Satu minggu setelah dilamar kekasihnya, Shanie seorang tentara pasukan tempur memutuskan untuk melaksanakan tugas terakhirnya di Burkina Faso sebagai pasukan bantuan. Shanie berencana setelah misi itu selesai, dia akan pensiun dan menikah dengan Javier. Nahasnya, dalam misi itu Shanie meninggal. Sebuah kesempatan kedua tiba-tiba datang pada Shanie didetik napas terakhirnya! Shanie kembali terbangun, namun terperangkap dalam tubuh Eleanor Roven tepat dihari pernikahan Eleanor dengan Killian Morgan, mantan pacar yang paling Shanie benci! Mengejutkannya lagi, ternyata Killian Morgan adalah adik kandung Javier, calon suami Shanie! Mampukah Shanie menjalankan peran Eleanor Roven sebagai isteri Killian Morgan sekaligus seorang ballerina?
View More“Pengantin perempuan, lihatlah kemari!”
“Eleanor lihatlah ke kamera!” Mendengar keriuhan, Shannie terperanjat. Seingatnya, dia baru saja terkena peledak saat tugas terakhirnya di medan perang. Tapi kenapa wanita itu sekarang di katedral? Shanie benar-benar tidak mengerti dengan situasi ini, dia sampai tidak tahu apakah harus tersenyum haru karena selamat, atau harus menangis kebingungan, atau justru histeris ketakutan. Terlebih, sebuah tangan mendadak merangkul bahu Shanie yang terbuka dan menariknya untuk lebih dekat. Dada bidang seorang pria membuatnya meremang, terlebih ia berbisik sesuatu pada Shannie, “Sebenci apapun kau dengan pernikahan ini, setidaknya fokuslah dan lakukan tugasmu dengan sempurna,” Wajah Shanie perlahan terangkat, melihat seorang pria berpakaian pengantin tengah merangkulnya dengan mesra dan berbicara so akrab. Dipandangnya pria itu dengan kebingungan, namun semakin Shanie pandangi wajahnya yang familiar, sama-samar Shanie ingat jika pria itu adalah Killian Morgan! Mantan kekasihnya semasa kuliah! Pria yang telah menjadikannya bahan taruhan dan mempermalukannya dengan kejam. Killian menyeringai membalas tatapan Shanie yang terus memandanginya tanpa berkedip. “Kenapa Sayang? Kau ingin ingin pose ciuman agar terlihat lebih intim seperti pernikahan impianmu?” Bugh! Refleks saja tangan Shanie terayun, menghajar wajah Killian sampai membuat sang mempelai pria itu terjungkal dan mengaduh kesakitan di tanah. “Jaga bicaramu Brengsek! Berani-beraninya kau menyentuh dan bicara tidak sononoh padaku!” teriak Shanie marah hingga bersiap menghajarnya lagi. Semua orang yang semula tengah bersuka cita menikmati moment kebahagiaan mendadak hening, melihat Killian Morgan, sang mempelai pria dihajar isterinya sendiri, Eleanor Roven. Orang-orang langsung membantu Killian bangun dalam keadaan hidung yang mengeluarkan darah. “Eleanor, apa yang kau lakukan!” teriak seseorang marah. Tidak tahu jika orang yang dipanggil ‘Eleanor’ itu adalah dirinya, Shanie justru sibuk dengan kepanikannya sendiri, melihat gaun pengantin yang melekat pada tubuhnya. Shanie sibuk memeriksa satu persatu anggota tubuhnya dihadapan semua orang, memeriksa dada, lengan hingga mengangkat rok pengantinnya untuk melihat apakah ada peluru yang bersarang dikedua kakinya atau tidak. Shanie kian panik begitu tidak menemukan satupun luka! Shanie juga tidak merasakan sakit apapun! Menyadari keanehan yang terjadi pada dirinya bukan hal biasa, Shanie mulai melihat satu persatu orang-orang asing yang ada disekitarnya dan berakhir pada seorang laki-laki berstelan jas hitam berdiri jauh dari posisinya. Dia adalah Javier, kekasihnya, pria yang sudah melamarnya dan berencana akan memperkenalkannya pada keluarga besarnya setelah nanti Shanie menyelesaikan tugasnya. Tapi, mengapa Javier berdiri begitu jauh darinya dan justru membiarkan Melody adik tirinya bergelayut manja ditangannya? Harusnya Shanie yang kini berada disamping Javier! Javier dan Melody terlihat begitu tenang seolah tidak peduli ditatap tajam oleh Shanie yang telah menangkap basah kemesraan mereka berdua. Mengabaikan tatapan semua orang, Shanie menghampiri Javier dan Melody dengan pandangan tidak percaya. Kata yang sudah ada di ujung lidah harus Shanie tahan karena tarikan tangan Hardy yang membawanya mundur menjauh dari Javier. “Eleanor! Ada apa denganmu sebenarnya?” tegur Hardy menatap tajam putrinya dengan penuh peringatan. “Ada apa ini sebenarnya? Dimana aku sekarang?” tanya Shanie kebingungan, tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. “Jaga ucapanmu Eleanor, bersikaplah terhormat!” tegur Hardy sekali lagi, mencoba menghentikan prilaku aneh putrinya yang selalu penuh ketenangan tiba-tiba saja menjadi kasar dan tidak sopan. “Aku bukan Eleanor! Aku arghht..” Shanie mencengkram lehernya yang tiba-tiba sakit kehilangan suara saat dia hendak menyebutkan nama dan identitasnya. Kepala Shanie mulai pening dan kehilangan keseimbangan, wanita itu langsung jatuh pingsan ditengah kerumunan. “Panggil dokter!” teriak Hardy panik. Hari ini telah berlangsung upacara pernikahan antara seorang pengusaha bernama Killian Morgan dan pewaris Fantasia Ballet Company, Eleanor Roven. Eleanor dan Killian adalah pasangan yang terkanvas sempurna, cantik dan tampan, sederajat, sama-sama berasal dari keluarga terpandang dan berpengaruh, sayangnya keduanya dipersatukan dalam perjodohan hingga akhirnya terjadi pernikahan tanpa cinta dan penuh keterpaksaan. Hardy Roven dan Edward Morgan sudah bersahabat sejak kecil, rencana perjodohan anak mereka pun sudah direncanakan sejak lama. Killian Morgan sejatinya adalah seorang pria liar yang mencintai kebebasan, skandalnya dengan selusin wanita tidak pernah ada hentinya, bertolak belakang dengan Eleanor yang terhormat, cerdas dan ambisius. Sejak lama, Eleanor dan Killian sama-sama tidak pernah menyukai rencana pernikahan ini karena berbagai alasan, sayangnya mereka berdua tidak dapat menolak rencana perjodohan yang sudah berlangsung lama dirancang oleh kedua belah pihak keluarga. Bahkan, Killian sempat kabur ke suatu negara demi menghindari perjodohan ini, namun karena kekuatan keluarganya, dia tetap berhasil kembali dibawa pulang sehingga terjadilah pernikahan hari ini. Tidak begitu mengherankan jika upacara pernikahan hari ini yang awalnya berjalan dengan lancar, tiba-tiba saja menjadi chaos saat Eleanor menghajar pria yang baru sepuluh menit sah menjadi suaminya. *** “Aku benar-benar meminta maaf atas apa yang terjadi, Edward,” sesal Hardy tertunduk malu dihadapan sahabat yang kini sudah menjadi besannya. Edward tersenyum penuh ketenangan seakan sudah terbiasa menghadapi perselisihan Eleanor dan Killian. “Killian baik-baik saja. Harusnya orang yang harus kau khawatirkan saat ini, Eleanor. Aku tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia histeris menangis, apa mungkin dia teringat almarhum ibunya?” Hardy mengusap dadanya yang mendadak nyeri, Hardy sendiri tidak mengerti mengapa Eleanor mendadak kasar hingga berkali-kali jatuh pingsan, padahal sebelumnya dia baik-baik saja. Sudah dua kali Eleanor pingsan dan terus bicara ngelantur sampai tidak bisa diajak berkomunikasi oleh semua orang. Hardy berharap bahwa putrinya yang saat ini sedang ditangani dokter baik-baik saja dan hanya sebatas stress biasa karena dipaksa menikah. Ya, mungkin karena itu?Begitu kesadarannya kembali, Shanie langsung mendorong dada Killian agar menjauh."Sekarang sudah sempurna," ucap Killian dengan senyuman puasnya melihat hasil pekerjaannya sendiri.Hati Shanie berteriak memaki, namun mulutnya terkatup rapat menahan diri.***“Brengsek!” maki Shanie bercermin di dinding lift, dengan kasar dia mengusap jejak merah yang telah Killian tinggalkan dipermukaan kulitnya yang terbuka. Shanie bersungut-sungut marah karena harus menutupinya dengan mengenakan kardigan agar bekas tanda tidak senonoh yang ditinggal Killian tidak terlihat berlebihan. Shanie sangat kesal setengah mati, harusnya dia meninju perut pria itu sampai muntah sebelum meninggalkannya di kamar. Sifatnya buruknya yang suka bertindak seenaknya sangat menyebalkan, Shanie berharap sifat buruknya yang lain telah hilang termakan usia, Shanie akan sangat kesulian untuk untuk mengendalikannya karena suasana hati pria itu sangat mudah berubah bersamaan dengan jalan pikiran yang sulit ditebak.
Shanie melongo kaget mendengar jawaban narsis Killian, sifatnya tidak pernah berubah sejak dulu, masih saja menyebalkan dan bermulut kotor. Gigi Shanie saling mengetat menahan kejengkelan, dia enggan mengalah dengan meringkuk tidur di kursi kecil sementara Killian tidur nyaman diranjang besar yang empuk. Berhari-hari Shanie berada di medan perang dan tidur diatas tanah, tidak akan biarkan dia kembali tidur diatas tempat yang keras. tanpa pikir panjang Shanie langsung membaringkan diri di samping Killian dan melentangkan kedua kakinya untuk mengambil sisa wilayah yang tersisa di ranjang. Apapun yang dilakukan Killian di sampingnya nanti, pria itu sudah tidak membawa pengaruh apapun lagi padanya. Shanie akan menganggap jika saat ini dia sedang tidur dengan seekor anjing. Alis Killian terangkat perlahan, keputusan Eleanor yang membaringkan diri disampingnya dan langsung tertidur cukup mengejutkan. Perempuan membosankan yang sangat irit bicara, minim ekspresi dan selalu menjaga
“Kemana perginya dia? Apa mungkin dia kabur?” pikir Killian tidak menemukan keberadaan Eleanor. Killin sudah pergi menemui ayahnya, dia sudah mandi, namun Eleanor masih tidak kunjung terlihat. Killian membaringkan dirinya di ranjang dalam keadaan bertelanjang dada, melepas lelah dan menyingkirkan pikiran beratnya dari pernikahan yang semakin membebaninya. Killian sudah mengenal Hardy sejak dia masih kecil, lelaki itu memiliki kesan yang baik dalam hidupnya sehingga Killian segan untuk membuatnya tesinggung apalagi menyakiti hatinya. Sementara itu, pertemuan Killian dan Eleanor hanya berlangsung satu tahun terakhir saat dia baru kembali dari luar negeri, tidak ada satu kesanpun yang Killian miliki untuk menggambarkan sosok Eleanor Roven selain dengan kata 'dingin'. Mendengar Hardy kini tengah sakit parah, rasanya tidak tega jika Killian membuatnya hati sahabat ayahnya itu terluka. Mungkin lebih baik jika Killian bersandiwara sejenak dihadapan Hardy agar Hardy bisa tenang da
Duduk bersembunyi di tangga darurat, Shanie membuka tas yang telah Hardy bawakan untuk Elenaor Roven. Shanie harus memeriksanya terlebih dahulu sebelum kembali ke kamar, mungkin saja dari dalam tas itu dia akan menemukan sebuah jawaban penting mengapa jiwanya bisa terjebak dalam tubuh Eleanor. Dari dalam tas itu, Shanie hanya menemukan dompet yang berisi identitas dan kartu lainnya, alat make up dan dan sebuah handpone. Cukup dengan sidik jari, handpone yang sempat terkunci akhirnya terbuka, mempermudah Shanie untuk menemukan banyak informasi didalamnya. Melalui gallery handpone, Shanie menemukan ratusan photo milik Eleanor sejak dia masih kecil hingga dewasa. Menariknya, semua photo didalam gallery itu, Eleanor tengah mengenakana pakaian ballet dengan beberapa potong cuplikan video pertunjukan gemilangnya di atas panggung. Tampaknya, Eleanor sangat mencintai ballet. Pantas saja Hardy sempat membicarakan sebuah pertunjukan pada Shanie, ternyata inilah jawabannya. Tidak menemukan
Shanie melangkah gontai dengan suara isak tangisnya yang tidak dapat hentikan, Shanie butuh udara segar agar bisa terlepas dari sakit dan kegilaan yang tengah terjadi dalam hidupnya saat ini. Tapi, kemana kini Shanie harus melangkah? Dia malu pergi keluar hotel dan bertemu banyak orang dalam keadaan berantakan seperti ini. “Eleanor,” panggil Hardy yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Melihat putrinya yang kedapatan sedang menangis, Hardy mendekat dengan langkah tergesa dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. “Ada apa Nak? Apa Killian sudah berbuat buruk padamu?” tanya Hardy penuh kekhawatiran. Shanie yang kini terjebak dalam tubuh Eleanor hanya bisa menggeleng tidak membenarkan, dia segera memeluk Hardy untuk mencari sebuah sandaran dari sosok orang tua yang begitu Shanie butuhkan agar bisa tetap kuat menghadapi cobaan yang sedang terjadi dalam hidupnya. “Nak, kenapa kau menangis? Tolong beritahu ayah, siapa yang telah menyakitimu?” bisik Hardy mengusap lembut bahu p
Shanie duduk dalam ketegangan, mata dan telinganya telah dia siapkan setajam mungkin menanti apa yang sebenarnya akan dibicarakan Melody dan Javier ditempat ini. “Bagaimana kesan pertemuan pertamamu dengan ibuku?” tanya Javier. Suara helaan napas terdengar dari mulut Melody. “Ibumu orang yang sangat sulit Javier, aku telah berusaha untuk mengakrabkan diri dengannya, tapi dia menciptakan tembok tinggi yang membatasiku,” keluh Melody. Javier tidak bereaksi, pria itu justru sibuk memandang keluar jendela seperti sedang memikirkan sesuatu. “Javier, kau tidak dengar ucapanku?” tegur Melody menaikan nada suaranya. “Aku mendengarnya Melody,” jawab Javier mulai menatap Melody. “Bujuklah ibumu Javier. Hari ini adikmu telah menikah, sebagai seorang kakak harusnya kau juga mudah mendapatkan persetujuan menikah seperti Killian,” pinta Melody dengan serius. Shanie menarik napasnya dengan kesulitan, dari percakapan itu Shanie bisa mengambil kesimpulan jika ternyata Javier adalah kakak Killi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments