Semua menteri merasa penasaran akan apa yang ada di tangan kaisar hingga membuat ekspresinya begitu seram untuk dilihat.
“Lancang! Berani-beraninya ada orang yang berkhianat di dalam kerajaanku?!” bentak Qin Huang memukul meja dengan tangannya sendiri. Dia dengan cepat melemparkan tumpukan kertas laporan ke arah Dong Shuo yang sejak tadi hanya terdiam.
“Lihat! Bagaimana bisa kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap rakyatku?! Apa ini yang kau maksudkan semua rakyat di dalam pemerintahanku hidup dengan baik? Hm!”
Semua menteri yang hadir berlutut dengan cepat sembari berucap menenangkan emosi Qin Huang yang telah pecah. Sedangkan Dong Shuo sendiri memilih untuk memungut semua lembaran kertas itu dan melihat satu persatu coretan yang tertulis di sana.
“Yang mulia, aku sama sekali tidak tahu perbuatan pejabat daerah ini. Maafkan atas kelalaian yang s
Keduanya duduk saling berhadapan di tengah meja yang sudah tersajikan makanan dan beberapa botol arak. Pengelola bordil juga memberikan pelayanan terbaik sebab sebelum masuk Jing Lei telah menyodorkan 1 tael emas kepadanya. Belum lama duduk di dalam sana, beberapa wanita bordil masuk ke dalam ruangan dengan pakaian yang minim dan bersiap untuk melayani mata mereka dengan beberapa tarian. Musik terdengar lembut di telinga, pandangan mata Zhang Yuan memang tak bisa menolak keindahan di depannya. “Aku pernah mengenal seorang lelaki muda yang kehidupannya hanya dihabiskan di rumah bordil bersama dengan wanita-wanita dan arak yang ada di dalamnya.” Perkataan Jing Lei membuat fokus Zhang Yuan teralihkan. Dia terdiam sejenak untuk menunggu cerita itu berlanjut. Jing Lei melanjutkan ceritanya dengan mengenalkan lelaki yang dia maksud adalah anak kedua dari jenderal pengkhianat Zhang
Tujuan awalnya untuk melihat riwayat Jing Lei dan sejarah kejayaan kerajaan Song, membawanya ke sesuatu hal yang sangat penting. Ada perbedaan besar antara sejarah kehidupan ayahnya dan sejarah kerajaan Song. Selain tulisan tangan yang berbeda, peristiwa sang ayah yang melakukan tindakan pengkhianat dengan meloloskan sekian banyak logam untuk diserahkan pada kerajaan Wei, dan menyebabkan kematian pasukannya secara masal tertulis di buku sejarah kerajaan Song, sedangkan di buku sejarah ayahnya memang sama tapi dengan tulisan yang berbeda. Hal ini memang terlihat biasa saja jika dibaca oleh orang lain, tapi bagi Zhang Yuan ini menyimpan arti lain baginya. Pengelolaan logam saat itu ditangani oleh penasihat Dong Shuo, tapi kenapa dia tidak bisa mengetahui hal ini dan malah diungkapkan oleh Jing lei. Apa ada persekongkolan di antara mereka berdua. Zhang Yuan keluar dari dalam sana dan bertanya tentang siapa yang bert
Ketegangan di antara mereka berdua berakhir saat penasihat Dong Shuo masuk ke dalam ruangan itu. Dia memberitahukan kepada kaisar kalau tugasnya untuk menangkap pejabat daerah yang berkhianat telah selesai dilaksanakan. Setelah selesai berbicara, Dong Shuo malah tersungkur dan terbatuk mengeluarkan bercak darah di mulutnya. Hal itu membuat kaisar penasaran apa yang terjadi padanya. Dong Shuo terdiam dan bangkit berdiri dengan wajah ragu seolah menyimpan sesuatu yang tak ingin dia katakan di hadapan kaisar. “Penasihat, apa kau ingin menyembunyikan sesuatu dari kaisarmu?!” Akhirnya Dong Shuo membuka mulutnya dengan mengatakan kalau dia terluka di perjalanan saat menangkap pejabat daerah. Sekumpulan rakyat menyerangnya dengan alasan bahwa mereka mendengar rumor tentang dirinya adalah orang dibalik semua kejahatan pejabat daerah. “Dan juga …
Mereka berkumpul kembali melingkari Zhang Yuan dan dengan kompaknya mengerahkan kelompok prajurit untuk menyerang Zhang Yuan secara bersamaan hingga akhirnya Zhang Yuan terkepung dan tak bisa bergerak di tengah formasi penguncian target dari pasukan tombak. Zhang Yuan tersenyum dan mengakui mereka menang. Dia bangga dengan kemajuan kemampuan pasukannya. Dengan begini, meski mereka hanya berjumlah sedikit, tapi di bawah komandonya pasti akan memukul takut mental musuh. “Persiapkan diri kalian! Kita akan berangkat besok bersama dengan pasukan jenderal Jing Lei ke perbatasan Utara.”*** Saat ini seluruh pasukan Zhang Yuan sudah berkumpul di depan gerbang istana untuk menerima titah langsung dari kaisar. Di samping mereka berbaris rapi dan padat pasukan Jenderal Jing Lei yang begitu banyak dan terlihat gagah berani dibandingkan dengan seratus prajurit muda
Meski sudah mendapat perintah dari Jing Lei tapi Zhang Yuan sendiri masih merasa ada yang ganjil di situasi seperti itu, “jenderal Jing Lei, karena prajuritku belum pernah turun langsung ke medan perang yang sebenarnya, bagaimana kalau membiarkan prajuritmu menyerang terlebih dahulu?” “Bukankah tadi kau sangat menyombongkan prajuritmu, kenapa sekarang malah kau terlihat takut?” Zhang Yuan hanya bisa menerima dan membiarkan Jing Lei tersenyum remeh untuk sementara waktu. Bukannya khawatir dengan nyawa prajuritnya, tapi dia sedang mempersiapkan rencana cadangan jika ada hal mengejutkan yang akan diberikan pasukan Wei. Waktu untuk menyerang telah tiba, Jing Lei memerintahkan beberapa prajuritnya untuk menyiram minyak tanah ke gulungan alang-alang kering yang telah mereka siapkan dan menggulingkannya ke lokasi perkemahan pasukan Wei. Pasukan pemanah m
Pertarungan terjadi antara Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei. Serangan tebasan dilayangkan pada Zhang Yuan hingga membuatnya harus menangkis beberapa kali tanpa melawan balik. Musuh kali ini tak bisa diremehkan, kecepatan gerak Zhang Yuan bisa diimbangi dengan kemampuan jenderal Wei. Tebasan demi tebasan dilayangkan oleh Zhang Yuan, tapi bisa ditangkis dan dihindari hingga akhirnya salah satu lengan jenderal Wei berhasil tersayat oleh pedangnya. Hal ini membangkitkan kegeraman sang musuh, Zhang Yuan kembali diserang secara membabi buta dan berakhir dengan lengan yang tersayat. Pertarungan ini mendapatkan hasil seimbang, jenderal Wei adalah lawan tangguh. Keduanya menjeda pertarungan mereka, mengumpulkan kembali kekuatan sebelum menyerang lagi. Sedangkan pasukan yang lain masih terus bergelut dalam pertarungan mereka masing-masing. Sekali lagi Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei memu
Siang hari itu, Zhang Yuan masih memikirkan hal aneh yang terjadi dalam penyerangan semalam. Pandangan matanya tertuju ke kumpulan pasukan yang beristirahat di tengah hutan, tapi ada satu wajah yang tidak berada di sana. Dia berdiri dan berjalan di sekitar hutan, menjauhi area pasukan mereka. Dugaannya benar saat melihat seorang prajurit bawahan Wu Chen mengendap-ngendap dengan wajah misterius, memperhatikan sekelilingnya. Zhang Yuan bersembunyi di balik batang pohon besar untuk melihat tindakan apa yang akan dilakukan prajurit itu. Dahi Zhang Yuan mengerut saat melihat seekor merpati menghampiri lelaki tersebut dan dengan segera mengikatkan gulungan kertas kecil di kaki merpati lalu menerbangkannya. Begitu lelaki itu pergi, Zhang Yuan melemparkan batu kecil ke arah burung yang belum jauh dari pandangan matanya.Diambilnya surat di kaki merpati. Apa yang tertulis di dalam surat itu
Zhang Yuan tersenyum picik sambil menarik kembali pedang yang tertusuk hingga membuat Guan Gong bertekuk lutut di hadapannya, “darah yang mengalir di tubuhku memberikan semangat yang sudah lama dilupakan oleh musuh. Jenderal Guang Gong, karena kau sudah mau mati, maka biar aku memberitahu satu rahasiaku.” “Aku adalah anak kedua jenderal Zhang Jin … Zhang Yuan!” Mata Guan Gong membelalak besar, “ti-tidak mungkin! Bukankah kau sudah lama meninggal?” “Benar! Di mata kalian aku sudah meninggal, jadi sekarang aku akan menjadi malaikat pencabut nyawamu!” Zhang Yuan mengangkat pedangnya lagi dan menebaskan dengan kuat ke arah Guan Gong. Darah Guan Gong terpancar di wajah Zhang Yuan. Kali ini tatapannya tak memandang kasih. Sudah cukup pengalaman mengajarkan untuk tidak membiarkan musuh yang sekarat hidup lagi, kare