Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis.
"Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir.Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya.Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti.Brak!"Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah.Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini."Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren."Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada meeting di luar bersama klien. Kau harus ikut denganku, dan jelaskan semua proyek kita yang akan segera di impor," Daren sengaja mengingatkan Anna.Anna hanya mengangguk, tanpa ingin mengucapkan beberapa patah kata saja pada Daren. Dengan hidung mancung yang merah dan kedua mata bulatnya yang sembab setelah menangis beberapa saat tadi.Melihat Anna yang bersikap acuh, membuat Daren kehilangan kata-kata. Lalu dia terpaksa kembali ke meja kerja yang kebetulan ada di samping meja Anna."Wanita ini berani sekali mengabaikan aku," Daren menggerutu dalam hati, sesekali lelaki tampan berjambang tipis itu pun diam-diam menatap Anna yang sedang serius mempelajari tentang beberapa materi yang harus ia sampaikan nanti di depan klien.Anna yang tahu jika Daren sedang menatapnya, membuat ia mengubah posisi duduk karena merasa tidak nyaman. Sampai sedikit membelakangi Bos yang sama sekali tidak ingin dia lihat."Pria menyebalkan, apa harus segitunya melihat aku sedang bekerja," Anna meracau kesal dalam hati. Jika bukan karena kemarin butuh uang, rasanya ingin sekali pergi dari perusahaan itu.Daren yang berusaha keras untuk fokus kerja, tetap saja dia belum bisa fokus. Setelah mengingat insiden malam itu. Yang sebenarnya sangat membuatnya jengkel. Terlebih lagi saat tak sengaja melihat Anna di depan yang terlihat jelas menghindar dengan cara membelakanginya, tentu saja Daren sangat tersinggung oleh sikap Anna.Sebuah ide muncul kepala Daren untuk melampiaskan kekesalan, dengan cara memberikan sebuah perintah."Anna!"Anna yang masih sibuk, sejenak menghentikan aktifitasnya. Lalu dengan nafas berat wanita cantik itu pun memutar mata malas dan menoleh ke arah sumber suara tepat di belakangnya."Ada apa tuan?" tanya Anna dengan nada datar dan terpaksa.Semakin Anna menghindar menatap wajahnya, membuat Daren semakin tersinggung dan bertambah kesal."Kenapa kamu duduk membelakangi aku?" Daren terpaksa bertanya karena ke lewat kesal. Karena seolah-olah di mata sekertarisnya Daren seperti sangat menjijikan.Anna sebenarnya sudah malas untuk berkomunikasi jika bukan soal pekerjaan, tapi tidak ada pilihan lain lagi selain ia harus berusaha sabar saat menghadapi bosnya yang playing victim."Memangnya kenapa tuan? bukannya itu hak saya? yang terpenting saya mengerjakan semua pekerjaan dengan benar," jawab Anna singkat.Daren mendengus kesal, saat melihat Anna yang menurutnya sudah berani menyingung dirinya dengan sikapnya."Tentu saja itu hak mu, tapi sebagai atasanmu aku tidak suka melihat posisimu duduk yang benar," bentak Daren yang sudah sangat kesal.Anna menatap nyalang Daren, jika bukan pria yang ada di depan bukan atasannya, ingin sekali dia menyumpal mulutnya, yang selalu mengatakan perkataan pedas padanya."Sabar Anna," Racau Anna menghibur diri dalam hati. Tanpa banyak berbicara lagi Anna terpaksa menurut perintah Daren, kembali duduk dengan posisi semula.Melihat Anna yang patuh, membuat Daren merasa menang dan puas. Jika bukan karena insiden yang telah ia alami kemarin malam Daren lumayan puas dengan kinerja Anna. Tapi sayang sekali sekarang yang ada di dalam hatinya malah keraguan.Daren yang belum puas untuk meluapkan kemarahannya, ia kembali memberikan perintah yang seharusnya bukan tugas Anna."Anna! Aku ingin kopi sekarang tolong buatkan dan ingat jangan terlalu manis." Pinta Daren dengan penuh penekanan.Anna menghela nafas berat, entah kenapa sikap bosnya semakin ke sini malah semakin terus membuatkan kesal. Meskipun ragu ia berusaha untuk menyampaikan pendapatnya."Maaf tuan, bukannya itu tugasnya OB? lagian masih banyak pekerjaan yang masih harus aku bereskan," protes Anna.Daren terdiam sejenak, memang benar apa yang di bilang Anna. Tapi sebagai pemilik perusahaan dia tidak mau kalah bicara dalam hal apa pun meskipun ia memang salah."Di sini aku yang menggaji kamu, apa kamu sudah lupa kemarin sudah meminta apa? atau harus aku ingatkan lagi? dan harus kamu ingat selain kamu harus bekerja lagi kamu juga harus patuh dengan semua perintahku apa pun itu?" tegas Daren dengan nada bariton.Anna terlihat sangat kesal, tanpa ingin banyak berdebat lagi, dengan cepatnya ia beranjak dari tempat duduk dan segera pergi ke kantin untuk membuatkan segelas kopi yang di perintahkan oleh Daren.Bruk!Pintu tertutup, Daren sedikit kaget saat melihat sekertarisnya itu yang pergi begitu saja."Dasar wanita tidak tahu terima kasih," Daren kesal dan mencoba kembali fokus untuk mengecek beberapa file yang belum dia tanda tangani.Setelah Anna berjalan beberapa menit, akhir ia sampai di kantin. Namun ia tak sengaja berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang baru saja keluar dari sana."Hm, ada karyawan baru yang mencoba caper sama bos. Apa dia gak tahu malu ya." Sindir salah satu karyawan senior yang sengaja menghadang jalan Anna."Benar, baru bekerja beberapa bulan di sini tapi syok kecentilan," timpal satu karyawan lain menatap tida suka pada Anna. Meskipun mereka bekerja sudah lama. Melihat Anna yang baru masuk sudah menjadi sekertaris sang bos, membuat sebuah keirian hati mereka.Anna tidak mengerti apa yang sedang mereka katakan, dan terpaksa ia melontar balik pertanyaan."Maaf maksud kalian apa berbicara seperti ini di depanku? sekarang tolong beri jalan karena aku mau lewat," pinta Anna yang malas meladeni kedua rekan kerjanya itu.Kedua karyawan yang bernama Rina dan Hera saling menatap, saat melontarkan sebuah pertanyaan mereka."Kau! jangan pura-pura polos ya Anna, kami tahu kamu mencoba untuk mendekati tuan Daren, sebaiknya anak baru sepertimu jangan banyak bermimpi," cibir keduanya dengan sinis.Seketika Anna merasa kesal, dan tak terima dengan tuduhan Rina dan Hera."Tolong jaga ucapan kalian ya, aku tidak melakukan apa yang di katakan kalian. Kalau tidak percaya, silahkan tanyakan pada tuan Daren sendiri.""Huuh, mana ada orang salah ngaku."Anna menghela nafas panjang, saat kedua rekannya sudah pergi. Sungguh dia tidak habis pikir hari ini sangat menjengkelkan. Selain bosnya yang memberi perintah seenaknya.Sekarang malah karyawan wanita di sana yang selalu sinis padanya, mengingat dirinya hanya satu-satu karyawan wanita yang diterima cepat dengan posisi yang bagus melampaui para senior di sana."Heran sekali, bos super menyebalkan seperti tuan Daren banyak karyawan wanita yang menyukainya," Anna terheran dan menggeleng, lalu segera membuat kopi, tiba-tiba saja Anna mempunyai sebuah ide.Setelah Anna menyeduh dan mengaduk kopi yang sudah di buat, lalu ia segera kembali ke ruangan kerja dengan langkah cepat dan cukup bersemangat untuk me memberikan permintaan bosnya itu.Tibanya di depan pintu, Anna menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Dan segera masuk untuk segera menyuguhkannya pada sang bos. "Tuan, ini kopinya," kata Anna yang masih setia berdiri. Daren yang masih sibuk dengan tumpukan pekerjaan di atas meja, dia menyuruh Anna untuk menyimpannya lebih dulu. "Simpan saja, aku akan meminumnya nanti," perintahnya dengan nada ketus. Anna hanya mengangguk, lalu kembali ke meja kerjanya lagi yang berada tidak jauh dari meja kebesaran Daren. Rasanya ia ingin mengumpat sikap bosnya yang semena-mena memberi perintah. "Ternyata aku benar kan, jika dia hanya ingin mengerjai aku saja. Tapi sudahlah biarkan saja kalau dia meminumnya bagus," batin Anna. Satu pesan masuk di ponsel Daren, Daren menjeda pekerjaannya sejenak. Terlihat satu pesan dari ibunya yang sela
Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah. Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi. "Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati. Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi. "Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita. Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali munc
Anna yang masih duduk termenung, rasanya ia ingin segera pergi menjenguk ibunya yang sudah sadar, tapi di lain sisi wanita cantik itu masih bingung mencari alasan tentang uang biaya operasi dan rumah sakitnya. Daren yang baru selesai ganti baju dan baru keluar dari ruang pribadinya, membuat Anna terkejut. "Sudah waktunya kita pergi menemui tuan Arson, kamu sudah siap Anna? jangan lupa kamu harus benar-benar mempresentasikannya," Daren tak bosan untuk terus mengingatkan. Anna mengangguk patuh, lalu memberanikan diri untuk meminta ijin. Meskipun sebenarnya dia ragu. "Tu-tuan sebelumnya saya ingin meminta ijin untuk pulang lebih awal, karena hari ini ibuku sudah siuman setelah melakukan operasi," ungkap Anna dengan permintaannya. Daren terdiam, saat mendengar perkataan Anna yang terlihat sangat serius. Membuat hatinya merasa tidak tega. Tapi Daren sebagai pebisnis pantang merugi dan tetap ingin Anna bersikap profesional dalam pekerjaannya. "Kau boleh pulang setelah menemani aku meet
Disepanjang perjalanan menuju resto yang sudah di sepakati, sesuai permintaan bosnya. Anna menjelaskan beberapa materi di depan Daren, sebelum pada para klien. Dengan penuh keseriusan Anna terlihat begitu memahami beberapa point yang sudah ia tuliskan dalam sebuah materi proyek, Daren yang terkesima hanya menatap kagum. "Bagaimana, apa semua yang aku jelaskan sudah sesuai yang tuan tentukan?" tanya Anna seraya membereskan semua semua file yang ada di tangannya. Daren seketika kembali fokus, dan kembali duduk tegap. Lalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Anna, dengan mode wajah seriusnya. "Hm, lumayan. Cara penyampaimu sangat mudah untuk di pahami tapi..." Daren menjeda perkataannya sejenak. . Kening Anna berkerut dan merasa heran, entah apa lagi yang masih kurang padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin, dengan cara kinerjanya. "Memangnya tapi kenapa tuan?" tanya Anna penasaran. Berharap jika pria yang ada di depannya tidak membuat dirinya kesal lagi. Tanpa ragu Dar
Beberapa jam kemudian, semua para klien Daren bertepuk tangan, setelah Anna menjelaskan semua proposal properti, dari bahan mentah yang terjamin beserta beberapa ketentuan sesuai kontrak yang telah di tetapkan oleh bosnya. Prok...Prok...Suara tepuk tangan menggema di sebuah ruangan VIP resto ruangan resto terbesar di kota itu. Para pria berdasi itu menatap kagum dengan cara penyampaian Anna yang sungguh menakjubkan dan berhasil mengambil keyakinan mereka untuk menjadi mitra dengan inves yang lebih besar. "Wah, nona Anna selain cantik ternyata cukup cerdas juga tuan Daren anda sangat beruntung bisa memiliki sekertaris cantik dan kompeten," sanjung para rekan Daren. Anna hanya membungkukan badan seraya memancarkan senyum manisnya, saat para pengusaha itu memuji dirinya. "Hmm, iya begitulah. Lumayan," balas Daren, jauh dari lubuk hati dirinya juga tak bisa memungkiri jika Anna memanglah sekertaris yang sejalan dengan dirinya, bahkan bisa di andalkan. Tapi pria tampan yang memiliki si
"Tuan, bukankah aku tadi sudah bilang jika aku hanya ingin ke toilet. Dan mengenai tuan tedy tadi hanya tidak sengaja berpapasan lalu dia bertanya, hanya itu saja," Anna berusaha membela diri. Namun Daren seolah tidak peduli dengan penjelasan yang di katakan oleh Anna. Malah lelaki tampan itu meraih dan mencengkram erat pergelangan tangan sekertarisnya itu dan membawanya ke arah parkiran lalu menyuruh masuk ke dalam mobil dengan sedikit kasar. "Cepat masuk!" Titah Daren dengan nada tinggi dan penuh penekanan. "Tapi tuan, kita kan sedang meeting bersa..." belum tuntas Anna mengatakan kata-katanya. Daren lebih dulu memberitahukan jika meetingnya dan tuan Arson sudah selesai. Hal itu pun membuat Anna sedikit heran, karena bisa-bisanya Daren pergi begitu saja. Ketika Anna di rundung kebingungannya Rudi yang baru keluar dari resto tiba-tiba datang menghampiri mereka. "Tuan, ini kontrak kerja samanya sudah di tanda tangani oleh tuan Arson," ujar Rudi sembari menyodorkan sebuah map cok
Tepat jam empat sore, akhirnya Anna sampai di ruangan rawat sang ibu yang sangat dia sayangi. Bu Ratih yang masih terbaring lemah di atas brankar. Perlahan mulai membuka kedua pelupuk matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Melihat putri kesayangan yang sudah ia cari-cari dari tadi. Membuat keduanya menangis haru. Apa lagi Anna yang begitu bahagia saat melihat orang yang dia sayangi akhirnya bisa melewati masa kritisnya. "Anna!" panggil Bu Ratih dengan nada rendah yang hampir tak terdengar. "Ibu," Anna berjalan menghampiri, lalu memeluk ibunya dengan sangat erat dan pelan. keduanya mengeluarkan air mata bahagia dan haru. Meskipun Anna harus merendahkan diri mendapatkan uang itu dari bosnya, tapi sejenak rasa sakit itu terobati saat melihat ibunya yang perlahan keadaannya mulai membaik. "Putri ibu, kenapa kamu jadi kurusan nak? pasti ini semua karena ibu yang telah banyak merepotkanmu?" lirih Bu Ratih mencecar beberapa pertanyaan pada putri semata wayangnya itu. Anna menggele
Daren terkejut, saat dia melihat video cctv di lobi hotel, di mana Anna berusaha keras memapah dirinya dengan sekuat tenaga, dan terlihat sesekali berusaha menelpon seseorang. Tapi terlihat tidak bisa. "Apa benar semua ini tidak ada hubungan dengan dia? jika bukan apa aku telah salah paham padanya?" Daren bertanya-tanya dalam hati sembari merenung. Tak ingin menebak-nebak, Daren tetap pada pendiriannya sebelum Rudi menemukan orangnya, ia harus tetap waspada walaupun pada seorang wanita. "Sebaiknya aku tidak boleh menyimpulkan sendiri, sebelum orangnya di temukan." Daren menghela nafas kasar, tapi mengingat ada noda darah di atas sprei, membuat dia baru sadar bahwa mungkin Anna baru melakukan hal itu pertama kali dengan dia, pikirnya. Tak ingin merasa bersalah, dengan cepat Daren melonggarkan dasi dan melepaskan jasnya lalu melempar ke sembarang arah. Baru saja lelaki tampan itu berjalan ke arah kamar mandi, tiba-tiba saja terdengar beberapa pesan yang masuk ke dalam pesannya. Meli