“Kau telah menyebabkan buruanku lari dari perangkap yang telah aku sediakan, menurutmu?—”
“Aku bersedia membawa kembali jenderal Murong!”
Entah mengapa sifat Jing Lei tidak dapat dikenal lagi, dia terlihat begitu kejam persis seperti ayahnya Zhang Jin saat menjadi jenderal besar. Apa semua orang yang menjadi jenderal besar, sifat dan karakternya akan berubah.
Mendengar perkataan Zhang Yuan, mata Jing Lei terpaku akan keberaniannya. Dia tertawa keras diikuti tawa dari Wu Cheng dan Tuoba Gong. Mereka menertawakan keberanian dan kebodohan Zhang Yuan.
Zhang Yuan berlutut dan menjura di hadapan Jing Lei, “mohon jenderal besar memerintahkanku!”
Tawa mereka semua terdiam begitu melihat keseriusan Zhang Yuan. Tiba-tiba seorang prajurit menyela dari luar ruangan dengan melaporkan kalau b
Jauh dalam pandangan matanya ada banyak sekali tenda yang sama persis dengan tenda yang lainnya. Akan sangat sulit untuk mencari di mana tenda jenderal Murong berada, dan akan lebih baik jika memantaunya lebih dekat lagi. Zhang Yuan melanjutkan perjalanannya, turun dari tebing dan memasuki hutan yang tak jauh dari perkemahan itu. Kuda yang dia tunggangi sengaja ditinggalkan sedikit jauh dari tempatnya memantau agar keberadaannya tidak diketahui oleh pasukan Huan. Malam itu terlalu tenang, tapi prajurit yang bertugas untuk berjaga malam tak sedetik pun menurunkan kewaspadaan mereka. Hal ini membuat Zhang Yuan kesulitan untuk mencari cara agar dia bisa masuk tanpa diketahui oleh semua orang sendiri termasuk Jenderal Murong. Langit telah terang, semua pasukan Huan bangun dan mulai beraktifitas dengan mengobati para prajurit lain yang terluka saat peperangan. Sosok jenderal
Tak ada pilihan lain selain berlari dan memikirkan tempat persembunyian terbaik yang bisa menyelamatkan nyawanya. Di bawah sana Zhang Yuan memperhatikan para prajurit jenderal Murong masih mencari dan membuka semak-semak untuk menemukannya, tapi sayang sekali, sekarang Zhang Yuan berada di atas pohon yang rindang dan menjadi penonton mereka semua. Jenderal Murong juga masih berdiam di bawah sana dengan memperhatikan sekeliling tempat dia berdiri dengan sorot mata yang tajam. Dia seperti tahu keberadaan Zhang Yuan tak jauh dari tempatnya berada. Perlahan-lahan kuda yang dia tunggangi mendekati poho, di mana Zhang Yuan berada. Tepat di bawah pohon itu, jenderal Murong masih memaku seolah menemukan bau musuh yang semakin dekat dengan dirinya. Sedangkan Zhang Yuan yang mengeras di atas sana, perlahan-lahan menelan saliva, berharap jenderal Murong tak akan menemukan tempat persembunyiannya.
Selama beberapa jam berjalan mengikuti jalur yang benar, jauh di depannya terlihat seekor kuda yang terikat di batang pohon. Zhang Yuan berlari mendekatinya dengan senyuman lega karena keberuntungan datang lagi padanya. Namun saat memperhatikan lebih dekat lagi, senyman di wajahnya perlahan menghilang tersebut. Dia teringat lagi di waktu itu, tali kuda tidak putus tapi seperti sengaja dipotong oleh seseorang. Entah siapa yang bermaksud jahat melakukan hal ini lalu memberikan lagi di waktu yang sangat tepat. Zhang Yuan mengangkat dan melihat pedang jenderal Murong di tangannya. Hukuman yang di jalani menjadi tantangan yang bisa dia lewati meski harus melalui beberapa kejutan dan hal gila yang menjijikan seumur hidupnya. Zhang Yuan menunggangi kuda secepat mungkin untuk kembali ke benteng utara. Dia sudah tak sabar melihat wajah Jing Lei yang terpaksa harus memuji kemampuan dan keberaniannya.
“Apa semua itu benar?” tanya Zhang Yuan menghentikan pembicaraan mereka. “Yang Guang, kau masih baru di dalam pasukan kami. Semua hal itu benar, kalau Jing Lei tidak melaporkan pengkhianatan jenderal Zhang Jin, mana mungkin dia bisa menggantikan posisi jenderal besar,” bisik salah satu dari mereka yang sepertinya tak ingin pembicaraan itu terdengar oleh orang lain. “Pengkhianatan apa yang kalian bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti,” lanjut Zhang Yuan bertanya. “Kami juga baru setahun lebih berada dalam pasukan ini, tapi seluruh kerajaan tahu kalau jenderal Zhang Jin ingin posisi yang lebih tinggi dan bekerja sama dengan kerajaan Wei, tapi sayang sekali Jenderal Jing Lei yang dulunya komandan utama, tidak terima hal itu dan melaporkannya ke kaisar.” Mendengarkan cerita dari mereka, hati kecil
Angin yang berembus menghantarkan suara Jing Lei hingga bisa sampai ke telinga Murong. Bunyi alat perang yang sejak tadi dibuat pasukan Huan sekarang telah berhenti. “Kali ini tak akan aku biarkan kau menyombongkan diri lagi, Jenderal Jing Lei!” Jing Lei tertawa keras mendengar perkataan itu. Dia mengangkat pedang jenderal Murong yang dicuri Zhang Yuan ke atas kepalanya, “bagaimana kau bisa menyerangku tanpa pedangmu, jenderal Murong?!” Melihat pedang sendiri yang berada di tangan musuh, Murong menahan kekesalan mengingat penyusup yang berani masuk ke tenda ternyata adalah bawahan Jing Lei sendiri. Namun hanya sesaat, dia segera mengubah ekspresinya dengan membalas menertawakan kesombongan Jing Lei. Dia menarik pedang yang tersarung di pinggangnya dan mengangkat ke atas. “Bagaimana kau bisa yakin kalau bawahanmu bisa keluar dengan k
Zhang Yuan berhasil menghindari ayunan pedang itu. Sedangkan jenderal Murong yang sudah tak bisa menahan geramnya lagi, memilih untuk turun dari kuda dan berhadapan secara langsung dengan Zhang Yuan. SIAP ATAU TAK SIAP, MUSUHMU AKAN TERUS MENYERANG! Perkataan ayahnya waktu itu menyadarkan dia kalau inilah maksud dari ayahnya berlaku keras dan dingin. Semua yang diajarkan ternyata untuk kebaikannya di masa depan. Zhang Yuan mengatur pernapasannya dan mengeratkan cengkeraman tangan di pegangan pedang. Tak ingin wajah kelelahannya dilihat oleh musuh, dia menegakkan kembali tubuh dan tersenyum kecil untuk membuktikan kalau dia siap untuk bertarung. “Yang Guang, kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku tak bisa menahan geram! Bersiaplah untuk mati!” Murong berlari cepat dan melompat ke arah Zhang Yuan beriring dengan tebasan pedangnya. Sedangkan Zh
“Dia adalah milik kaisar, Yang Guang. Cepat ikat dia!” pintah Jing Lei melemparkan gulungan tali tambang ke samping Zhang Yuan “Prajurit sejati tak memiliki hati, Yang Guang. Pedang yang terhunus tak boleh ditarik kembali dari target. Ayo bunuh aku … apa kau takut?” Zhang Yuan menahan geramnya hingga membuat pedang yang dia pegang ikut bergetar. Ingin sekali dia menghabisi nyawa Murong, tapi mengingat perintah Jing Lei dia harus mengurungkan niat hatinya. Dengan berat hati, Zhang Yuan menarik kembali pedang yang telah dihunuskan di hadapan Murong lalu mengait tali di sampingnya dan menangkap dengan cepat. “Ha ha ha … kau lemah!” ucap Murong menertawakan Zhang Yuan yang kini telah berada di belakang dan mengikat kedua tangannya membelakangi pinggang. “Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan, jenderal Murong. J
“Kalau begitu, semoga kau bisa bertahan sampai tiba di kerajaan.” Jing Lei pergi setelah mengucapkan kalimat sarkas itu di hadapan Zhang Yuan. Tentu saja hanya itu yang bisa dia ucapkan. Tak peduli seperti apa pengorbanan Zhang Yuan dalam menangkap jenderal Murong, tak akan membuat Jing Lei mengakui atau pun berterima kasih atas konstribusinya. Racun di dalam tubuh kini semakin menyiksa dirinya. Luka yang di bahu akibat sayatan pedang Murong semakin nyeri dan terasa panas. Napasnya juga menjadi tidak karuan seperti ada sesuatu yang menghalangi saluran pernapasannya. Di luar sana sangat bising. Zhang Yuan keluar dari dalam ruangan dan melihat ke bawah. Semua prajurit saat ini sedang menikmati kemenangan mereka dan tak memedulikan keadaan dirinya yang mungkin sudah tak lama lagi akan meninggal. “Hei, Yang Guang? Apa kau sudah merasa baikan?&rdquo