia memeluk tubuh ibunya dari belakang, bau pewangi pakaian tercium lembut di hidung mancungnya. Widia sudah tidak sabar ingin membagi berita bahagia pada sang ibu.

"Dari mana saja kamu?" tanya Rini dengan nada setengah sewot.

"Dari restoran punya Varo Bu, ngelamar kerjaan," sahut Widia.

"Terus keterima nggak?" Rini penasaran.

"Alhamdulilah keterima Bu, besok Widia sudah mulai kerja." Sahut Widia sambil melompat-lompat kecil.

"Oh.... Iya? Ibu ikut senang buat kamu. Kerjanya yang rajin ya, ingat nabung buat masa depan kamu!" pesan Rini.

"Iya, Bu. Ngomong-ngomong, Om Juned tumben main ke sini Bu? Ada acara apa?" tanya Widia. Dia penasaran karena setelah sepuluh tahun mereka pindah ke rumah ini, Om Juned baru datang berkunjung.

"Nggak ada acara apa-apa kok, cuma mau silaturahmi saja," Rini menyunggingkan senyum lebar. Senyum yang membuat Widia menaruh sedikit curiga, karena tidak biasanya ibunya senyum selebar itu.

"Tapi kok Ibu kelihatannya senang begitu sih Bu?" Widia menaikan alisnya sebelah.

"Jangan banyak bicara, mending kamu bantu Ibu masak buat makan malam. Ibu mau ajak Om Juned makan bersama kita nanti," perintah Rini. Jelas sekali wanita itu sedang mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya, Bu," sahut Widia patuh. Dia malas untuk bertanya lagi walaupun hatinya masih dirundung rasa penasaran yang cukup besar.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Keluarga Cemara

    Junaidi datang berkunjung ke rumah besannya, dia membawa banyak makanan dan beberapa suplemen yang di perlukan oleh Ibu hamil. Junaidi adalah seorang dokter spog.k.feir. Dokter yang memeriksa Agam dan menemukan fakta kalau pria itu mandul, dan tidak ada yang tau termasuk Milla.Junaidi senang melihat Dion terlihat lebih hidup dari sebelumnya, dia ceria dan bersemangat. Disekitarnya di kelilingi oleh aura positif. Dalam hati, Junaidi berdoa semoga hubungan rumah tangga Dion dan istrinya akan langgeng dan berjalan mulus seperti jalan tol.Saat itu week end, Dion memanfaatkan waktunya untuk membantu Widia mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci, menyapu, bahkan memasak. Dia berjanji akan terus melakukan itu pada Widia hingga dia tua dan tidak bisa melakukan aktifitas lagi.Widia menyuguhkan secangkir teh hangat dan makanan ringan, mertua dan Ayahnya nampak sibuk bercakap-cakap."Kira-kira besok anaknya cowok atau cewek ya," ucap Akbar."Cowok cewek tidak apa lah, yang penting kan se

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Kejujuran Sarah

    Dion mengantar Widia dan Surti ke toko, setelah itu dia pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Hari pertama buka pasti belum banyak pelanggan berdatangan, Widia merasa cukup walau hanya memperkerjakan satu orang saja.Semua pakaian yang Widia beli sudah tergantung rapih di rak display, Dion yang mengurusnya kemarin bersama dengan beberapa temannya. Pria itu tidak memperbolehkan Widia bekerja terlalu keras karena takut mengganggu kehamilannya."Kamu sapu lantai lalu pel, yang kering ya, biar nggak licin," perintah Sarah pada Surti."Siap Mbak,"Surti gadis muda yang polos, baru lulus SMA beberapa minggu lalu. Dalam keseharian dia terlihat kalem, penurut sekali pada orangtuanya. Sekali tatap Widia bisa tau kalau Surti gadis yang jujur.Beberapa jam terlewati, mulai ada pelanggan baru berdatangan. Widia dan Surti melayani dengan ramah, sepenuh hati. Tentunya agar mereka tidak kapok dan mau berkunjung untuk belanja kembali.Pundi-pundi uang mulai masuk ke dalam laci meja, Widia mengelus peru

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bawaan Hamil

    "Aku hamil Mas," ucap Widia sambil meraih tas kerja Dion dari tangannya.Dion sempat kehilangan fokus beberapa detik, sebelum akhirnya dia sadar dengan apa yang istrinya katakan. Widia hamil, sebentar lagi dia akan menjadi seorang Ayah.Dion tak menyangka Tuhan akan memberikan anugerah secepat itu, karena dia dan istrinya baru melakukan hubungan beberapa kali. Usia pernikahan mereka pun belum genap satu bulan.Dion memeluk Widia erat, mencium keningnya sambil menitihkan air mata. Dia terharu, karena dua impiannya terwujud dengan cepat. Pertama, menikah dengan Widia. Kedua, memilik seorang anak dari Widia."Mungkin karena ini kamu jadi sensitif dan cemburuan padaku," Dion melonggarkan pelukannya. dia mengangkat wajah dan menatap istrinya dengan senyum manis."Tapi aku belum siap hamil,""Apa yang membuatmu tidak siap?""Kata orang, melahirkan itu sakit. Taruhannya nyawa, aku takut,""Jangan takut, tubuh wanita sudah dirancang demikian rupa oleh Tuhan agar kuat menerima rasa sakit saat

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Positif

    Akbar baru saja selesai menyiram tanaman, dia melihat Widia kembali sambil menenteng saru plastik buah potong. Ada buah mangga, belimbing, juga buah kedondong. Hampir semua buah yang dia bawa berasa asam, padahal sebelumnya Widia tidak suka makanan yang berasa asam.Melihat perubahan dalam diri Widia, Akbar langsung memiliki filling kalau anak perempuannya mungkin sedang ngidam. Dia segera menyusul Widia ke dapur, wanita itu tengah bersiap untuk membuat bumbu rujak sendiri."Kenapa tadi tidak beli bumbu rujak yang sudah jadi saja Wid?" tanya Akbar."Lebih enak buat sendiri Yah, lebih banyak pula sambalnya,""Tumben sekali kamu pengen makan rujak, lagi ngidam ya?""Ngidam? Ah, enggak kok. Widia lagi kepengen saja,""Kamu sudah telat datang bulan belum?""Idih, Ayah. Apaan si! Timbang kepingin makan rujak saja jadi heboh,""Ya.... Siapa tau gitu kamu lagi ngidam. He.... He....He...."Widia terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kapan hari terakhir dia mendapatkan datang bulan. Sepertiny

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bibit pelakor

    Widia mengatur janji temu dengan Dion saat jam makan siang di halaman rumah sakit. Dia hendak mengantar makan siang buatannya untuk Suami tercinta.Widia datang sedikit terlambat karena jalanan sedikit macet. Dia melihat Dion sedang duduk di sebuah kursi di temani oleh seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Inggrid temannya."Lama ya," ucap Widia sambil melempar wajah datar. Dion langsung tau kalau istrinya tidak suka dirinya dekat dengan Inggrid, dia pun segera menjaga jarak."Ah, tidak kok. Mau temani aku makan siang?""Tidak perlu, aku sudah kenyang. Lebih baik sekarang Mas kembali ke ruang istirahat dokter saja, nanti jam makan siangnya keburu habis,""Oke."Widia mengulurkan kotak makannya pada Dion, kemudian mengalihkan pandangan matanya pada inggris."Bisa kita bicara sebentar Nona Inggrid? Aku mau membahas tentang toko yang aku sewa darimu," ucap Widia."Bisa, aku ada waktu luang kok," sahut Inggrid.Sebenarnya dion ingin ikut nimbrung dengan obrolan itu, tapi dia takut Widia

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Karma Dibayar Tunai

    Roda kehidupan benar-benar berputar. Dulu Agam sangat menyepelekan Widia, kini wanita itu bisa mandiri membuka usaha sendiri tentunya dibantu oleh dukungan sang suami. Tak hanya soal ekonomi, cerita cinta Widia dan sang suami terlihat sangat mulus seperti jalan tol.Agam memandangi mantan istrinya dari jauh, dia sedang asyik makan bersama dengan Dion sang suami. saat ini Agam sedang berada di sebuah rumah makan untuk membeli lauk kesukaan Ibunya.Ada sedikit rasa nyeri di hati Agam melihat mantan istrinya hidup damai dan bahagia. Kenapa Widia bisa mengalami hal-hal baik? Sementara Agam selalu apes dalam segala hal. Perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, dia di pecat dan jadi pengangguran. Ibunya sakit parah, istrinya berselingkuh dan putra semata wayangnya ternyata adalah anak dari pria lain."Karmaku benar-benar di bayar dengan tunai," lirih Agam dengan mata berkaca-kaca.Selesai makan, Dion pamit pergi ke rumah sakit untuk kembali bekerja. Sementara Widia masih asyik menyantap makan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status