Luna menjulurkan lidahnya yang langsung disambar oleh amukan bibir Morgan. Mulut mereka beradu rapat dengan lidah yang saling membelit kuat.
Dengan sekali raup, Morgan mengangkat area bawah Luna sampai naik ke atas kuda-kudanya. Menghimpit Luna ke badan kontainer dan menyerangnya begitu intens. Tubuh Luna begitu ringan bagi Morgan yang besar dan berotot.
"Morgan, jangan lupakan malam ini sampai kapanpun ya," pinta Luna yang terengah. Sedangkan Morgan masih sibuk membenamkan kepalanya di dada Luna yang terbuka. Dasar lelaki, kalau sudah nafsu lupa akan segalanya.
Detik berikutnya terdengar suara erangan yang samar karena berbaur dengan suara mesin pengangkat kontainer malam itu. Seseorang yang tengah mengintip mereka terkesima, hingga tidak sadar menjatuhkan senjatanya.
Morgan dan Luna langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat bayang-bayang seseorang di tengah kontainer itu. Morgan langsung menurunkan tubuh Luna. Mata tajamnya berusaha melihat sosok itu d
Dan sebuah pemandangan yang tidak biasa terlihat di sana. Terlihat wanita itu sudah dalam keadaan telanjang bulat sambil melakukan pemuasan diri dengan jarinya."Tolong," rintih Wanita itu. Dia menggelinjang seiring dengan gerakan tangannya yang semakin cepat di bawah sana.Morgan terkesima dengan apa yang dia lihat. Polwan cantik itu terangsang! Mungkin itu adalah alasan kenapa dia membiarkan Morgan bercinta dengan Luna, karena wanita itu juga ingin merasakannya keperkasaan Morgan yang besar.Terlihat pandangan wanita itu terus tertuju ke bagian pangkal pahanya, di mana terdapat sesuatu yang raksasa yang menjadi pusat nafsu wanita. Wanita yang kurang terpuaskan pasti memimpikan keperkasaan seperti milik Morgan.Morgan menyeringai. Setegas apapun wanita, mereka pasti mempunyai sisi lemah yang bisa dimanfaatkan, termasuk polwan ini."Minta tolong apa, Bu. Apa yang saya bisa lakukan untuk Bu polwan?""Tolong, puaskan saya Morgan.""Kena
Morgan terbangun saat merasakan kontainer bergerak. Sepertinya kontainer itu dipindahkan dengan alat bernama crane ke sebuah truk trailer.'Yes, ini pasti sudah sampai di pulau seberang,' gumamnya bersemangat. Dia yang sudah tidur selama dua malam pun berdiri sambil memegang sisi kontainer. Rasa lemas karena tidak mendapatkan asupan makanan berhari-hari tidak dia hiraukan. Dia begitu excited karena terlepas dari kota terkutuk itu.Morgan bisa merasakan goncangan ketika kontainer itu sudah dipindahkan ke truk trailer. Tidak berapa lama, truk mulai bergerak. Meninggalkan area pelabuhan untuk di antar ke tempat tujuan."Sial, bagaimana caranya aku keluar dari sini?"Kini, Morgan dipusingkan bagaimana caranya keluar. Kalau dilihat dari barang-barang yang ada di dalam container sepertinya truk ini akan mengarah ke pabrik. Tidak mungkin dia akan turun di sana yang pasti akan menimbulkan keributan.Deru kendaraan terdengar di luar sana. Menandakan truk se
“Yuk, masuk.” Setelah turun dari mobil, Morgan mengekori langkah wanita sexy itu menuju istananya. Dia mengambil kunci dari dalam tasnya untuk membuka pintu. “Sebenernya rumah ini ada penjaganya. Hanya saja dia ke sini saat pagi hari saja untuk membersihkan Villa,” tuturnya. Morgan sama sekali tidak peduli. Yang ada di benaknya saat itu adalah tempat yang aman untuk bersembunyi. Sebuah villa di atas bukit. Jauh dari keramaian. Sangat sempurna. Terlebih dia hanya berdua dengan wanita ini. Wanita itu mempersilakannnya masuk. Pria gagah itu langsung mengedarkan pandangan ke sekitar. Nuansa interior yang begitu memukau dengan perabotan yang berkelas. Sama seperti pemiliknya yang sepertinya bukan orang sembarangan. Tiba-tiba, Morgan menoleh. Menangkap basah wanita itu yang memandangnya sambil mengulum bibir. “Kenapa liatin saya seperti itu?” sambar Morgan yang membuat wanita itu terperanjat. “E-enggak, Oh iya k
Morgan yang lama-lama jengah menarik kain yang menyumpal mulut wanita itu. Dengan nafas yang terengah-engah, wanita itu berkata.“Bolehkah aku mengulum milikmu?”Tanpa perasaan malu, wanita itu mengatakan keinginannya saat melihat kemaluan Morgan yang besar menjuntai. Morgan kikuk dibuatnya. “Kamu enggak malu apa bicara seperti itu?” sahut Morgan yang heran kenapa wanita itu begitu frontalnya berkata dan merendahkan dirinya sendiri. “Buat apa malu kalau aku memang membutuhkannya? Dan punyamu itu, membuatku tidak tahan,” ucapnya tenang. Sekarang, Morgan melihat wanita itu menggeser tubuhnya yang terikat lebih dekat ke Morgan sambil membuka mulut. Morgan mundur satu langkah. Terlihat wanita itu menjulurkan lidahnya berusaha untuk menggapai. Namun, Morgan membalikan badan kekarnya. Membuat wanita itu mendesah kecewa. Morgan kembali membuka lemari. Tapi, dia dibuat kaget dengan wanita itu yang jatuh ke lantai. &ldqu
Sementara di lain tempat, “Pokoknya kamu harus ikut papa pindah ke Jakarta!” gertak Fatur kepada Nala yang masih keras kepala. “Enggak Pa, aku masih ingin bertahan di sini. Ini rumah peninggalan orang tua Nala,” sahut Nala bersikeras. Sama sekali tidak ingin patuh dengan papa tirinya yang suka seenaknya sendiri dan cabul. “Buat apa bertahan di sini. Mending kamu ikut dengan kita ke Jakarta. Kehidupanmu lebih terjamin. Daripada kamu sendirian di sini.” Jihan menimpali. Ibu tiri yang sama sekali dia tidak harapkan kehadirannya sudah mulai mencampuri kehidupannya. “Diam kamu! Kamu itu bukan siapa-siapa aku! jadi lebih baik kamu diam saja!” sengit Nala. “Nala! Jaga bicaramu! Dia itu ibu kamu, sudah sepantasnya kamu menjadikannya sebagai pengganti nenek lampir yang sudah meninggal itu!” hardik Fatur. Nala meradang. Bisa-bisanya Fatur menyebut mendiang ibunya sebagai nenek lampir. Padahal semasa hidu
Beberapa hari kemudian, Seorang pria aneh berjalan menyusuri lorong sekolah. Semua pandangan tertuju ke arahnya. Menatapnya dengan pandangan yang tidak biasa. Cara berpakaian yang cupu sekali dengan rambut keriting dan juga kaca mata tebal yang dipakainya. Hal itu diperparah dengan gigi tonggos, juga tahi lalat yang begitu besar di pipinya. Pria itu berbaris di antara para guru yang sedang melakukan upacara senin itu. Selama upacara berlangsung, Pria itu menjadi pusat perhatian para guru, juga siswa yang nyengir melihat penampilannya. Tapi, pria itu justru terlihat santai Sampai akhirnya, Pembina upacara mempersilakannya untuk memperkenalkan diri. Pria itu berjalan menuju mimbar diiringi cemoohan para siswa. A gaknya keberadaannya kurang disukai oleh mayoritas siswa di sana. “Perkenalkan nama saya Gugun, saya guru baru bahasa inggis khusus kelas dua belas,” ucap pria itu memperkenalkan diri. Di hadapan para murid yang meneriakinya, Pria itu tersen
“Di mana kami bisa duduk, heh?” tanya Fatur dengan gaya angkuhnya yang khas. Rahang Morgan mengeras. Dia mendengus pelan mencoba mengontrol emosi. Meskipun hatinya panas membara saat melihat Fatur yang lengannya digelayuti manja oleh Jihan.“Untuk Bapak Fatur dan keluarga, silakan untuk duduk di kursi VIP yang ada di depan Pak,” ucap Nani yang begitu hormat. Morgan tercenung dibuatnya.*Setelah acara penerimaan murid baru selesai, masing-masing murid beserta walinya membubarkan diri dari aula mengingat jam pelajaran dimulai esok hari. Tidak terkecuali Fatur sekeluarga. Fatur terlihat harmonis bersama Jihan dan anak perempuannya berjalan di depan, sangat berbeda perlakuannya terhadap Nala dan Jordan yang mengikutinya di belakang, seakan tidak dianggap.Diam-diam, Morgan melipir mengikuti mereka sampai ke lobby sekolah. Dia penasaran bagaimana perlakukan Fatur terhadap Nala dan juga Jordan."Jordan suka dengan sekolah ini?" tan
Byur!Nani berhenti berenang saat sesuatu yang besar masuk ke kolam itu. Dia mengusap wajahnya yang dipenuhi air sambil memicingkan mata. Terlihat gerakan seseorang berenang di bawah sana mendekatinya. “Siapa itu!” pekik Nani yang jelas tidak akan didengar oleh Morgan di bawah sana. Dia menggerakan kakinya ke pinggir kolam sambil bertanya-tanya. Adakah pekerjanya yang lancang masuk ke kolam renang kesayangannya. Tiba-tiba Nani tersentak saat kedua kakinya dipegang kuat, serta celana renang yang ditarik paksa. Detik kemudian, Nani merasakan sesuatu yang lunak menjilat kewanitaannya di bawah sana. Nani mendelik keenakan. Dari caranya yang begitu lihai, Nani menebak siapa seseorang di bawah sana. Cukup lama pria itu melakukannya. Nafasnya begitu kuat. Dari dalam mansion, terlihat seorang pelayan yang berjalan ke arahnya sambil membawakan infus water lemon favoritnya. “Ini minumannya, Nyonya,” ujar pelayan itu sambil melempar pa