“Apa semua itu benar?” tanya Zhang Yuan menghentikan pembicaraan mereka.
“Yang Guang, kau masih baru di dalam pasukan kami. Semua hal itu benar, kalau Jing Lei tidak melaporkan pengkhianatan jenderal Zhang Jin, mana mungkin dia bisa menggantikan posisi jenderal besar,” bisik salah satu dari mereka yang sepertinya tak ingin pembicaraan itu terdengar oleh orang lain.
“Pengkhianatan apa yang kalian bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti,” lanjut Zhang Yuan bertanya.
“Kami juga baru setahun lebih berada dalam pasukan ini, tapi seluruh kerajaan tahu kalau jenderal Zhang Jin ingin posisi yang lebih tinggi dan bekerja sama dengan kerajaan Wei, tapi sayang sekali Jenderal Jing Lei yang dulunya komandan utama, tidak terima hal itu dan melaporkannya ke kaisar.”
Mendengarkan cerita dari mereka, hati kecil
Angin yang berembus menghantarkan suara Jing Lei hingga bisa sampai ke telinga Murong. Bunyi alat perang yang sejak tadi dibuat pasukan Huan sekarang telah berhenti. “Kali ini tak akan aku biarkan kau menyombongkan diri lagi, Jenderal Jing Lei!” Jing Lei tertawa keras mendengar perkataan itu. Dia mengangkat pedang jenderal Murong yang dicuri Zhang Yuan ke atas kepalanya, “bagaimana kau bisa menyerangku tanpa pedangmu, jenderal Murong?!” Melihat pedang sendiri yang berada di tangan musuh, Murong menahan kekesalan mengingat penyusup yang berani masuk ke tenda ternyata adalah bawahan Jing Lei sendiri. Namun hanya sesaat, dia segera mengubah ekspresinya dengan membalas menertawakan kesombongan Jing Lei. Dia menarik pedang yang tersarung di pinggangnya dan mengangkat ke atas. “Bagaimana kau bisa yakin kalau bawahanmu bisa keluar dengan k
Zhang Yuan berhasil menghindari ayunan pedang itu. Sedangkan jenderal Murong yang sudah tak bisa menahan geramnya lagi, memilih untuk turun dari kuda dan berhadapan secara langsung dengan Zhang Yuan. SIAP ATAU TAK SIAP, MUSUHMU AKAN TERUS MENYERANG! Perkataan ayahnya waktu itu menyadarkan dia kalau inilah maksud dari ayahnya berlaku keras dan dingin. Semua yang diajarkan ternyata untuk kebaikannya di masa depan. Zhang Yuan mengatur pernapasannya dan mengeratkan cengkeraman tangan di pegangan pedang. Tak ingin wajah kelelahannya dilihat oleh musuh, dia menegakkan kembali tubuh dan tersenyum kecil untuk membuktikan kalau dia siap untuk bertarung. “Yang Guang, kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku tak bisa menahan geram! Bersiaplah untuk mati!” Murong berlari cepat dan melompat ke arah Zhang Yuan beriring dengan tebasan pedangnya. Sedangkan Zh
“Dia adalah milik kaisar, Yang Guang. Cepat ikat dia!” pintah Jing Lei melemparkan gulungan tali tambang ke samping Zhang Yuan “Prajurit sejati tak memiliki hati, Yang Guang. Pedang yang terhunus tak boleh ditarik kembali dari target. Ayo bunuh aku … apa kau takut?” Zhang Yuan menahan geramnya hingga membuat pedang yang dia pegang ikut bergetar. Ingin sekali dia menghabisi nyawa Murong, tapi mengingat perintah Jing Lei dia harus mengurungkan niat hatinya. Dengan berat hati, Zhang Yuan menarik kembali pedang yang telah dihunuskan di hadapan Murong lalu mengait tali di sampingnya dan menangkap dengan cepat. “Ha ha ha … kau lemah!” ucap Murong menertawakan Zhang Yuan yang kini telah berada di belakang dan mengikat kedua tangannya membelakangi pinggang. “Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan, jenderal Murong. J
“Kalau begitu, semoga kau bisa bertahan sampai tiba di kerajaan.” Jing Lei pergi setelah mengucapkan kalimat sarkas itu di hadapan Zhang Yuan. Tentu saja hanya itu yang bisa dia ucapkan. Tak peduli seperti apa pengorbanan Zhang Yuan dalam menangkap jenderal Murong, tak akan membuat Jing Lei mengakui atau pun berterima kasih atas konstribusinya. Racun di dalam tubuh kini semakin menyiksa dirinya. Luka yang di bahu akibat sayatan pedang Murong semakin nyeri dan terasa panas. Napasnya juga menjadi tidak karuan seperti ada sesuatu yang menghalangi saluran pernapasannya. Di luar sana sangat bising. Zhang Yuan keluar dari dalam ruangan dan melihat ke bawah. Semua prajurit saat ini sedang menikmati kemenangan mereka dan tak memedulikan keadaan dirinya yang mungkin sudah tak lama lagi akan meninggal. “Hei, Yang Guang? Apa kau sudah merasa baikan?&rdquo
Jenderal Murong berdiri dan mendekatinya di balik jeruji besi yang menghalangi jarak mereka berdua. Dia menunjukkan pil obat berwarna hitam di tangannya sembari memainkan bulat kecil itu di jemari. “Penawarnya hanya ada satu. Pikirkan baik-baik, Yang Guang. Sekarang racun itu sudah masuk ke dalam darahmu, jangan menunggu sampai dia meledakkan jantungmu,” ucap jenderal Murong menunjukkan senyuman menakutkan. Saat ini Zhang Yuan berada di pilihan yang sangat sulit. Ini benar-benar membuatnya gila! Jika membiarkan Murong lolos maka jelas dia telah berkomplot dengan musuh kerajaan, tapi dia juga tak mau jika racun ini mengakhiri nyawanya begitu saja sebelum semua tujuannya tercapai. Zhang Yuan membalikkan badannya, menahan ketidakberdayaan pilihan yang harus dia ambil. Namun hatinya jelas tahu kalau mengambil penawar itu maka ada harga yang harus dibayar. Dia mel
Zhang Yuan mendekati kurungan kayu yang membawa Murong, “kenapa kau berhenti tertawa?” Murong memandangnya datar. Dia masih menunggu Zhang Yuan untuk menyetujui tawaran yang dia berikan. Namun setelah beberapa menit berlalu tak juga ada tanda-tanda penderitaan dari Zhang Yuan. “Kenapa kau melihatku seperti itu, jenderal Murong? Apa kau benar-benar menginginkan kematianku?” “Huh! Meski kau berusaha untuk menahan efek racunku, tapi kau tidak akan selamat Yang Guang.” “Inilah kehebatanku, jenderal Murong. Bukankah sudah aku katakan padamu, kalau kau akan melihat kehebatanku yang lain?!” Mata Murong memaku seakan tak percaya jika ada orang yang bisa selamat dari racunnya, atau ada orang yang bisa bertahan sampai sekarang setelah terkena racun itu. Dia masih terdiam melihat Zha
“Jadi … ini adalah prajurit yang melepas paksa ketopong jenderal Murong?” “Aku hanya sedang beruntung saja, yang mulia.” Kaisar Qin Huang tertawa keras sebab Zhang Yuan bukanlah lelaki yang membanggakan diri sendiri meski memiliki kemampuan yang hebat. Dia memanggil Zhang Yuan untuk mendekatinya agar bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa dari prajurit pemberani itu. Namun baru saja melangkah, Zhang Yuan bertekuk sambil menahan sakit yang diakibatkan oleh racun di dalam tubuh. “Lancang! Berani-beraninya kau mengotori istana kaisar dengan darahmu?!” hardik kasim pribadi Qin Huang yang berdiri di sampingnya. “Jenderal Jing Lei, ada apa dengannya?” Jing Lei dengan cepat memberitahukan kalau Zhang Yuan terkena racun dari pedang jenderal Murong saat bertarung, tapi dia memilih untuk menghadap kaisar terlebih
Kereta segera berjalan begitu Zhang Yuan masuk di dalamnya. Sesekali dia menengok dibalik tirai jendela untuk melihat keramaian kota. Namun baru sebentar menaruh perhatian di beberapa toko, matanya tiba-tiba memaku saat melihat gerbang rumah besar yang diberikan tanda segel kertas menyilang berwarna kuning. Sesuatu yang masih membekas di dalam hati seperti tak mengizinkan untuk menikmati kebahagiaan sebelum menyelesaikan tujuan. Suasana hati yang baik tidak bertahan lama, karena setiap sudut kota merupakan kenangan manis yang telah berubah menjadi kepahitan bagi mata, hati dan pikiran. Embusan napas berat menahan semua kegeraman beriring dengan kedua tangan yang mengepal. “Cepatlah!” Satu kalimat perintah yang terdengar kasar dari dalam kereta membuat langkah kaki sang kuda semakin cepat membawanya menyusuri jalanan yang padat itu. Hingga beberapa menit kemudian berhenti di depa