Share

Bab 6 Pria Menyebalkan

Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis.

"Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir.

Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya.

Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti.

Brak!

"Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah.

Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini.

"Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren.

"Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada meeting di luar bersama klien. Kau harus ikut denganku, dan jelaskan semua proyek kita yang akan segera di impor," Daren sengaja mengingatkan Anna.

Anna hanya mengangguk, tanpa ingin mengucapkan beberapa patah kata saja pada Daren. Dengan hidung mancung yang merah dan kedua mata bulatnya yang sembab setelah menangis beberapa saat tadi.

Melihat Anna yang bersikap acuh, membuat Daren kehilangan kata-kata. Lalu dia terpaksa kembali ke meja kerja yang kebetulan ada di samping meja Anna.

"Wanita ini berani sekali mengabaikan aku," Daren menggerutu dalam hati, sesekali lelaki tampan berjambang tipis itu pun diam-diam menatap Anna yang sedang serius mempelajari tentang beberapa materi yang harus ia sampaikan nanti di depan klien.

Anna yang tahu jika Daren sedang menatapnya, membuat ia mengubah posisi duduk karena merasa tidak nyaman. Sampai sedikit membelakangi Bos yang sama sekali tidak ingin dia lihat.

"Pria menyebalkan, apa harus segitunya melihat aku sedang bekerja," Anna meracau kesal dalam hati. Jika bukan karena kemarin butuh uang, rasanya ingin sekali pergi dari perusahaan itu.

Daren yang berusaha keras untuk fokus kerja, tetap saja dia belum bisa fokus. Setelah mengingat insiden malam itu. Yang sebenarnya sangat membuatnya jengkel. Terlebih lagi saat tak sengaja melihat Anna di depan yang terlihat jelas menghindar dengan cara membelakanginya, tentu saja Daren sangat tersinggung oleh sikap Anna.

Sebuah ide muncul kepala Daren untuk melampiaskan kekesalan, dengan cara memberikan sebuah perintah.

"Anna!"

Anna yang masih sibuk, sejenak menghentikan aktifitasnya. Lalu dengan nafas berat wanita cantik itu pun memutar mata malas dan menoleh ke arah sumber suara tepat di belakangnya.

"Ada apa tuan?" tanya Anna dengan nada datar dan terpaksa.

Semakin Anna menghindar menatap wajahnya, membuat Daren semakin tersinggung dan bertambah kesal.

"Kenapa kamu duduk membelakangi aku?" Daren terpaksa bertanya karena ke lewat kesal. Karena seolah-olah di mata sekertarisnya Daren seperti sangat menjijikan.

Anna sebenarnya sudah malas untuk berkomunikasi jika bukan soal pekerjaan, tapi tidak ada pilihan lain lagi selain ia harus berusaha sabar saat menghadapi bosnya yang playing victim.

"Memangnya kenapa tuan? bukannya itu hak saya? yang terpenting saya mengerjakan semua pekerjaan dengan benar," jawab Anna singkat.

Daren mendengus kesal, saat melihat Anna yang menurutnya sudah berani menyingung dirinya dengan sikapnya.

"Tentu saja itu hak mu, tapi sebagai atasanmu aku tidak suka melihat posisimu duduk yang benar," bentak Daren yang sudah sangat kesal.

Anna menatap nyalang Daren, jika bukan pria yang ada di depan bukan atasannya, ingin sekali dia menyumpal mulutnya, yang selalu mengatakan perkataan pedas padanya.

"Sabar Anna," Racau Anna menghibur diri dalam hati. Tanpa banyak berbicara lagi Anna terpaksa menurut perintah Daren, kembali duduk dengan posisi semula.

Melihat Anna yang patuh, membuat Daren merasa menang dan puas. Jika bukan karena insiden yang telah ia alami kemarin malam Daren lumayan puas dengan kinerja Anna. Tapi sayang sekali sekarang yang ada di dalam hatinya malah keraguan.

Daren yang belum puas untuk meluapkan kemarahannya, ia kembali memberikan perintah yang seharusnya bukan tugas Anna.

"Anna! Aku ingin kopi sekarang tolong buatkan dan ingat jangan terlalu manis." Pinta Daren dengan penuh penekanan.

Anna menghela nafas berat, entah kenapa sikap bosnya semakin ke sini malah semakin terus membuatkan kesal. Meskipun ragu ia berusaha untuk menyampaikan pendapatnya.

"Maaf tuan, bukannya itu tugasnya OB? lagian masih banyak pekerjaan yang masih harus aku bereskan," protes Anna.

Daren terdiam sejenak, memang benar apa yang di bilang Anna. Tapi sebagai pemilik perusahaan dia tidak mau kalah bicara dalam hal apa pun meskipun ia memang salah.

"Di sini aku yang menggaji kamu, apa kamu sudah lupa kemarin sudah meminta apa? atau harus aku ingatkan lagi? dan harus kamu ingat selain kamu harus bekerja lagi kamu juga harus patuh dengan semua perintahku apa pun itu?" tegas Daren dengan nada bariton.

Anna terlihat sangat kesal, tanpa ingin banyak berdebat lagi, dengan cepatnya ia beranjak dari tempat duduk dan segera pergi ke kantin untuk membuatkan segelas kopi yang di perintahkan oleh Daren.

Bruk!

Pintu tertutup, Daren sedikit kaget saat melihat sekertarisnya itu yang pergi begitu saja.

"Dasar wanita tidak tahu terima kasih," Daren kesal dan mencoba kembali fokus untuk mengecek beberapa file yang belum dia tanda tangani.

Setelah Anna berjalan beberapa menit, akhir ia sampai di kantin. Namun ia tak sengaja berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang baru saja keluar dari sana.

"Hm, ada karyawan baru yang mencoba caper sama bos. Apa dia gak tahu malu ya." Sindir salah satu karyawan senior yang sengaja menghadang jalan Anna.

"Benar, baru bekerja beberapa bulan di sini tapi syok kecentilan," timpal satu karyawan lain menatap tida suka pada Anna. Meskipun mereka bekerja sudah lama. Melihat Anna yang baru masuk sudah menjadi sekertaris sang bos, membuat sebuah keirian hati mereka.

Anna tidak mengerti apa yang sedang mereka katakan, dan terpaksa ia melontar balik pertanyaan.

"Maaf maksud kalian apa berbicara seperti ini di depanku? sekarang tolong beri jalan karena aku mau lewat," pinta Anna yang malas meladeni kedua rekan kerjanya itu.

Kedua karyawan yang bernama Rina dan Hera saling menatap, saat melontarkan sebuah pertanyaan mereka.

"Kau! jangan pura-pura polos ya Anna, kami tahu kamu mencoba untuk mendekati tuan Daren, sebaiknya anak baru sepertimu jangan banyak bermimpi," cibir keduanya dengan sinis.

Seketika Anna merasa kesal, dan tak terima dengan tuduhan Rina dan Hera.

"Tolong jaga ucapan kalian ya, aku tidak melakukan apa yang di katakan kalian. Kalau tidak percaya, silahkan tanyakan pada tuan Daren sendiri."

"Huuh, mana ada orang salah ngaku."

Anna menghela nafas panjang, saat kedua rekannya sudah pergi. Sungguh dia tidak habis pikir hari ini sangat menjengkelkan. Selain bosnya yang memberi perintah seenaknya.

Sekarang malah karyawan wanita di sana yang selalu sinis padanya, mengingat dirinya hanya satu-satu karyawan wanita yang diterima cepat dengan posisi yang bagus melampaui para senior di sana.

"Heran sekali, bos super menyebalkan seperti tuan Daren banyak karyawan wanita yang menyukainya," Anna terheran dan menggeleng, lalu segera membuat kopi, tiba-tiba saja Anna mempunyai sebuah ide.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status