"Kau sudah pulang, Kayn! Bagaimana harimu dengan, Verlyn?" tanya Villian setelah melihat Kayn melangkah masuk ke dalam rumah."Ibu, tahu?" tanya Kayn sedikit terkejut.Villiam mengangguk dan tersenyum. "Verlyn sudah bilang pada Ibu, bahwa hari ini dia akan berbelanja bersama, denganmu. Mandi dan istirahat–lah, sekarang," ujar Villian.Pandangan Villian tertuju ke arah tangan kiri Kayn, dia melihat seperti ada bekas olesan lip cream yang sudah mengering.'Sepertinya memang ada perkembangan, ya,' batin Villian senang.Kayn melihat ke sekitarnya dan tidak melihat Khalix."Ayah ada, dimana?" tanya Kayn."Dia ada di ruangan kerjanya, Nak," jawab Villian sembari melanjutkan menonton acara di televisi."Baik, Ibu. Terima kasih." Kayn melangkah menaiki tangga dan pergi ke kamarnya.Setelah masuk ke dalam kamar, Kayn menaruh tas miliknya di meja kerja lalu menjatuhkan badannya ke kasur."Hari ini terasa–sangat–panjang, karena aku menghabiskan waktu bersama dengan wanita itu hampir setengah hari
"Verlyn, selama dua minggu terakhir ini. Setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu, kau selalu langsung pergi meninggalkan, perusahaan," ujar Kaze.Verlyn mengangguk sembari mengecek laporan dan dokumen di meja kerjanya. "Iya Ayah, aku tidak membuat masalah, kok.""Ayah ingin tahu apa alasanmu melakukan, itu?" tanya Kaze."Aku pergi keluar hanya untuk berjumpa dengan Kayn di, perusahaannya," jawab Verlyn singkat.Kaze sedikit terkejut mendengar jawaban Verlyn tadi. 'Apa sudah ada perkembangan di dalam hubungan, mereka?'"Ekhem.. Tapi, sebagai seorang ahli waris, kau harus bertanggung jawab dan menjaga kedisiplinanmu, Verlyn. Ingat, banyak yang mengincar, kita," balas Kaze.Verlyn merasa sedikit tersinggung dengan perkataan Kaze dan menghentikan pekerjaannya lalu menoleh ke arah Kaze."Aku tahu, Ayah. Aku–sangat–tahu–tentang, itu. Aku bukan anak kecil, lagi!" ujar Verlyn.Kaze terdiam sejena setelah mendengar perkataan Verlyn. "Ayah, hanya–""Aku juga selalu menyelesaikan beberapa hal yang
"Kita–pergi–sekarang, Kayn?" tanya Verlyn sembari tersenyum.Kayn terdiam dan menoleh ke arah Sellina. "Sellina, aku.."Sellina menyentuh pipi Kayn. "Tidak apa-apa, Kayn. Aku bisa pulang, sendiri," ujar Sellina lembut.Kayn menggenggam tangan Sellina dan menggeleng. "Tidak, aku tidak akan melakukan kesalahan–yang–sama. Aku akan mengantarmu, dulu," ujar Kayn lalu menarik Sellina melangkah keluar dari ruangan bersama."Hey! Tunggu–aku, Kayn!" teriak Verlyn lalu segera mengikuti Kayn dari belakang.Kayn dan Sellina melangkah masuk ke dalam lift dan Verlyn juga ikut masuk ke dalam. "Kenapa kau, mengikutiku?!" tanya Kayn kesal."Kau tidak membaca pesannya dengan teliti, ya? Ibumu bilang bahwa kita–harus–pergi–bersama!" jawab Verlyn."Merepotkan, saja!" gumam Kayn pelan.Pintu lift tertutup dan mulai bergerak turun, membawa mereka ke lantai satu. Kayn terus menggenggam tangan Sellina, sedangkan Verlyn hanya menggenggam ponselnya saja."Kayn, aku bisa pulang sendiri, kok," ujar Sellina di se
Kayn melangkah keluar dari rumah menggunakan hoodie berwarna abu-abu dan celana jogger berwarna hitam.Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sudah siap, Kayn?" tanya Verlyn.Kayn mengangguk dan Verlyn menoleh kembali ke arah Villian. "Kami berangkat dulu, Ibu!" ujar Verlyn."Iya, Nak. Hati-hati, ya," balas Villian sembari tersenyum.Verlyn mengangguk dan melangkah pergi bersama Kayn. "Aku yang akan mengemudi, sekarang!" ujar Verlyn bersemangat."Tidak, aku–saja," balas Kayn dingin."Ga–mau!" Verlyn langsung berlari ke arah mobil dan masuk ke dalam, membuat Kayn merasa kesal dan tidak bisa berbuat apa-apa."Memangnya kau sudah mahir mengendarai, mobil?" tanya Kayn.Verlyn melipat tangannya dan tersenyum. "Tentu saja! Aku sudah mahir mengendarai mobil sejak berusia enam–belas–tahun!" jawab Verlyn dengan bangga.Kayn memutar bola matanya. "Sesukamu, saja," balas Kayn dingin sembari membuka pintu mobil bagian belakang."Hei, kenapa kau duduk di, belakang?" tanya Verlyn heran.Ka
Verlyn melangkah keluar dari toko dan terkejut melihat Kayn duduk di kursi depan sebelah pengemudi. 'Loh? Ada yang, aneh..'Verlyn segera menghampiri Kayn yang sudah berada di dalam mobil. "Ga duduk di belakang lagi, Kayn?" tanya Verlyn."Tidak," jawab Kayn singkat.Verlyn tersenyum senang. "Baiklah! Tapi, kau mau aku yang, mengemudi?" tanya Verlyn lagi."Jangan banyak bertanya, kita–pulang–sekarang," jawab Kayn dingin."Ah.. Oke!" Verlyn segera masuk ke dalam mobil dan menyakan mesin."Apa kau, yakin?" tanya Verlyn ulang sembari melajukan mobilnya untuk masuk ke area jalan raya.Kayn tidak menjawab dan sibuk memainkan ponselnya. "Baiklah, jangan menyesal, ya!"Lima belas menit kemudian."Ibu, kami pulang!" teriak Verlyn sembari keluar dari mobil.Kayn ikut keluar dari mobil sembari memegangi kepalanya yang kembali pusing. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu mengemudi, lagi!" ujar Kayn menyesal.Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sendiri yang mau aku mengemudi, kan?" balas
"Hm.. Yang mana, ya?" tanya Verlyn pada dirinya sendiri.Verlyn merasa bingung ketika memilih gaun yang akan dikenakannya nanti untuk menghadiri acara pesta minum teh di rumah Villian hari ini."Oh–ya! Aku tanya Kayn, saja!" ujar Verlyn lalu segera mengambil ponselnya yang berada di kasur dan menelepon Kayn. Panggilan di terima."Kayn? Apa aku, mengganggu?" tanya Verlyn."Kau sedang mengganggu waktuku, tahu!" jawab Kayn kesal."Baiklah, kalau begitu tolong aku, sebentar," ujar Verlyn lalu menyalakan kamera di ponselnya untuk mengajak Kayn melakukan panggilan video."Kenapa kau menyalakan panggilan, video?!" tanya Kayn kesal dan langsung mematikan kamera ponselnya.Verlyn terkekeh melihat tingkah Kayn. "Kau malu, ya? Hahaha!" ejek Verlyn."Jika tidak ada hal penting, aku matikan, sekarang," ujar Kayn dingin."Oke-oke, maaf." Verlyn mengarahkan kameranya ke empat gaun panjang yang berwarna krem, coklat, hijau dan putih yang ada di kasurnya."Bantu aku memilih gaun mana yang cocok untuk
"Villian, kursi yang kosong di sebelahmu, itu.. Untuk, siapa?""Dia seseorang yang dekat, denganmu?""Apa jangan-jangan, dia–itu.."Villian menghela napas dan tersenyum mendapat banyak pertanyaan dari teman-temannya."Dia adalah orang–yang–sangat–spesial! Karena dia juga aku membuatkan pesta ini untuk memperkenalkan dirinya kepada, kalian!" jawab Villian senang."Seharusnya dia sudah, da–" Perkataan Villian terpotong."Ibu! Maaf aku, terlambat!" ujar Verlyn sembari melangkah menghampiri Villian ditemani oleh Kayn di sebelahnya.Villian beranjak dari kursinya dan melangkah mendekat lalu berpelukan dengan Verlyn. "Bagaimana perjalananmu kemari, Nak?" tanya Villian.Verlyn mengangguk senang. "Sangat–baik, Ibu!" jawab Verlyn."Syukurlah.." Villian menoleh ke arah Kayn yang masih berada di belakang Verlyn dan mengedipkan kedua matanya lebih lama.Kayn mengangguk. "Aku akan kembali ke perusahaan, sekarang," ujar Kayn lalu membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi, tapi Verlyn menahann
"Hati-hati, Nak! Cepatlah kembali, kesini!" ujar Villian sembari melambaikan tangannya ke arah Verlyn dan Kayn."Baik, Ibu! Kami pergi, dulu!" balas Verlyn sembari membalas lambaian tangan Villian.Mobil mulai melaju perlahan keluar gerbang dan pergi ke rumah Verlyn."Kenapa kau iya–kan permintaan, Ibu?!" tanya Kayn kesal.Verlyn melipat tangannya dan menoleh ke arah Kayn. "Memangnya tidak boleh aku–menginap di, rumahmu?" tanya Verlyn balik.Kayn tidak menjawab pertanyaan Verlyn dan terus fokus melihat ke arah jalan."Keluarga kita juga sudah dekat sejak aku–belum–lahir ke dunia, ini. Wajar kan jika Ibu mengajakku menginap untuk–pertama–kalinya?" lanjut Verlyn.Kayn memutar bola matanya. "Lakukan, sesukamu," jawab Kayn singkat.'Kalah debat ya, gitu,' batin Verlyn sembari tersenyum dan melihat pemandangan di luar.Di tengah perjalanan, Verlyn tiba-tiba merasa kedinginan dan menoleh ke arah Kayn. "Kayn, kau sudah matikan AC–nya, kan?" tanya Verlyn."Setiap malam aku tidak pernah menyal