“Kita semua akan mati, tapi setidaknya bisa menundanya sekarang,” balas Zhang Yuan tersenyum. Dia mengulangi perkataan sang kakek yang pernah diucapkan sebelumnya.
Akhirnya hati Zhang Yuan bisa lega karena upayanya untuk berbagi tidak sia-sia. Dia memakan separuh mantou itu, tapi baru saja mengunyah, rasa basi membuatnya ingin membuang kembali.
“Ini benar-benar sangat enak.”
Mendengar perkataan sang kakek, Zhang Yuan terbungkam saat mulutnya hendak mengeluarkan mantou yang baru saja dia masukkan. “Benar. Ini sangat enak. Ayo habiskan, Kek,” balas Zhang Yuan tersenyum paksa.
Dalam mengunyah makanan, Zhang Yuan sempat memikirkan bayangan saat keluarga mereka menikmati hidangan lezat. Sekarang dia sendirian ditemani dengan mantou basi yang terpaksa harus dia telan.
Tidur di alam terbuka rasanya sangat menyiksa. Seluruh tulang juga ter
Catatan penulis : Menjadi cerdik bukanlah hal yang salah asalkan kecerdikanmu tidak merugikan orang lain.
Begitu keluar dari dalam sana dan menyerahkan hasil pekerjaannya, pandangan mata Zhang Yuan teralihkan pada seseorang yang berjalan dengan bebas di dalam area kerja menuju ke tempat Hong Qi. Dari pakaian pria itu bisa dia kenali sebagai salah satu dari prajurit di dalam kamp militer ayahnya. “Hei kau! Apa yang kau lihat?!” tegur bawahan Hong Qi membuat Zhang Yuan memindahkan arah pandangannya. Zhang Yuan terdiam menggelengkan kepala, tapi bawahan Hong Qi justru mendorongnya paksa dan meminta dia terus berjalan entah ke mana tujuannya. Begitu mendekati tempat tinggal Hong Qi, pria berpakaian militer yang dilihatnya tadi berjalan keluar. Wajah tersebut memang asing tapi seragam yang dipakainya sangat tak asing di mata Zhang Yuan. Pria itu berhenti saat melihat Zhang Yuan. Dia mendekat dengan senyuman remeh memperhatikan penampilan Zhang Yuan yang sudah
Sekarang Zhang Yuan baru tahu kalau alasan dia dipukul karena identitas ayahnya. Semua orang itu pastilah menyimpan dendam terhadap jenderal besar kerajaan Song. Dia masih meringkuk di tanah saat tendangan dan pukulan mulai berhenti. Suara tawa dari Hong Qi dan bawahannya bagaikan ribuan anak panah yang menembus diri. Bahkan itu lebih sakit dari pukulan-pukulan tadi. Penghinaan yang besar itu tak bisa diterima olehnya, tapi dengan keterbatasan yang ada hanya bisa menyerah pada keadaan. Saat ini yang dipikirkan Zhang Yuan adalah kehidupannya akan sengsara ketika mereka mengetahui identitasnya. Tubuhnya gemetar menangisi kebodohan dan ketidakberdayaan diri sendiri akan keadaan. Lama dia masih terbaring di tanah hingga akhirnya kedatangan Yi Lang mengakhiri kesedihan, dipikirnya bahwa masih ada seorang sahabat yang akan membantunya melewati hari-hari. “Yi Lang.”
Zhang Yuan masih terbaring di tanah dengan melihat bayangan Yi Lang yang perlahan mulai menjauhinya. Sekarang sahabat yang baru saja dia dapatkan justru harus menganggapnya musuh hanya karena masa lalu. Sejak saat itu kehidupan Zhang Yuan semakin menderita. Hampir semua orang memperlakukannya dengan buruk kecuali ada beberapa orang yang pernah dibantu ayahnya tidak ikut menyiksa dia, tapi mereka juga tak bisa melakukan apa-apa selain hanya melihat Zhang Yuan diperlakukan semakin buruk. Setiap kali sedang bekerja, hasil pekerjaannya selalu dicuri oleh orang lain. Dia memang sempat melawan tapi dengan jumlah yang banyak tentu saja Zhang Yuan hanya bisa menerima semua perlakuan itu. Rupanya sang ayah memang sangat dibenci oleh kerajaan lain, mereka adalah saudara-saudara dari orang yang pernah dibunuh atau berhubungan langsung dengan ayahnya. Dan hal ini adalah kesempatan terbaik mereka
Dalam senyum kepasrahan, sosok tangan terulur dari atas ketika tanah mulai tertutup oleh tanah. Zhang Yuan hanya terdiam, sayang sekali pertolongan itu sudah terlambat baginya. “Apa yang kau tunggu! Cepat pegang tanganku!” Teriakan itu membuat Zhang Yuan sadar dan meraih kuat tangan yang masih terulur. Dari dalam lubang tanah dia ditarik paksa untuk keluar. Begitu keluar dari dalam sana, Zhang Yuan menarik napas panjang. Sedangkan Yi Lang yang duduk di sampingnya justru melemparkan pandangan kesal terhadapnya. Zhang Yuan memperhatikan di sekelilingnya semua orang yang selamat dari dalam lubang ternyata belum juga pergi. Dia tertawa kecil sebab memikirkan kalau mereka sepertinya kesal karena tak berhasil membunuhnya. Senyum di wajah Zhang Yuan memudar begitu saja saat pandangan matanya tepat menyatu dengan pa
Pertandingan itu jelas telah dimenangkan oleh lawan Zhang Yuan, tapi dia sama sekali tidak kecewa karena dari awal tujuannya bukanlah ingin kemenangan melainkan mendapatkan kesempatan untuk memukul orang, dan hal itu sudah tercapai oleh kakinya. Zhang Yuan yang duduk bersandar di tiang kayu melihat Yi Lang bertarung dengan lawannya. Dia berharap kali ini jika Yi Lang berhasil keluar maka bisa meminta bantuannya untuk menguburkan jasad kedua orang tuanya. Sepertinya Tuhan menjawab doa Zhang Yuan atau sedang membantu Yi Lang untuk mendapatkan kemenangan itu. Lawan Yi Lang sama sekali bukan tandingannya. Melihat hal itu, Zhang Yuan baru tahu kalau Yi Lang memiliki keterampilan bertarung dengan baik. Bahkan dia hanya memukul lawan dengan tiga gerakan yang berbeda. Pertarungan selanjutnya masih berlangsung. Semua orang hanya memikirkan kemenangan diri sendiri meski harus melawa
Keduanya saling berganti posisi dan memukul satu sama lain hingga kelelahan sendiri. Napas yang terengah-engah dan lebam di wajah membuat keduanya merasa puas karena telah melampiaskan emosi masing-masing. “Kenapa, apa kau kelelahan calon prajurit jenderal besar?” “Tentu saja tidak! Aku hanya memberikanmu kesempatan untuk memukulku lagi.” Zhang Yuan terdiam dan terkekeh pelan dengan tindakan mereka berdua. Langit yang cerah itu membawa debu bermain di udara oleh embusan angin. Keduanya masih terdiam mengatur pernapasan sebelum melanjutkan kembali apa yang telah terjeda. “Aku tidak bisa membantumu melakukan permintaan yang jelas aku benci, tapi …” ucap Yi Lang terhenti lalu menengok ke samping di mana Zhang Yuan juga sedang memandangnya dan menunggu dia melanjutkan perkataannya. “Aku bisa membantumu keluar dari temp
Hari ini masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Segerombolan tahanan yang pada dasarnya adalah budak di wilayah Kanguan masih terus bekerja seperti biasa. Beberapa dari mereka dipanggil oleh bawahan Hong Qi, termasuk Zhang Yuan juga. Begitu masuk ke dalam Gudang, logam yang menggunung telah menyambut mereka di depan mata. Bawahan Hong Qi meminta mereka untuk memasukan logam ke dalam peti kayu yang tersusun rapi di sudut ruang, dan meminta mereka untuk memisahkan yang kecil dan besar ke dalam peti kayu yang berbeda. Mereka segera melakukan sesuai dengan perintah. Ada begitu banyak logam yang harus disortir sesuai dengan ukurannya. “Saudara, apa kau tahu ke mana logam ini dikirim?” bisik Zhang Yuan bertanya pada seorang lelaki yang ada disampingnya. “Apa kau tak tahu, semua logam ini akan dikirim ke penasihat.”
Anggap saja itu adalah karma untuk kaisar karena telah membunuh keluarganya. Memang Zhang Yuan sendiri tak bisa membalas, tapi setidaknya ada orang lain yang membantunya membalas. Begitu semua peti telah dipindahkan, kereta yang baru saja dimuatkan peti berisi logam segera pergi ke jalan yang lain. Sedangkan kereta yang membawa logam-logam kecil melanjutkan kembali perjalanan mereka. Beberapa tahanan yang sempat membantu tadi, diperintahkan oleh bawahan Hong Qi untuk kembali. Zhan Yuan mengikuti mereka dan berjalan berurutan dengan yang lain. Sepanjang perjalanan dia memperhatikan sekeliling yang keseluruhannya hanyalah hutan lebat yang tak ada batasannya. Tempat yang sangat bagus untuk melarikan diri sebab dengan menunggangi kuda bawahan Hong Qi akan kesulitan mengejar. Baru saja memikirkan hal itu, suara ringkikan kuda di depan membuatnya terkejut. Beberapa orang mendo