Share

Bab 4. Selidiki Dia

Anna masih bergeming dengan perasaan yang bimbang, bagaimana bisa dia harus tetap bekerja pada pria yang sudah merenggut kesuciannya. Tapi di sisi lain sebagai seorang putri yang ingin berbakti pada sang ibu, membuat ia tak punya pilihan lain lagi.

Daren menatap tajam saat melihat Anna yang malah terdiam dengan wajah yang tertunduk, mengingat Anna karyawan barunya membuat dia merasa sangat khawatir, jika wanita yang ada di depannya adalah orang suruhan dari beberapa pesaing bisnisnya.

"Berapa nominal uang yang kamu butuhkan? Tapi jika kamu tidak bisa mematuhi syaratku maka lebih baik kamu jangan buang waktuku yang sangat berharga," Daren kembali melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya dengan penuh penekan.

Mengingat hanya sang ibu yang sekarang Anna miliki satu-satunya, membuat ia terpaksa mengesampingkan rasa sakit dalam hatinya.

"Anna! nyawa ibumu lebih penting dari segala-galanya," tegas Anna dalam hati. Lalu perlahan ia menarik nafas dalam-dalam.

"Baiklah tuan, aku akan mematuhi semua syarat yang anda katakan tadi. Sekarang aku mohon tolong berikan aku uang sebesar 500 juta," Pinta Anna yang terpaksa setuju, dengan nada suara rendah yang hampir tak terdengar, seraya menatap bosnya dengan netra yang berkaca-kaca.

Daren tersenyum getir, dia sedikit terkejut saat mendengar jumlah uang yang diminta oleh Anna. Tanpa membuang waktu lagi CEO Pratama Group itu pun mulai meraih cek dan bolpoint, lalu ia memberikannya pada Anna setelah menuliskan nominal uang beserta tanda tangannya.

"Ambilah! dan perlu kamu ingat besok kau harus bekerja disiplin seperti biasa lagi. Karena banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan," Peringat Daren.

Anna hanya mengangguk pelan, dengan tangan gemetar. Perlahan ia mulai meraih cek yang diberikan oleh Daren.

"Ba-baiklah, besok aku akan bekerja lagi," kata Anna. Lalu segera pergi meninggalkan ruangan kebesaran sang bos.

Daren mengernyitkan dahi, saat melihat Anna berjalan keluar dengan langkah yang tergesa-gesa. Yang terlihat tidak seperti biasa, membuat ia keheranan.

Tak ingin menebak-nebak sendiri, Daren meraih gagang telepon yang ada di atas meja, lalu segera mengutus dan memberikan satu tugas penting untuk orang kepercayaannya.

Panggilan telepon pun terhubung.

"Selidiki kemana Anna pergi dan dengan siapa dia bertemu? Aku ingin jawabnya sekarang juga," titah Daren.

"Ba-baik tuan, kami akan segera melakukan perintah anda," balas sang pengawal dengan penuh hormat.

Setelah memberikan perintah, Daren menutup telepon. Lalu duduk dan bersandar kembali dengan wajah yang menatap langit-langit.

"Jangan sampai dia orang suruhan, yang sengaja menyusup ke dalam perusahaanku," geram Daren mengepalkan kedua tangan dengan penuh emosi.

Setelah mendapatkan uang yang dibutuhkan, Anna segera menghentikan sebuah taxi untuk pergi ke bank terlebih dahulu, sebelum ia kembali ke rumah sakit.

"Ibu, bagaimana pun caranya aku ingin ibu sembuh dan maafkan Anna jika sudah mengambil jalan seperti ini," sesal Anna yang duduk termenung di dalam mobil.

Anna berharap jika ibunya tidak akan pernah tahu, jika ia telah mengambil jalan yang menurutnya kurang tepat. Tapi karena tidak ada pilihan lain lagi membuat Anna terpaksa mengambil keputusan meminta uang dari bosnya sebagai kompensasi, setelah mereka tak sengaja melakukan sebuah kesalahan.

Di sepanjang jalan, Anna yang terus menatap gedung-gedung yang telah ia lewati. Dengan air mata yang terus mengalir deras, hatinya menjerit dengan perasaan sedih dan benci seolah bercampur aduk dan berkecamuk merutuki diri sendiri. Karena ia merasa telah menjual harga dirinya.

"Maafkan aku ibu, hanya dengan cara ini aku ingin menyelamatkan ibu," batin Anna menyesali ketidak berdayaan saat berada dalam situasi yang rumit.

Karena jika ibunya sampai tahu, apa yang sudah terjadi dan keputusan yang telah Anna ambil hanya akan membuatnya kecewa.

Sesampainya di rumah sakit, Anna segera turun dari taxi. Lalu ia berjalan menyusuri lobi dengan langkah tergesa-gesa menghampiri kedua suster.

"Suster! bagaimana keadaan ibu saya? Apakah sekarang dia sudah di operasi?" Anna mencecar beberapa pertanyaan pada kedua tenaga medis itu dengan perasaan yang sangat panik dan cemas.

"Pasien semakin kritis, jika nona tidak bisa melunasi semua administrasinya, maka jangan salah kami karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi."

Anna menggelengkan kepala, dengan cepatnya ia meraih tas selempang dan segera memberikan uang 500 juta yang baru saja dia ambil tadi.

"Tolong suster, selamatkan ibu saya. Ini uang biaya operasinya. Saya ingin segera operasi itu dilakukan cepat!" Pinta Anna menangis.

"Baiklah nona, kami akan segera memberitahukan pada Dokter lebih dulu dan segera menyiapkan jadwal operasinya," balas suster itu.

Dengan cepatnya Anna berlari ke arah ruang rawat ibunya tanpa menghiraukan perkataan suster itu lagi, berharap jika dirinya belum terlambat.

"Ibu harus sembuh," pinta Anna seraya menatap ibu Ratih, yang tengah terbaring tak berdaya dengan alat medis yang menghiasi seluruh tubuhnya.

Membuat Anna kembali menangis lagi mengingat ketidak berdayaannya, dia berharap semua yang telah dia lakukan adalah keputusan yang benar.

***

Baru saja Daren kembali fokus pada pekerjaanya yang tertunda akhir-akhir ini. Tiba-tiba Rudi datang menghampirinya dengan wajah serius.

"Ada kabar apa? Bagaimana apa kau sudah menyelesaikan kedua perintahku?" Daren bertanya dengan nada penuh penekanan.

Rudi berdiri dengan wajah tertunduk dan tidak berani menatap sang tuan, yang sangat dia hormati dan dia segani. Setelah menghela nafas panjang.

Tanpa membuang waktu lagi Rudi mulai mengatakan, jika memang dirinya sudah menemukan pelayan yang sudah sengaja mencampurkan sesuatu pada wine bosnya.

Mendengar perkataan asisten yang sekaligus supir pribadinya, seketika membuat darah Daren mendidih dan tak terima.

Brak!

"Sialan! berani sekali dia melakukan hal itu padaku," Daren murka sembari menggebrak meja. Dia yakin jika menang ada orang yang ingin membuatnya memiliki sebuah skandal agar reputasi sebagai raja di bisnis terhebat di seluruh kota hancur.

Tak ingin memberikan kesempatan untuk para musuh dan pesaing bisnisnya, Daren menyuruh Rudi untuk segera menghancurkan semua CCTV yang ada di pesta kemarin dan di sebuah Hotel di mana dirinya dan Anna telah menghabiskan malam bersama.

Rudi yang masih setia berdiri di tempat, dia hanya bisa menunduk dan sesekali menelan saliva. Saat melihat kemarahan bosnya. Yang terkadang membuat dirinya ketakutan setengah mati dan tidak berani mengucapkan pendapatnya.

Karena tidak mau kena semprot, Mengingat bosnya yang terkadang memiliki temperamen yang cukup buruk. Jika sedang marah.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status