Short
Pembalasan Dendam Seorang Ayah

Pembalasan Dendam Seorang Ayah

By:  CarlosCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Chapters
3.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Putriku berbaik hati memapah orang tua ke ambulans. Siapa sangka, ambulans itu menuju ke sebuah desa. Ketika aku menemukannya, dia sudah mati karena dilecehkan. Aku menemukan pelakunya, tetapi pelakunya dibebaskan karena menderita gangguan jiwa. Jadi, aku juga menggila dan menjadi pasien gangguan jiwa.

View More

Chapter 1

Bab 1

Setelah menerima telepon dari polisi, aku bergegas ke desa itu secepat mungkin. Begitu turun dari mobil, aku melihat tatapan penuh belas kasihan dari para polisi di sekitarku. Merasakan firasat buruk, aku meminta istriku menunggu di dalam mobil.

Saat melangkah masuk ke rumah itu, aku melihat putriku yang dulunya ceria, kini terbaring tak berdaya di ranjang semen dengan ditutupi jaket polisi wanita yang ada di sana.

"Lili ...."

Aku tidak percaya. Dengan lembut, aku memanggilnya, berharap dia akan bangun seperti biasa dan menjawabku. Namun, tidak ada respons sama sekali.

"Lili, bangun, ayo kita pulang .... Tidur di rumah, ya?" Aku mendekat ingin menggendongnya, tapi seorang polisi mencegahku.

"Pak Johnson, kami turut berduka ...." Tanganku gemetaran saat menggenggam polisi itu sambil bertanya, "Siapa pelakunya? Cepat tangkap orang yang membunuh putriku ...."

Aku menggertakkan gigi dengan marah. Ingin sekali rasanya aku menemukan pelaku itu dan menghukumnya sekarang juga. Namun, polisi itu hanya menggeleng dan menghela napas dalam-dalam.

Katanya, hal seperti ini sudah sering terjadi di desa itu. Pelakunya ada di desa ini dan pada dasarnya, setiap orang di desa itu adalah pelakunya.

Aku bertanya kenapa polisi membiarkan mereka berbuat semena-mena? Dengan nada putus asa, polisi itu menjelaskan bahwa semua penduduk desa tersebut menderita gangguan jiwa dan mereka tidak pernah menimbulkan korban jiwa sampai sekarang.

Namun, putriku adalah pengecualian yang tragis. Dia adalah satu-satunya korban jiwa sejak desa itu dikonfirmasi sebagai desa dengan penduduk berstatus gangguan jiwa.

Aku tidak percaya dan mencengkeram kerah polisi itu. "Putriku cuma ingin membantu ... bukan untuk kehilangan nyawanya ...."

"Turut berduka ...." Polisi juga tidak berdaya menghadapi para penderita gangguan jiwa ini.

Aku tak pernah menyangka, putriku yang begitu baik hati dan lembut, harus kehilangan nyawa karena kebaikannya sendiri.

Melihat aku tak kunjung keluar, istriku juga ikut masuk ke rumah itu. Hanya dengan sekali lihat, dia bisa langsung mengenali Lili. Dia langsung pingsan karena syok.

Dengan panik, aku membawa istriku ke rumah sakit. Saat pergi, aku sempat melihat penduduk desa itu mentertawakan kami dengan wajah tanpa malu.

"Putrimu lumayan juga," kata seorang pria di antara mereka tanpa suara. Aku mencengkeram erat kemudi mobil, nyaris saja menginjak gas dan menabrak mereka. Namun, melihat istriku yang masih pingsan di sebelahku, aku akhirnya berhasil menahan diri dari melakukan tindakan nekat itu.

....

Aku tidak percaya dengan kebetulan seperti ini. Mana mungkin seluruh penduduk desa mengalami gangguan jiwa? Bagaimana mereka bisa lolos dari jeratan hukum?

Di kantor polisi, aku bertemu dengan orang yang memimpin mereka. Dengan sikap tak acuh, dia melemparkan berkas medis ke wajahku, seolah-olah yakin aku tidak bisa berbuat apa-apa padanya.

"Namaku Alfred. Ini riwayat medisku, lihat baik-baik nama yang tertera." Aku menahan amarah sambil mengepalkan tanganku. Istriku yang baru pulih dari syok, memungut berkas itu dan memastikan bahwa diagnosisnya memang gangguan jiwa. Dia tidak kuat menahan beban ini dan mulai menangis tersedu-sedu.

Tak bisa lagi menahan diri, aku langsung maju dan mencengkeram kerah Alfred. Kemudian, aku menghantamnya dengan lututku sekuat tenaga. "Kalian ini manusia atau bukan? Kenapa kalian tega menghancurkan putriku! Kenapa bajingan seperti kalian nggak mati saja!"

Para polisi di sampingku terkejut dengan gerakanku yang cepat. Saat darah Alfred menetes, mereka baru maju untuk menghentikanku.

Setelah kupukul, Alfred menyimpan ekspresinya yang sombong sambil menyeka bekas darah di wajahnya.

"Ayo, pukul aku lebih keras kalau kau bisa! Tahu nggak, anakmu itu mengganggu sekali waktu dia minta tolong. Makanya, kami tambah jumlah 'teman bermain' supaya dia cepat diam."

"Tadinya kami sudah mau berhenti. Kalau bukan karena putrimu meninggal, kami masih ingin cari target selanjutnya."

Perkataan Alfred membuatku semakin emosi. Aku berteriak melepaskan diri dari cengkeraman polisi dan berlari ke arahnya. Dia tidak menghindar sama sekali.

Namun, tiba-tiba sebuah sentakan listrik mengenai pinggangku. Tubuhku menjadi kaku dan aku terjatuh tak berdaya. Aku menggertakkan gigi dan mencoba untuk bangkit, tapi tidak ada tenaga yang tersisa.

Aku tidak boleh tumbang sekarang. Putriku, Lili, masih menungguku ....
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
lia latifah
sudah selesai
2025-05-21 22:22:37
0
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status