Share

Enam

Alinea kelima dari surat wasiat itu memberikan sekitar tiga juta dolar untuk sebuah gereja dan dua juta untuk sebuah institusi pendidikan. Kemudian ada daftar derma, dimulai dengan sebuah perkumpulan yang mengorganisir orang-orang diabetes dan berakhir dengan Kebun Binatang Southaven, dan di samping nama setiap lembaga itu tertulis jumlah uangnya yang paling kecil adalah lima puluh ribu dolar. Aku terus berkernyit, berhitung dengan cepat, dan berkesimpulan bahwa Miss Natalie paling sedikit bernilai dua puluh juta dolar.

Seolah-olah terlihat bahwa ada banyak masalah dengan surat wasiat ini. Pertama, dan paling utama, surat ini tidak setebal semestinya. Miss Natalie adalah orang kaya, dan orang kaya tidak memakai surat wasiat yang tipis atau sederhana. Mereka memakai surat wasiat tebal, padat dengan wali, perwalian, pergantian tempat loncat generasi, serta segala macam perangkat serta perkakas yang dirancang dan dibuat oleh para pengacara pajak di biro hukum besar bertarif mahal.

"Siapa yang menyiapkan ini?" tanyaku. Amplop itu kosong. Tidak ada petunjuk siapa yang mengonsep surat wasiat itu.

"Pengacaraku yang dulu, saat ini telah meninggal. "

Baguslah dia sudah mati. Dia melakukan malpraktek ketika menyiapkan surat ini.

Jadi, perempuan kecil bergigi kuning dan bersuara cukup merdu ini ternyata bernilai dua puluh juta dolar. Dan jelas dia tidak memiliki pengacara. Aku meliriknya, kemudian aku kembali pada surat wasiat itu. Dia tidak berpakaian mahal, tidak memakai intan atau emas, tidak menghabiskan waktu maupun uang untuk rambutnya. Gaunnya katun murah dan blazer merah anggurnya sudah kumal, mungkin berasal dari Toko Louis. Aku sudah pernah menyaksikan beberapa perempuan tua kaya raya, dan mereka biasanya cukup mudah untuk dikenali.

Surat wasiat tersebut diperkirakan usianya sudah mencapai dua tahun. "Kapan pengacara anda meninggal?" tanyaku dengan sangat manis. Kepala kami masih merunduk berdekatan dan hidung kami cuma terpisah beberapa senti. Yang aku lakukan adalah gelagat khas dari seorang pengacara. Klien seorang pengacara bak saudara sedarah.

"Dia meninggal tahun lalu, terkena kanker.”

"Dan anda saat ini masih belum punya pengacara?”

"Aku tidak akan ada di sini dan bicara denganmu kalau aku punya pengacara. Benar, bukan? Aku mengira kalau mengurus soal surat wasiat tidak ada yang sulit bagimu.”

Ketamakan adalah sesuatu yang lucu. Mulai tanggal 1 Juli aku punya pekerjaan di Wills and Trust, sebuah biro hukum kecil pemeras keringat dengan lima belas pengacara yang tidak melakukan hal lain kecuali untuk mewakili badan usaha yang berkecimpun dalam dunia asuransi dalam litigasi. Itu bukan pekerjaan yang aku inginkan sebenarnya, tapi dengan berkembangnya keadaan, Wills and Trust memberikan tawaran pekerjaan padaku saat yang lainnya tidak. Aku anggap itu adalah kesempatan atau sebuah batu loncatan, setelah aku sudah mendapatkan beberapa pengalaman di sana, aku pakai pengalaman itu untuk bekerja di tempat lain.

Tidakkah orang-orang di Wills and Trust akan terkesan seandainya aku datang pada hari pertama dan membawa seorang klien yang paling sedikit menawarkan dua puluh juta dolar? Aku akan jadi pembawa berkah seketika, bintang muda cemerlang dengan sentuhan emas. Aku bahkan mungkin bisa minta kantor yang lebih luas.

"Tentu saja saya bisa menanganinya,” kataku lemah. "Cuma saja, anda pun tahu, ada banyak uang di sini, dan saya...”

"Ssssst,” Dia mendesis ganas sambil mencondongkan tubuh lebih dekat lagi. "Jangan sebut-sebut uangnya.” Matanya terarah ke segala penjuru, seolah-olah pencuri sedang mengintip di belakangnya. "Aku menolak bicara tentang itu,” ia menegaskan.

"Oke. Tidak ada masalah. Tapi saya pikir Anda harus mempertimbangkan untuk bicara dengan pengacara pajak tentang hal ini.”

 "Begitulah kata pengacaraku dulu, tapi aku tidak mau. Bagiku, pengacara adalah pengacara, dan surat wasiat adalah surat wasiat.”

”Benar, tapi Anda bisa menghemat banyak untuk pajak bila Anda merencanakan pembagian warisan Anda. ”

 Dia menggelengkan kepala, seolah-olah aku ini idiot. ”Aku tidak akan menghemat sepeser pun."

”Kalau begitu, maafkan saya, tapi saya pikir barangkali Anda bisa. ”

Ia meletakkan tangannya yang penuh bercak-bercak cokelat pada pergelanganku, dan berbisik, ”Edwar, biar aku jelaskan. Pajak tidak berarti apa pun bagiku, karena kau lihat, aku akan mati. Benar?”

”Uh, benar, saya rasa. Tapi bagaimana dengan ahli waris Anda?”

”ltulah sebabnya aku ada di sini. Aku marah pada ahli warisku, dan aku ingin mencoret mereka dari surat wasiatku. Kedua anakku dan beberapa cucu. Coret, coret, coret. Mereka tidak mendapat apa-apa, kau padam? NOL! Tidak untuk sepeser pun, tak sepotong mebel pun. Tidak ada apa pun."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status