“Bersyukur karena sekarang kau sudah bisa duduk dibandingkan dengan berbaring di tempat tidur,” lanjut kakek Wang Yi mengetuk kesadaran Zhang Yuan tentang perkembangan kesehatannya yang sudah lebih baik dari sebelumnya.
“Kakek, lenganmu berdarah. Apa yang terjadi?”
Wang Yi tertawa kecil mengatakan kalau itu hanya noda darah dari hewan yang dia buruh. Dengan alasan itu, dia cepat keluar dan menggantikan kembali kain perban yang membungkus di lengan lalu mengoleskan ramuan obat ke luka yang menggores seperti cakaran hewan buas.
Mencari ramuan obat untuk Zhang Yuan bukanlah muda, kadang dia harus menuruni tebing dan berhadapan dengan hewan buas di dalam hutan hanya untuk mencari salah satu resep dari ramuan obat itu.
Setiap harinya, saat membuka mata, Zhang Yuan selalu mengingat sudah berapa lama dia dirawat dan sampai kapan lagi dia harus b
Zhang Yuan yang mendengar perkataan itu membenarkan apa yang dipikirkan kakek Wang Yi. Kalau saja dia bisa seperti kakaknya atau setidaknya memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang militer, mungkin saja seluruh keluarganya tak akan dieksekusi dengan alasan pengkhianatan terhadap kerajaan. Wang Yi yang mendengar hal itu malah tercengang, sebab sepengetahuannya jenderal besar Song yang telah mengabdi sekian tahun adalah pribadi yang telah diakui kesetiaannya oleh kaisar terdahulu. Bukan hanya itu saja, seluruh rakyat bahkan tahu tentang kesetiaannya yang mengorbankan diri sendiri menjadi tameng bagi kaisar saat peperangan dengan dua kerajaan untuk merebut hak kekuasaan mengendalikan tiga kerajaan. Mendengar cerita dari kakek Wang Yi di mata para rakyat, timbul kebanggaan dari dalam hati Zhang Yuan. Dia bahkan berpikir bagaimana mungkin seseorang yang telah mengorbankan nyawa untuk kerajaan bisa m
Rasa sakit kembali mengingatkan perkataan ibunya kalau semuanya akan baik-baik saja. Adegan di mana kakinya harus dirawat karena berlutut di lapangan militer sang ayah. “Apa yang kau lakukan, Zhang Yuan?” “Kakek Wang, aku bisa merasakan sakitnya.” Wang Yi menatapnya keheranan sebab orang yang kesakitan bukannya merintih malah tersenyum. “Astaga, apa kau sudah gila,” gumam Wang Yi membuka kembali perban di kaki Zhang Yuan dan merawat luka baru lagi. “Kata ibuku, kalau masih merasakan sakit maka semuanya akan baik-baik saja,” ucap Zhang Yuan mempertahankan senyumannya. “Benar sekali. Ini adalah pertanda bagus, perkembangan pemulihanmu sangat cepat.” “Kakek, apa sebelumnya kau seorang tabib terkenal?”
Dari dua kalimat di atas hanya satu kalimat yang dia mengerti, tapi kalimat yang kedua sama sekali tidak bisa dia pahami. Lembaran yang kedua berisi tentang lima strategi inti taktik perang. Setiap strategi inti memiliki banyak taktik yang dijabarkan secara panjang lebar. Bahkan harus menghabiskan sepuluh lembar hanya untuk satu inti taktik saja. Bukannya tidak paham dengan apa yang ditulis, tapi Zhang Yuan yang tidak terlalu suka membaca dan belajar merasa bosan jika harus berlama-lama menatap tulisan. Namun kali ini berbeda, tulisan ayahnya menjadi semangat untuk mendorong diri agar membaca semua yang tertulis dan mendengarkannya pada kakek Wang Yi. Sementara Zhang Yuan membaca, Wang Yi sepertinya tidak memedulikan suara Zhang Yuan. Dia hanya sibuk mengangkat potongan kayu dan membelanya dengan kapak. “Kakek Wang, apa kau mendengarkanku?
Wang Yi panik dan mendekati Zhang Yuan, tapi hal yang tak terduga membuatnya tersungkur ke tanah. Ternyata Zhang Yuan hanya berpura-pura dan mendorongnya. Zhang Yuan berdiri dan tertawa keras sebab rencananya telah berhasil. Sejak penyerangan tadi, dia tahu kalau kakek Wang sama sekali tak ingin menyakitinya, apalagi tendangan di bidang datarnya sama sekali tidak sakit. Jadi dia menggunakan kesempatan ini agar kakek Wang menurunkan kewaspadaannya. “Memanfaatkan emosi untuk mengalahkan lawan. Sangat cerdik!” “Jadi, aku sudah boleh pergi?” “Pergilah.” Zhang Yuan kegirangan akhirnya bisa mendapatkan kebebasan, ditambah lagi ini pertama kalinya dia mengalahkan lawan dan diakui oleh lawan. Setelah berpamitan, dia turun dari gunung dengan membawa beberapa pakaian dan hasil buruan. Namun baru saja memasuki hutan, dia telah kehilangan arah
“Jangan bercanda, Kek.” “Memulai sesuatu itu harus dari awal dan dasar. Kau harus belajar merangkak dulu baru bisa berjalan. Paham?” Zhang Yuan mengangguk pelan meski sebenarnya dia sedikit tak paham dengan cara pelatihan kakek Wang seperti apa. “Jadi aku hanya perlu menarik-narik tali ini?” “Benar.” “Eh, apa yang kau lakukan?!” sela Wang Yi menghentikan tangan Zhang Yuan yang menarik tali berulang kali dengan kedua tangannya. “Tadi Kakek bilang aku hanya perlu menariknya.” “Kapan aku bilang kau boleh memulai?” “Lalu untuk apa Kakek memanggilku kemari dan memberitahukan barang aneh ini?” “Hanya pengenalan saja. Nanti setelah kau berla
Mata Zhang Yuan menyipit mencoba mengingat wajah yang tak asing itu, tapi sayang dia tak bisa mengingatnya. “Suruh mereka menyingkir. Aku tak mau tikus jalanan menghambat perjalananku.” Zhang Yuan merasa tak terima dengan perkataannya, tapi tangan Wang Yi dengan kuat mencengkeram untuk memperingatkannya agar tetap bersabar. Ternyata seperti inilah menjadi orang yang tak berdaya melawan kekuasaan. Apakah hal itu dirasakan juga oleh orang-orang yang pernah dia perlakukan di saat nama ayahnya berjaya di kerajaan Song. Kereta juga telah pergi dari hadapan mereka meninggalkan kegeraman yang tertahan di hati Zhang Yuan. Kalau saja tidak ada Wang Yi, mungkin dia telah berseteru dengan pria angkuh itu. “Cih! Sombong sekali!” umpat Zhang Yuan melepaskan tangan Wang Yi yang masih memegangnya. “Zhang Yuan, kau harus t
“Oh astaga, apa otakmu kemasukan arak?” “Aku ingin membersihkan nama baik ayahku. Dia bukan pengkhianat, Kek!” Perkataan itu murni timbul dari dalam hati Zhang Yuan. Meski peluang untuk mencapai keinginannya sangat kecil, tapi dia yakin jika kemampuan diri ditingkatkan lagi maka dia bisa membersihkan nama baik ayahnya. “Dengan apa? Memangnya suara rakyat kecil sepertimu akan didengarkan oleh orang lain?” Wang Yi menarik napas panjang dan menyodorkan mangkuk ke arah Zhang Yuan, “cepat minum dan segarkan dulu pikiranmu itu. Jangan menambah masalah yang akan membuatmu dipenjara lagi.” Zhang Yuan meneguk habis sup penghilang mabuk dengan cepat, “aku ingin bergabung dengan prajurit Song!” “Berhentilah berangan-angan, dengan kemampuanmu seperti ini hanya akan menjadi daging cincang di medan perang,” sambung Wang Yi, sengaja meremehkannya
Bukan hanya pelatihan fisik saja yang ditekuni oleh Zhang Yuan, tetapi buku taktik perang yang ditinggalkan ayahnya juga dia pelajari. Dia sendiri tak menyangka kalau semakin membacanya maka semakin ada ketertarikan dari dalam diri untuk mendorongnya membaca semua yang tertulis di dalam sana. Namun begitu sampai pada lembaran terakhir, dia merasa ada yang kurang sebab masih ada satu inti taktik perang yang terakhir tak tertulis di sana. “Kakek Wang, apa kau merobek bagian akhir dari buku ini?” “Jangan menuduh sembarangan. Mana berani aku melakukan hal itu. Mungkin saja jenderal Zhang Jin belum selesai menulisnya dan memberikannya padamu.” “Lalu apa taktik yang terakhir?” “Mana aku tahu? Lagi pula meski kau membacanya tak mungkin secepat itu kau akan mengerti,” ucap Wang Yi tertawa remeh. H