Ucapanku seolah-olah mengandung kekuatan sihir, membuat pria yang terkapar di lantai itu berhenti merintih kesakitan.Pria itu hendak berbicara, tetapi kesakitan hingga terus menarik napas dalam-dalam. Dahinya bercucuran keringat dingin."Simpan saja tenagamu. Biar aku yang menjelaskan sisanya." Aku perlahan-lahan mengungkapkan kebenaran."Kamu bukan suamiku, melainkan adiknya. Yang mati di ruang bawah tanah adalah Jeffrey!"Pria itu masih bersikeras. Dengan perut terluka, dia berkata, "A ... apa yang kamu katakan? Aku ... aku Jeffrey ...."Aku menepuk tanganku. "Kamu memang aktor profesional. Sudah terluka begini, masih sempat bersandiwara. Sayang sekali kamu nggak benaran jadi aktor."Pria itu masih tidak mau mengakui kebohongannya. Aku menendang perutnya, membuatnya berteriak histeris. "Dasar bodoh. Kamu kira dengan menaruh kartu karyawan Jackson, aku akan percaya yang mati adalah Jackson? Kamu dan Jeffrey adalah saudara kembar. Kamu lupa Jeffrey kidal? Sementara itu, kamu pegang be
Aku tak kuasa berseru kaget. Sarah mundur dengan terkejut. Dia tidak menyangka Jeffrey akan menikamnya."Sangat terkejut, 'kan? Tahun itu, ayahmu juga dibunuh oleh orang tuaku lho!" Jeffrey mengeluarkan tisu, lalu menyeka darah pada tangannya dengan tenang.Setelah mendengar ucapan Jeffrey, Sarah bak disambar petir. Tubuhnya terduduk lemas di lantai. Dia berlinang air mata, lalu menatap Jeffrey dengan tertegun. "Kenapa?"Jeffrey memiringkan kepalanya. "Kenapa? Tentu saja demi uang! Aku nggak ingin membagikan uangku kepada orang lain. Selain itu, aku bakal bebas kalau semua kesalahan dilimpahkan kepadamu. Dengan begini, aku bakal mendapat dua keuntungan."Sarah terkekeh-kekeh. Saat berikutnya, dia tidak bernapas lagi. Sementara itu, Jeffrey datang ke hadapanku dan menatapku dengan tatapan meremehkan. Aku menghela napas."Sepertinya aku nggak bakal selamat kali ini. Apa kamu bisa memberitahuku rencanamu dulu? Setidaknya, aku nggak mati penasaran," pintaku.Jeffrey mengamati sekeliling. "
Otakku bak disambar petir. Tempat orang tuaku dimakamkan? Bagaimana Sarah bisa tahu?"Kamu yang merampok mereka waktu itu?"Aku menatap Sarah dengan tidak percaya. Seketika, kepalaku terasa sakit. Aku memegang kepalaku sambil berguling di lantai."Ah!" Aku memegang kepalaku sambil bergumam, "Aku ingat, perampoknya 3 orang ....""Sepertinya kamu sudah ingat. Nggak seru lagi deh ...." Tubuhku menegang. Aku menoleh dengan kaku. Yang berbicara ternyata adalah Jeffrey!Jeffrey menepuk-nepuk debu di tubuhnya, lalu bangkit dengan perlahan. Ekspresinya tampak menyayangkan sesuatu."Sebenarnya aku berniat memberitahumu semuanya setelah mendapat uang itu dan sebelum membunuhmu. Kamu ini merusak suasana saja," keluh Jeffrey.Kemudian, Jeffrey menampar wajahku dan menendangku beberapa kali. Aku berteriak kesakitan. Mulutku dipenuhi bau amis darah.Jeffrey menjambak rambutku, lalu menarikku secara paksa. "Tsk, tsk. Kasihan sekali. Wajahmu jadi kotor."Meskipun bicara begitu, tidak terlihat rasa sim
"Kenapa kamu menyembunyikannya di sana?"Aku mengedikkan bahuku dengan tidak berdaya. "Siapa suruh kalian terus menggeledah kamarku? Di rumah nggak aman. Aku terpaksa menyembunyikannya di luar."Jeffrey tersenyum getir, lalu mengembuskan napas panjang. "Aku nggak nyangka Sarah bakal membunuh orang." Aku menyahut, "Aku juga nggak nyangka dalang di balik semua ini adalah Sarah."Harus diakui bahwa Sarah termasuk pintar. Dia sampai terpikir akan ide seperti ini. Wanita itu diam-diam mencuri ponsel Jeffrey untuk menabur perselisihan di antara kami. Aku sampai mengira Jeffrey adalah Jackson.Kemudian, Sarah mengirimiku pesan supaya aku tidak melapor polisi. Dia juga memberitahuku bahwa Jeffrey akan memberiku obat. Dengan begitu, aku akan memercayai kejadian aneh ini.Setelah mendapati ada yang aneh dengan obat itu. Aku pasti akan memercayai pesan yang dikirim Sarah dan dikendalikan olehnya.Sebelumnya aku hendak melapor polisi, tetapi langsung mengurungkan niat setelah membaca pesan darinya
Jeffrey mencengkeram perutnya yang sakit. Darah menodai kemejanya. Dengan cara itu, Sarah hanya bisa membeku di tempatnya. Belatinya yang berlumuran darah pun terjatuh ke lantai."Aku ... aku nggak sengaja." Sarah memegang kepalanya dengan kuat. Ekspresinya tampak panik. Dia tidak bisa percaya bahwa dirinya akan mencelakai kakak yang paling disayanginya.Aku memeluk Jeffrey dengan panik. Air mataku berderai. "Sayang, kamu baik-baik saja?"Jeffrey menyahut dengan lemas, "Aku ... aku nggak kuat lagi. Kamu cepat kabur ...."Sebelum menyelesaikan ucapannya, Jeffrey tiba-tiba memejamkan mata dan tidak bersuara lagi."Ah!" Sarah seperti tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya telah membunuh Jeffrey. Dia berteriak, lalu berlari keluar.Aku memeluk jasad Jeffrey sambil berlinang air mata. "Sayang ...."Saat berikutnya, Jeffrey membuka matanya. Aku terperanjat dan buru-buru mundur. "Hantu!"Jeffrey mencengkeram perutnya sambil merintih. Kemudian, dia memelototiku sambil menegur dengan lemas
Sarah menghampiriku dengan memegang belati yang berkilat dingin. Aku merasa seluruh darahku membeku. Kedua kakiku bergetar tanpa henti. Aku terus mundur hingga akhirnya tersudutkan.Ketika mendapati diriku sudah buntu, aku memaksakan senyuman sambil membujuk, "Sarah, kita ini keluarga. Nggak usah merusak hubungan seperti ini."Jeffrey maju selangkah untuk melindungiku. "Semua uangnya untukmu. Aku dan Poppy nggak bakal beri tahu siapa pun tentang masalah hari ini. Nanti kami bakal bantu kamu urus jasad Jackson, jadi kami termasuk komplotanmu. Kalau kami membocorkannya, kami bakal ditangkap juga."Ketika melihat punggung Jeffrey, hatiku terasa hangat. Siapa sangka, Jeffrey akan melindungiku di momen genting seperti ini. Ternyata aku tidak salah mencintai orang!Mataku berkaca-kaca. Aku menutup mulutku sambil menangis. Sementara itu, Sarah memiringkan kepala dan memanyunkan bibir. Wanita ini memang baby face, jadi tampak menggemaskan dengan ekspresi semacam itu.Namun, di situasi seperti