Home / Romansa / Kekasih Rahasia Sang CEO / Bab 6 Pria Menyebalkan

Share

Bab 6 Pria Menyebalkan

Author: Zia Ivy
last update Last Updated: 2024-03-15 11:39:08

Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis.

"Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir.

Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya.

Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti.

Brak!

"Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah.

Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini.

"Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren.

"Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada meeting di luar bersama klien. Kau harus ikut denganku, dan jelaskan semua proyek kita yang akan segera di impor," Daren sengaja mengingatkan Anna.

Anna hanya mengangguk, tanpa ingin mengucapkan beberapa patah kata saja pada Daren. Dengan hidung mancung yang merah dan kedua mata bulatnya yang sembab setelah menangis beberapa saat tadi.

Melihat Anna yang bersikap acuh, membuat Daren kehilangan kata-kata. Lalu dia terpaksa kembali ke meja kerja yang kebetulan ada di samping meja Anna.

"Wanita ini berani sekali mengabaikan aku," Daren menggerutu dalam hati, sesekali lelaki tampan berjambang tipis itu pun diam-diam menatap Anna yang sedang serius mempelajari tentang beberapa materi yang harus ia sampaikan nanti di depan klien.

Anna yang tahu jika Daren sedang menatapnya, membuat ia mengubah posisi duduk karena merasa tidak nyaman. Sampai sedikit membelakangi Bos yang sama sekali tidak ingin dia lihat.

"Pria menyebalkan, apa harus segitunya melihat aku sedang bekerja," Anna meracau kesal dalam hati. Jika bukan karena kemarin butuh uang, rasanya ingin sekali pergi dari perusahaan itu.

Daren yang berusaha keras untuk fokus kerja, tetap saja dia belum bisa fokus. Setelah mengingat insiden malam itu. Yang sebenarnya sangat membuatnya jengkel. Terlebih lagi saat tak sengaja melihat Anna di depan yang terlihat jelas menghindar dengan cara membelakanginya, tentu saja Daren sangat tersinggung oleh sikap Anna.

Sebuah ide muncul kepala Daren untuk melampiaskan kekesalan, dengan cara memberikan sebuah perintah.

"Anna!"

Anna yang masih sibuk, sejenak menghentikan aktifitasnya. Lalu dengan nafas berat wanita cantik itu pun memutar mata malas dan menoleh ke arah sumber suara tepat di belakangnya.

"Ada apa tuan?" tanya Anna dengan nada datar dan terpaksa.

Semakin Anna menghindar menatap wajahnya, membuat Daren semakin tersinggung dan bertambah kesal.

"Kenapa kamu duduk membelakangi aku?" Daren terpaksa bertanya karena ke lewat kesal. Karena seolah-olah di mata sekertarisnya Daren seperti sangat menjijikan.

Anna sebenarnya sudah malas untuk berkomunikasi jika bukan soal pekerjaan, tapi tidak ada pilihan lain lagi selain ia harus berusaha sabar saat menghadapi bosnya yang playing victim.

"Memangnya kenapa tuan? bukannya itu hak saya? yang terpenting saya mengerjakan semua pekerjaan dengan benar," jawab Anna singkat.

Daren mendengus kesal, saat melihat Anna yang menurutnya sudah berani menyingung dirinya dengan sikapnya.

"Tentu saja itu hak mu, tapi sebagai atasanmu aku tidak suka melihat posisimu duduk yang benar," bentak Daren yang sudah sangat kesal.

Anna menatap nyalang Daren, jika bukan pria yang ada di depan bukan atasannya, ingin sekali dia menyumpal mulutnya, yang selalu mengatakan perkataan pedas padanya.

"Sabar Anna," Racau Anna menghibur diri dalam hati. Tanpa banyak berbicara lagi Anna terpaksa menurut perintah Daren, kembali duduk dengan posisi semula.

Melihat Anna yang patuh, membuat Daren merasa menang dan puas. Jika bukan karena insiden yang telah ia alami kemarin malam Daren lumayan puas dengan kinerja Anna. Tapi sayang sekali sekarang yang ada di dalam hatinya malah keraguan.

Daren yang belum puas untuk meluapkan kemarahannya, ia kembali memberikan perintah yang seharusnya bukan tugas Anna.

"Anna! Aku ingin kopi sekarang tolong buatkan dan ingat jangan terlalu manis." Pinta Daren dengan penuh penekanan.

Anna menghela nafas berat, entah kenapa sikap bosnya semakin ke sini malah semakin terus membuatkan kesal. Meskipun ragu ia berusaha untuk menyampaikan pendapatnya.

"Maaf tuan, bukannya itu tugasnya OB? lagian masih banyak pekerjaan yang masih harus aku bereskan," protes Anna.

Daren terdiam sejenak, memang benar apa yang di bilang Anna. Tapi sebagai pemilik perusahaan dia tidak mau kalah bicara dalam hal apa pun meskipun ia memang salah.

"Di sini aku yang menggaji kamu, apa kamu sudah lupa kemarin sudah meminta apa? atau harus aku ingatkan lagi? dan harus kamu ingat selain kamu harus bekerja lagi kamu juga harus patuh dengan semua perintahku apa pun itu?" tegas Daren dengan nada bariton.

Anna terlihat sangat kesal, tanpa ingin banyak berdebat lagi, dengan cepatnya ia beranjak dari tempat duduk dan segera pergi ke kantin untuk membuatkan segelas kopi yang di perintahkan oleh Daren.

Bruk!

Pintu tertutup, Daren sedikit kaget saat melihat sekertarisnya itu yang pergi begitu saja.

"Dasar wanita tidak tahu terima kasih," Daren kesal dan mencoba kembali fokus untuk mengecek beberapa file yang belum dia tanda tangani.

Setelah Anna berjalan beberapa menit, akhir ia sampai di kantin. Namun ia tak sengaja berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang baru saja keluar dari sana.

"Hm, ada karyawan baru yang mencoba caper sama bos. Apa dia gak tahu malu ya." Sindir salah satu karyawan senior yang sengaja menghadang jalan Anna.

"Benar, baru bekerja beberapa bulan di sini tapi syok kecentilan," timpal satu karyawan lain menatap tida suka pada Anna. Meskipun mereka bekerja sudah lama. Melihat Anna yang baru masuk sudah menjadi sekertaris sang bos, membuat sebuah keirian hati mereka.

Anna tidak mengerti apa yang sedang mereka katakan, dan terpaksa ia melontar balik pertanyaan.

"Maaf maksud kalian apa berbicara seperti ini di depanku? sekarang tolong beri jalan karena aku mau lewat," pinta Anna yang malas meladeni kedua rekan kerjanya itu.

Kedua karyawan yang bernama Rina dan Hera saling menatap, saat melontarkan sebuah pertanyaan mereka.

"Kau! jangan pura-pura polos ya Anna, kami tahu kamu mencoba untuk mendekati tuan Daren, sebaiknya anak baru sepertimu jangan banyak bermimpi," cibir keduanya dengan sinis.

Seketika Anna merasa kesal, dan tak terima dengan tuduhan Rina dan Hera.

"Tolong jaga ucapan kalian ya, aku tidak melakukan apa yang di katakan kalian. Kalau tidak percaya, silahkan tanyakan pada tuan Daren sendiri."

"Huuh, mana ada orang salah ngaku."

Anna menghela nafas panjang, saat kedua rekannya sudah pergi. Sungguh dia tidak habis pikir hari ini sangat menjengkelkan. Selain bosnya yang memberi perintah seenaknya.

Sekarang malah karyawan wanita di sana yang selalu sinis padanya, mengingat dirinya hanya satu-satu karyawan wanita yang diterima cepat dengan posisi yang bagus melampaui para senior di sana.

"Heran sekali, bos super menyebalkan seperti tuan Daren banyak karyawan wanita yang menyukainya," Anna terheran dan menggeleng, lalu segera membuat kopi, tiba-tiba saja Anna mempunyai sebuah ide.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 156 Aku Mau Jadi Istrimu

    Daren terlihat sangat gelisah, saat dia masih dalam perjalanan mengejar Anna. bahkan beberapa kali lelaki itu terlihat terus menekan asistennya untuk mempercepat laju kecepatan mobilnya. "Cepat jalannya, apakah kamu tidak bisa menyetir!" bentak Daren dengan nada meninggi dan terlihat sangat gelisah. "Baik tuan, ini sudah sangat cepat," sahut sang asisten. Yang masih fokus melakukan tugasnya. Daren benar-benar terlihat cemas dan panik, berharap Anna tidak pergi sebelum dia datang. Tak hanya bisa menunggu sampai ke tempat tujuan, Daren meraih ponsel miliknya lalu berusaha untuk menghubungi wanita yang sangat dia cintai. Drrrt..drtt Panggilan telepon terus berbunyi, namun nihil tidak ada jawaban dari Anna, walaupun hanya sekedar pesan balasan. Membuat Daren semakin tak sabar dan lebih naik pitam. "Aakkkh, sial kenapa dia tidak mengangkat teleponku jangan bilang Anna benat-benar sudah pergi," Daren meracau dalam hati, perasaannya sama sekali tidak tenang. Lalu menekan kembali

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 155 Jalan Yang Terbaik

    Setelah Renata masih di ruangan UGD, semua orang terlihat sangat cemas dan panik. Setelah melihat insiden yang terjadi tadi. Tapi Nyonya Hanum yang masih belum mengerti dengan semua ucapan pelayan pribadinya. Membuat ia kembali memastikan apa maksud perkataanya tadi. "Bi Laksmi katakan padaku, maksud Bibi tadi apa mengatakan jika Renata adalah putrimu?" Nyonya Hanum menatap penuh selidik. Laksmi tertunduk malu, tapi setelah melihat putrinya yang saat ini sedang terpojok membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. "Nyonya benar, Renata adalah putriku yang sengaja aku bawa untuk nyonya rawat agar hidupnya bahagia, tapi yang aku liat malah sebaliknya," sesal Laksmi. "Astaga Bi, kenapa bibi sangat tega membiarkan Renata di panti asuhan saat itu? sekarang lihatlah Renata malah semakin susah untuk di atur karena obsesinya yang terlalu tinggi," Nyonya Hanum tak habis pikir. Mendengar perkataan mereka, tuan dan nyonya Wijaya segera menghampiri lalu menega

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 154 Karena Dia Putriku

    Daren dan kedua orang tuanya melirik ke arah sumber suara yang berada tepat di samping mereka, ibu Hanum dan bibi Laksmi merasa tak tega ketika melihat Renata yang berlutut memohon di bawah sana. "Nyonya Hanum, kebetulan anda kemari kami ingin membicarakan tentang putrimu yang sudah membuat kami malu dengan skandalnya." Hardik tuan Wijaya memberitahukan dengan nada tinggi. Nyonya Hanum dan bi Laksmi segera menghampiri dan berusaha untuk membantu Renata untuk bangun. "Renata bangunlah kamu nak," bujuk nyonya Hanum. Renata menggelengkan kepala, rasanya dia tidak ingin beranjak sebelum kedua mertuanya memberikan ampun padanya. "Nggak Bu, aku tidak mau, biarkan aku memohon pada mas Daren dan kedua orang tuanya," ucap Renata dalam tangisnya. Daren tersenyum getir, saat melihat dan mendengar kata-kata maaf dari Renata yang begitu enteng, seolah perbuatannya itu adalah hal kecil yang mudah untuk di maafkan. "Tidak! aku tidak sudi memaafkan wanita murahan sepertimu Renata mulai ma

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 153 Wanita Menjijikan

    "Aaakh tidak! kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? dan kau tuan Andre! lihat ini semuanya gara-gara kamu," teriak Renata setengah frustasi sembari menjambak rambutnya. "Aku tidak tahu akan seperti ini Renata, jadi tenanglah. Kau bisa menjadi wanita ku untuk selamanya," bujuk Andrew menghampiri. Renata menepis kasar tangan pria itu, tak ingin kehilangan Daren. Ia segera memakai gaunnya kembali, lalu berusaha untuk mengejar dengan langkah yang tertatih-tatih. "Renata! tunggu!" panggil Andrew, yang masih di kerumuni oleh beberapa karyawan yang masih membidik kamera ke arahnya. Renata tidak menggubris panggilan Andrew. Baru saja keluar dari hotel, Kiki yang sudah lama menunggunya dari mobil segera menghampiri dan memanggil Renata. "Nyonya Renata! naiklah!" "Kiki, kau ternyata di sini?" Renata tak membuang waktu lagi, dengan cepat masuk ke dalam mobil dan meminta asistennya untuk mengejar Daren. Dengan patuh, Kiki melakukan sesuai perintah walaupun terpaksa harus mengebut.

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 152 Terciduk

    Nyonya Wijaya benar-benar kecewa, sampai dia terduduk lemas di sofa dengan kepala yang sudah sangat sakit dan pusing. Karena bagaimana bisa menantu yang selalu dia idamkan malah ternyata hanya seorang wanita murahan yang sering bergonta-ganti seorang pria. "Renata! benar-benar kamu mengecewakan keluarga ini," Nyonya Wijaya sangat kesal, dengan berita yang mengegerkan hati ini membuat wajah keluarga Wijaya hilang di depan semua orang. "Tidak! Meskipun pernikahan Daren dan Renata sudah di sepakati oleh mas Wijaya, aku tetap tidak setuju dengan masalah ini," Nyonya Wijaya tak tahan lagi dengan berita yang tersebar. Ia segera menghubungi Daren dan juga suaminya tak lupa juga dengan Renata. Beberapa kali wanita paruh baya itu , terus menghubungi putra dan suaminya untuk membicarakan hal ini. Sementara Kiki asisten dari Renata sangat kaget ketika melihat skandal model yang ada dalam naungannya. "Astaga! gawat, bagaimana foto dan video nyonya Renata dan tuan Andrew bisa tersebar s

  • Kekasih Rahasia Sang CEO    Bab 151 Skandal Yang Tersebar

    Kedua tangan Anna terkepal, netra coklatnya berkaca-kaca saat mendengar perkataan nyonya Wijaya. Yang begitu memandang rendah dirinya. Setelah berpikir dengan waktu yang cukup lama, Anna menarik nafas lalu dengan tegas kembali menolak tawaran uang dari wanita kaya itu. "Nyonya tidak usah repot-repot memberikan saya uang, jika itu keinginan anda maka aku akan melakukannya," Lirih Anna menangis. "Baguslah, kamu memang seharusnya tahu diri perbedaan kamu dan Daren sangatlah jauh berbeda, ambil saja cek itu tidak usah terlalu munafik!" ledek wanita paruh baya itu sembari memutar kedua mata malasnya. Lalu pergi begitu saja dengan sikap angkuh dan sombong. Bu Ratih yang tak sengaja mendengar obrolan mereka, membuat dia sangat kesal dan marah saat putri yang sangat sayangi di perlakukan rendah oleh orang lain. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Bu Ratih memungut cek yang di berikan oleh nyonya Wijaya yang tergeletak di bawah lantai. "Tunggu!" panggil Bu Ratih. Langkah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status