Pertarungan terjadi antara Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei. Serangan tebasan dilayangkan pada Zhang Yuan hingga membuatnya harus menangkis beberapa kali tanpa melawan balik. Musuh kali ini tak bisa diremehkan, kecepatan gerak Zhang Yuan bisa diimbangi dengan kemampuan jenderal Wei.
Tebasan demi tebasan dilayangkan oleh Zhang Yuan, tapi bisa ditangkis dan dihindari hingga akhirnya salah satu lengan jenderal Wei berhasil tersayat oleh pedangnya. Hal ini membangkitkan kegeraman sang musuh, Zhang Yuan kembali diserang secara membabi buta dan berakhir dengan lengan yang tersayat. Pertarungan ini mendapatkan hasil seimbang, jenderal Wei adalah lawan tangguh.
Keduanya menjeda pertarungan mereka, mengumpulkan kembali kekuatan sebelum menyerang lagi. Sedangkan pasukan yang lain masih terus bergelut dalam pertarungan mereka masing-masing.
Sekali lagi Zhang Yuan dan jenderal kerajaan Wei memu
Siang hari itu, Zhang Yuan masih memikirkan hal aneh yang terjadi dalam penyerangan semalam. Pandangan matanya tertuju ke kumpulan pasukan yang beristirahat di tengah hutan, tapi ada satu wajah yang tidak berada di sana. Dia berdiri dan berjalan di sekitar hutan, menjauhi area pasukan mereka. Dugaannya benar saat melihat seorang prajurit bawahan Wu Chen mengendap-ngendap dengan wajah misterius, memperhatikan sekelilingnya. Zhang Yuan bersembunyi di balik batang pohon besar untuk melihat tindakan apa yang akan dilakukan prajurit itu. Dahi Zhang Yuan mengerut saat melihat seekor merpati menghampiri lelaki tersebut dan dengan segera mengikatkan gulungan kertas kecil di kaki merpati lalu menerbangkannya. Begitu lelaki itu pergi, Zhang Yuan melemparkan batu kecil ke arah burung yang belum jauh dari pandangan matanya.Diambilnya surat di kaki merpati. Apa yang tertulis di dalam surat itu
Zhang Yuan tersenyum picik sambil menarik kembali pedang yang tertusuk hingga membuat Guan Gong bertekuk lutut di hadapannya, “darah yang mengalir di tubuhku memberikan semangat yang sudah lama dilupakan oleh musuh. Jenderal Guang Gong, karena kau sudah mau mati, maka biar aku memberitahu satu rahasiaku.” “Aku adalah anak kedua jenderal Zhang Jin … Zhang Yuan!” Mata Guan Gong membelalak besar, “ti-tidak mungkin! Bukankah kau sudah lama meninggal?” “Benar! Di mata kalian aku sudah meninggal, jadi sekarang aku akan menjadi malaikat pencabut nyawamu!” Zhang Yuan mengangkat pedangnya lagi dan menebaskan dengan kuat ke arah Guan Gong. Darah Guan Gong terpancar di wajah Zhang Yuan. Kali ini tatapannya tak memandang kasih. Sudah cukup pengalaman mengajarkan untuk tidak membiarkan musuh yang sekarat hidup lagi, kare
Zhang Yuan mendekati Jing Lei dan menyodorkan selembar kertas kecil ke hadapannya, “tadinya aku sudah memiliki saksi mata dalam hal ini, tapi sayang sudah dihancurkan oleh komandan Wu Chen. Semoga ini bisa membantumu.” Mata Wu Chen membelalak melihat kertas pesan di tangan Jing Lei. Wajahnya menjadi pucat bercampur kegeraman saat melemparkan pandangan ke arah Zhang Yuan yang menatapnya dengan wajah datar. “Wu Chen! Jadi selama ini kau yang menyebabkan semua rencana kami gagal?!” Jing Lei geram memandang Wu Chen sembari memegang pedang yang masih tersarung di pingganggnya. “Ini jebakan! Aku sama sekali tidak pernah menulis pesan kepada jenderal Guan Gong.” Jing Lei mendekatinya dan menempelkan kertas itu di bidang datar Wu Chen, “kau lihat sendiri ini tulisan tangan siapa!” Begitu Wu Chen m
Sejak saat itu nama Zhang Yuan sebagai panglima perang Yang Guang terkenal di seluruh kerajaan. Keberanian dan kehebatannya dalam berperang membawa dia begitu cepat naik ke puncak lebih tinggi. Namun bagi Zhang Yuan semua yang dia dapatkan tidak sempurna karena nama baik keluarga belum dibersihkan, dan juga baju zirah sang ayah masih menggantung di luar sana.*** Hari ini adalah perayaan festival Duanwu, kaisar telah memerintahkan penasihat kerajaan Dong Shuo untuk merayakan secara besar-besaran di jalur perdagangan kelautan. Dia meminta agar semua rakyat bisa ikut berpartisipasi dalam pengadaan lomba perahu naga. Hal ini juga bisa membangun keserasian dirinya sebagai penguasa kerajaan dan semua rakyatnya. Selain itu kaisar Qin Huang juga turut hadir dan turun langsung untuk meresmikan perayaan tersebut. Hal ini dia lakukan agar bisa berinteraksi dengan para rakyat meski faktanya ada Batasan yang tak boleh
“Lain kali aku tidak akan membawamu, Liu Bai.” Zhang Yuan melepaskan telapak tangannya yang membumkam di mulut Liu Bai lalu membuka pelan pintu kamar untuk melihat ke arah mana Dong Shuo pergi. “Apa itu penasihat Dong Shuo? Sedang apa dia di sini?” “Kau tunggu di sini, aku akan ke sana.” Zhang Yuan menutup kembali pintu kamar dan membiarkan Liu Bai di dalam kamar itu sendirian. Zhang Yuan mengikuti Dong Shuo dari belakang secara diam-diam hingga akhirnya mereka masuk ke dalam ruang kamar dan meninggalkan dua orang pengawal di depan pintu. Rencana Zhang Yuan untuk mendengar pembicaraan gagal. Dia kembali menemui Liu Bai dan segera keluar dari dalam penginapan menuju ke area sekitar kapal perdagangan. Dengan menggunakan kain penutup wajah Zhang Yuan dan Liu Bai berhasil masuk ke dalam kapal perdagangan. Mereka mengendap-ngendap dan b
Mata Zhang Yuan melotot mendengar nama aslinya diucapkan. Dia menoleh pelan dan memaku saat melihat senyuman sarkas di wajah Jing Lei. Ini jelas adalah suatu ancaman baginya untuk membiarkan Jing Lei hidup. Tidak disangka ancamannya malah mendapatkan balasan yang sangat besar. “Ada apa, Zhang Yuan? Kenapa kau terdiam?” “Apa yang kau bicarakan jenderal Jing Lei?” “Berhentilah berpura-pura. Kau pikir aku tidak tahu siapa sebenarnya dirimu?” “Jika kaisar tahu kalau kau sebenarnya masih hidup, maka kau tidak akan selamat Zhang Yuan. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena mau menutup mulut agar tidak memberitahukan identasmu yang sebenarnya!” Rahang Zhang Yuan mengeras menahan geram, memikirkan kalau selama ini Jing Lei sudah merencanakan dan memilih waktu yang tepat agar
Dong Shuo terdiam sambil memperhatikan dengan baik apakah Zhang Yuan benar-benar mabuk atau hanya berpura-pura, tapi begitu wajah Zhang Yuan semakin mendekat dengan mulut yang dimajukan paksa, Dong Shuo memundurkan tubuhnya. “Tu-tuan penasihat, maaf, panglima Yang Guang mabuk berat,” sambung Liu Bai menarik tangan Zhang Yuan untuk menjauh dari Dong Shuo. Mereka berdua akhirnya bisa lolos dalam kecurigaan Dong Shuo dan kembali ke dalam kamar dengan napas yang terengah-engah seperti baru habis berlari. Belum saja menstabilkan pernapasannya, Liu Bai telah menanyakan pertanyaan yang membuat pikirannya kembali bingung atas tindakan Jing Lei yang meloloskan dia begitu saja. “Lain kali kita harus lebih berhati-hati,” ucap Zhang Yuan mengalihkan pembicaraannya dengan meneguk segelas teh. “Bagaimana kalau masalah ini kita laporkan saja
Semua barang yang masuk dicatat dalam pembukuan dan dihitung banyaknya logam yang ada dalam peti. Ini adalah satu-satunya bukti yang bisa dia gunakan untuk diserahkan pada kaisar tentang penggelapan logam. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk masuk ke dalam sana dan mengambil pembukuan yang mencatat semua kejahatan mereka. Begitu mendapatkan kesempatan di saat semua orang yang menjaga tertidur, Zhang Yuan mendekati dua orang yang berjaga dari arah lain dan memukul tengkuk leher mereka hingga tak sadarkan diri. Dia masuk ke dalam gua dengan berhati-hati agar tidak diketahui oleh orang lain. Di sana bukan hanya menjadi tempat penyimpanan logam, tapi telah menjadi pabrik untuk mendaur ulang logam dan mencetaknya seperti bata kecil dengan simbol kotak di bagian belakang. Semua alat pendaur ulang, mulai dari tungku pembakaran dan wadah pencetak lengkap berada di dalam sana. Ini sudah sepe