Senyum Shassy bertambah lebar, ketika laki-laki yang memanggilnya itu mendekat ke arahnya.
"Sayang," panggil laki-laki tersebut, dan dengan cepat laki-laki itu mengecup puncak kepala Shassy di hadapan semua orang.
Shassy pun terkejut, dan mendorong pelan laki-laki itu. "Mas, kamu apa-apaan sih, malu tau."
"Apanya yang malu," goda Raka.
"Tapi, kenapa kamu ada di sini?" tanya Shassy.
Raka lalu mendekatkan wajahnya pada Shassy. "Itu karena … rahasia," goda Raka.
"Ah, Kamu itu ya Mas, bikin kesal aja. Awas ya kamu …."
Laki-laki itu lalu tersenyum lebar, saat melihat Shassy mengomel pada dirinya.
"Eh, Raka … Kamu kenal sama Shassy?" tanya Tante Tiara yang terkejut dengan kedekatan Shassy dan Raka.
"Tentu kenal dong Tante," ujar Raka, "Dia ini orang yang mau aku kenalkan pada kalian semua, hari ini."
"Apa?" ujar Tante Tiara dan Dira bersamaan.
Raka mengernyitkan keningnya. "Kenapa?"
Shassy pun juga ikut menatap Dira dan Tante Tiara yang terlihat aneh.
"Tidak apa-apa, tapi Shassy tidak pernah cerita kalau dia itu punya kekasih," ujar Tante Tiara.
"Iya, apa lagi kalau pacar Kak Shassy itu adalah Kak Raka," ujar Dira yang ikut protes.
Shassy lalu tersenyum canggung dan menatap Raka. "Jelasin dong Mas," pinta Shassy.
"Sebenarnya Shassy tidak tau kalau kalian itu keluargaku. Hari ini, sebenarnya aku juga ingin mengajak Shassy ke sini, dan memperkenalkan dia pada kalian. Tapi Shassy bilang, dia ingin menghadiri acara orang yang penting untuk dirinya, dan ternyata orang-orang penting itu adalah kalian juga." ujar Raka dengan santai.
"Oh ya?" tandas Keen.
Raka lalu menatap Shassy. "Tentu saja benar. Dan aku rasa, aku memang berjodoh dengannya."
Shassy lalu menundukkan wajahnya yang bersemu, karena malu.
"Dasar," celetuk Keen.
Raka menatap ke arah Keen sejenak, lalu menatap Shassy kembali. "Sayang, jangan-jangan bos yang kamu ceritakan itu, Keen ya? Pantas saja…."
"Mas …." ujar Shassy, sambil melotot pada Raka.
"Apa benar Dir? Keen itu atasannya Shassy?" tanya Raka.
"Itu …."
"Mas, sudah. Iya, Pak Keen itu memang atasanku," sahut Shassy.
Raka lalu mengusap-usap rambut Shassy.
"Mulai sekarang, Kamu tidak perlu takut lagi pada Keen. Karena kita ini keluarga, benar kan Keen?" ujar Raka sambil menatap ke arah Keen.'Aduh, apa-apaan sih Mas Raka ini … bisa disiksa sampai mati aku besok.' batin Shassy yang makin gelisah.
Keen lalu mengangguk pelan tanpa menjawab sedikit pun.
"Nah iya kan Shass, mulai besok jika ada apa-apa di kantor, atau Keen bikin kamu susah, tinggal bilang aja sama aku," ujar Raka dengan santai.
"Iya Mas ...." Shassy pun tersenyum pada Raka, kekasihnya.
Raka dan Shassy sudah berpacaran selama 2 tahun. Raka juga sudah berkali-kali ingin memperkenalkan Shassy pada orang tua dan keluarganya, tapi selama ini Shassy terus mencari alasan, hingga akhirnya datang kesempatan kali ini yang langsung di manfaatkan oleh Raka.
"Aku senang, akhirnya aku bisa memperkenalkan kamu pada keluargaku," bisik Raka.
"Iya, iya ... udah kamu jangan terus dekat-dekat, malu dilihat orang," lirih Shassy dengan wajah yang memerah, karena semua orang yang ada di tempat itu sedang menatap ke arah Shassy dan Raka.
Keen pun langsung berbalik.
"Kak, Kamu mau kemana?" tanya Dira yang tau kalau Keen ingin meninggalkan ruangan itu.
"Aku ingin ke kamar sebentar," ujar Keen.
"Tapi nanti—" Kalimat Dira terputus ketika Tante Tiara menggenggam lengan Dira.
Keen pun akhirnya meninggalkan ruangan tersebut.
Di dalam ruangan itu. Shassy dan Raka menjadi pusat perhatian. Awalnya para tamu undangan mengira kalau Shassy adalah calon menantu dari Nyonya Tiara, karena gaun yang digunakan oleh Shassy senada dengan pakaian keluarga itu.
Tapi saat ini pandangan orang-orang berubah, saat melihat Shassy yang begitu dekat dengan Raka.
"Mereka memang cocok. Lihat, wanitanya cantik, dan Tuan Muda itu juga ganteng." ujar salah satu tamu undangan.
"Ah, kalau Raka bukan hanya ganteng, tapi udah menantu idaman. Sebenarnya aku ingin menjodohkan anakku dengan anaknya Tuan Bastomi itu, tapi kalau sudah seperti ini ... ya, sudahlah," sahut yang lain.
Semua orang pun terus membicarakan Shassy dan juga Raka yang terlihat sangat serasi.
Di sisi lain ....
"Mas, kamu dipanggil tuh," ujar Shassy yang tau kalau Raka sedang dicari oleh seseorang,
"Tenang itu hanya pelayan yang—"
"Mas ...." sela Shassy sambil menyipitkan matanya.
"Baiklah-baiklah, aku ke sana dulu ya ... kamu jangan kemana-mana," ujar Raka.
Shassy hanya tertawa kecil mendengar kalimat Raka yang kekanak-kanakan.
Shassy terus menatap punggung Raka dari belakang, cara berjalan yang elegan, di tambah senyum hangat dari wajah tampan itu, membuat Shassy enggan untuk mengalihkan pandangannya.
Keluarga Brahamanto adalah keluarga terpandang di masanya. Tapi saat ini semua bisnis keluarga terpandang itu sudah di bagi rata pada kedua anaknya, yaitu Ayah dari Raka Sebastian Brahmanto dan ibu dari Keenan Revalado Brahmanto.
Tuan Bastomi, ayah dari Raka adalah pemilik Central Company-perusahaan migas terbesar di Indonesia. Dan di usia 25 tahun saat ini, Raka menjabat sebagai direktur di perusahaan ayahnya. Kecerdasan, posisi dan ketampanan Raka memang menjadi hal yang tidak bisa di pandang sebelah mata oleh keluarga manapun.
Begitu juga dengan Keenan, yang merupakan seorang Presdir di perusahaan peninggalan Almarhum ayahnya. Keenan menjadi Presdir sejak usianya 23 tahun-karena menggantikan ibunya yang saat itu tak sanggup mengalami titik terendah RB Company-perusahaannya.
Dan di saat ini, ketika usianya 30 tahun, Keenan berhasil membawa RB Company menjadi perusahaan Berlian, Fashion, dan Properti tersukses di Asia, dan juga menjadikan keluarganya menjadi salah satu keluarga dari 5 keluarga terkaya di Asia.
*
"Kak," panggil Dira.
Shassy pun segera menoleh. "Iya Dir,"
"Kak, tolong panggilkan Kak Keen ya ... acaranya sudah mau dimulai, tapi ia tak mau turun dari tadi," ujar Dira sambil terlihat gelisah.
Shassy pun celingukan, menatap sekitar. 'Kenapa harus aku?' batin Shassy.
"Ya Kak ...." rengek Dira.
"Hufttt," Shassy menghela nafas, "Baiklah, aku akan memanggil Pak Keen."
Shassy pun segera naik ke lantai 2 rumah tersebut.
"Pak, Pak Keen!" panggil Shassy sambil mengetuk pintu kamar Keen.
Tak ada sahutan, bahkan setelah beberapa kali Shassy mengetuk pintu kamar tersebut.
"Pak, saya masuk ya," ucap Shassy sambil membuka kamar Keen.
Shassy mengernyitkan keningnya, ketika melihat kamar tersebut gelap.
"Pak ... Pak Keen, Anda dimana?" tanya Shassy sambil berusaha mencari tombol lampu di ruangan itu dengan menggunakan cahaya dari ponselnya.
Shassy terus berjalan dengan hati-hati.
'Jangan-jangan dia juga seorang psikopat lagi, nanti kalau dia tiba-tiba mencekikku bagaimana? haduhhhh Shass, apes banget sih nasibmu,' gumam Shassy di dalam hati, sambil bergidig.
Tak lama kemudian ...
"Nah itu dia," ujar Shassy ketika melihat sebuah tombol lampu yang tak jauh di depannya.
Shassy pun segera menekan tombol tersebut.
"Nah, ginikan baru kelihatan," ujar Shassy sambil berbalik.
Tiba-tiba ...
Dughhh! Tubuh Shassy terhentak ke dinding ruangan itu.
AKHH! desah Shassy ketika merasakan sakit di punggungnya
Shassy pun menatap ke arah orang yang sedang mengungkung tubuhnya itu.
"Pak, apa yang Anda lakukan? Ini saya Shassy Pak," ujar Shassy yang mencium bau alkohol dari tubuh Keen.
Lalu ...
"Emhh," Shassy mengerang tertahan, ketika tiba-tiba Keen menggigit pundaknya.
"Pak, hentikan!" ujar Shassy dengan pelan sambil mendorong Keen sekuat tenaga.
Tapi tenaga Shassy benar-benar tak sebanding dengan tenaga Keen, Keen bahkan tak bergeser sedikit pun dan semakin dalam menggigit Shassy.
"Pak, saya mohon hentikan," ujar Shassy yang tak berani berteriak, karena takut menimbulkan masalah.
"Ishhh," desis Shassy ketika gigitan tersebut berubah menjadi sebuah sedotan lembut di pundaknya.
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.