Anna meneteskan air mata, saat mengingat perkataan Renata yang sengaja menegur tentang kedekatannya dengan Daren. "Kenapa nona Renata bicara seperti itu? jangan bilang dia sudah tahu tentang aku dan tuan Daren," gumam Anna yang merasa gelisah. Baru saja wanita cantik itu berjalan menunggu taksi, tiba-tiba saja Rudi datang menghampirinya. "Tuan Rudi," Anna terkejut saat melihat asisten bosnya yang tiba-tiba saja ada di depannya. "Mari saya antar pulang nona," ucap Rudi menawarkan diri. Anna yang berdiri mematung pun terheran dan bertanya-tanya kenapa tiba-tiba saja orang kepercayaan bosnya menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Anna awalnya berusaha menolak, karena ia tidak mau jika sampai merepotkan orang lain. Tapi Rudi berusaha meyakinkan jika dirinya hanya di perintah oleh bosnya. "Nona saya mohon, ikutlah denganku. Jika tidak nanti yang ada tuan yang akan menekan saya," jelas Rudi dengan penuh harap. Mengingat Daren yang memiliki sikap pemarah dan keras kepala, membuat Anna
"Aku tidak tahu, ada orang yang mengirimkan padaku tanpa nama," Jelas Renata berbohong, karena dia tidak ingin jika suaminya sampai tahu Hera yang memberitahu. Yang ada Daren akan terus mengelak pikirnya. "Terserah kamu, jika kamu memang percaya dengan orang itu ya silahkan saja. Aku tidak peduli," Daren kesal dan melajukan mobilnya lebih cepat lagi. Melihat kemarahan sang suami, yang membuat hubungan mereka lebih jauh lagi membuat Renata merasa tidak rela. Apa lagi jika sampai merugikan dirinya sendiri. "Sial, sepertinya aku tidak boleh gegabah dulu. Jika aku menekan yang ada Daren semakin jauh. Satu-satunya cara adalah aku harus menyingkirkan wanita sialan itu," geram Renata dalam hati yang tak terima. Seketika wajah Renata berubah dalam sekejap, dan kembali bersikap manja pada Daren karena dia tidak ingin jika Anna sampai memenangkan hati suaminya. "Mas Daren, jika kamu tidak merasa mengkhianati aku, tidak perlu marah. Aku hanya bertanya saja. Aku sangat mencintai kamu mas, jan
Setibanya di restoran, kedatangan Daren dan Renata di sambut hangat oleh manager dan para pelayan di sana dengan penuh hormat. Bahkan mereka berdua di antarkan secara khusus ke ruangan VIP di sana. Renata terlihat sangat bahagia, saat pertama kalinya di ajak Dinner oleh suami yang sudah lama dia idamkan dan nantikan. "Silahkan, tuan dan nyonya. Apakah ada yang ingin di pesan?" tanya sang pelayan sembari membungkukan badan. "Buatkan saja menu makanan dan minumannya yang terbaik untuk kami," Perintah Daren dengan nada ketus dan sikap dinginnya. "Baiklah tuan, nyonya. Mohon di tunggu sebentar kami akan menyiapkannya lebih dulu," ucap0 sang pelayan lalu segera bergegas ke belakang. Daren hanya berdehem, Renata yang masih menatap ruangan resto itu membuat jantungnya berdegup sangat kencang. Karena baginya ini adalah kali pertama Daren mengajak dirinya makan bersama. Daren yang sebenarnya tidak ingin mengajak Renata Dinner, ia terpaksa berusaha keras untuk membuat hati Renata Senang da
Setelah Dinner bersama Daren dan Renata akhirnya pulang, dan di sambut hangat oleh kedua orang tuanya yang sengaja menunggu mereka berdua. "Kalian akhirnya sudah pulang, Daren ibu sangat senang karena akhirnya kamu sudah mau mengajak istrimu jalan-jalan dengan begitu Kalian mengenal lebih dekat satu sama lain terlebih lagi nanti kalian pasti akan lebih cepat memberikan kamu cucu.""Ibu mu benar Daren, lagian rumah ini sangat sepi tanpa kehadiran seorang bayi," sambung tuan Wijaya yang begitu berharap. Seketika wajah Renata memerah merona, begitu juga dengan Daren yang terlihat salah tingkah. Karena baginya mereka terlalu menekan dan berharap padanya. "Aku sangat lelah mau istirahat dulu," ketus Daren yang berjalan menaiki tangga. Dengan sikap acuh tak acuhnya. "Ayah, ibu. Doakan saja supaya Renata cepat mengabulkan keinginan kalian berdua," Renata berusaha memperlihatkan kesabarannya di depan kedua mertuanya. Tanpa membuang waktu lagi, Renata menyusul Daren ke kamar dengan penuh
Ketika Daren sedang membersihkan diri di kamar mandi, Renata yang tidak melewatkan kesempatan untuk mencari tahu tentang Anna. Dengan cepatnya ia meraih dan melihat ponselnya dengan penuh rasa penasaran. "Ini dia nomor ponselnya," Renata menatap nyalang saat melihat nama sang sekertaris yang ada di ponsel pria yang sangat dia cintai. Tanpa sepengetahuan Daren ia sengaja menyimpan nomor Anna, untuk mengetahui sebenarnya sejauh mana kecurigaan dia selama ini. Klek Mendengar suara pintu yang terbuka, dengan cepatnya Renata kembali menaruh ponsel Daren ke tempat semula agar tidak curiga padanya. "Mas kamu sudah selesai mandinya?" tanya Renata yang berusaha memecah keheningan di dalam kamar. Daren hanya berdehem, melihat sikap Renata yang sedikit aneh membuat lelaki tampan berperawakan tinggi itu pun menyergitkan dahi. "Kamu kenapa? kenapa terlihat gugup seperti itu?" Daren bertanya dengan tatapan yang penuh selidik. Renata yang terlihat sangat gugup, dia berusaha keras untuk tetap
Keesokan harinya, Anna bersiap untuk pergi ke kantor lebih awal mengingat banyak beberapa pekerjaan yang harus ia lakukan pagi ini. "Jangan sampai aku terlambat, nanti yang ada tuan Daren menegurku," gumam Anna meraih tas selempang dan beberapa map yang berisi dokumen penting perusahaan. Bu Ratih yang sudah membaik, wanita paruh baya itu pun sengaja membuat sarapan pagi untuk putri yang sangat dia sayangi. "Putri ibu ternyata sudah bangun, Baru saja ibu ingin membangunkan mu," sapa Bu Ratih yang terlihat begitu senang. Anna terkejut saat melihat ibunya yang perlahan sudah bisa beraktifitas seperti biasanya lagi, bahkan ia merasa apa yang sedang di lihat seperti mimpi. "Ya ampun ibu, kenapa ibu repot menyiapkan makanan padahal kan ibu belum sembuh benar?" tanya Anna yang memeluk tubuh Bu Ratih. "Anna, ibu sudah sehat. Jadi tidak usah khawatir nak. Lagi pula ibu tidak tega jika kamu melakukan banyak hal sementara ibu hanya berdiam saja," Kata Bu Ratih yang menyemangati putri kesaya
Sesampainya di kantor Anna sangat terkejut saat semua para rekan kerjanya tengah berbisik dan mulai membicarakan tentang pesta yang akan di lakukan oleh bosnya nanti malam. Sebagai karyawan yang tidak ingin tahu lebih dalam lagi tentang beberapa isu yang ada di dalam bicarakan oleh para rekannya membuat Anna tidak peduli. Namun baru saja wanita cantik itu ingin memasuki ruang kerjanya. Tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk segera menghadap ke ruangan bos mereka. Anna pun menghela nafas berat, lalu ia terpaksa segera menghadap pada tuannya. Dengan perasaan yang sangat gugup dan ragu ketika berdiri tepat di depan pintu sang bos. Tok. .tok..."Masuklah!" Setelah mendengar perintah dari dalam, Anna segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Daren. Daren yang tengah duduk di kursi kebesarannya pun segera beranjak dari tempat duduk. Dia terlihat sangat senang saat melihat sekertaris barunya yang terlihat sangat cantik. "Kamu hari ini sangat cantik Anna," ucap Daren berbisik semba
"Tidak tuan! jangan lakukan ini, kita sedang berada di kantor tidak baik jika ada orang lain yang tahu," Anna berusaha mengingatkan atasannya karena ia tidak mau jika sampai ada yang tahu jika selama ini dia dan bosnya memiliki sebuah kesepakatan dan hubungan yang sulit untuk di artikan. Melihat Anna yang melepaskan pelukannya, membuat Daren tersinggung dan tidak senang. "Atas dasar apa kamu menolakku Anna? bukankah kau sudah setuju akan patuh dan menurut dengan semua perintahku untuk menjadi kekasihku," peringat Daren sembari menyangkup dagu lancip Anna. Anna menggelengkan kepala, ia berusaha sekuat tenaga untuk menjawab perkataan pria yang ada di depannya itu. "Tentu saja aku bisa menolak perintah anda tuan, anda sudah memiliki istri dan bukan pria yang bisa sesuka hati bermain dengan wanita lain jadi aku mohon, bisakah kita mengakhiri kesepakatan yang telah kita buat, karena aku tidak mau menjadi seorang pelakor yang di pandang orang sebagai perusak hubungan anda," pinta Anna wal