Sampailah Edward dan Olivia Milan di sebuah pintu ruangan VVIP yang ditempati oleh Tuan Wilson. Di dalam ruangan tersebut, Tuan Wilson tengah menunggu dengan tidak sabar sebuah sajian spesial yaitu gadis cantik yang bisa ia nikmati sembari melahap makanan mewah ala Bluefin Seafood.
“Tuan Wilson, sajian spesial yang Tuan pesan telah tiba. Selamat menikmati suguhan terbaik yang kami persiapkan khusus untuk Tuan Wilson,” ucap Edward seraya membungkuk sebentar pada Tuan Wilson yang tengah duduk santai di sofa panjang. Ketika mengucapkan kalimat tersebut, Edward membuat sebuah isyarat seolah ia sedang menyerahkan Olivia Milan sebagai sebuah sajian istimewa untuk Tuan Wilson.
Laki-laki yang bernama Tuan Wilson itu pun terlihat menyeringai lebar ketika dua bola matanya menangkap pemandangan indah di depannya itu.
“Wah, tak kusangka Bluefin Seafood memiliki koleksi hidangan yang menggugah selera. Baiklah, kau cepat keluar dari sini sebab aku ingin segera menikmati sa
Pemilik punggung yang baru saja ditabrak oleh Olivia Milan itu mengaduh dan menoleh ke belakang karena kaget. Pria berjas hitam itu lantas melotot lebih kaget katika mendapati ada seorang gadis yang hanya memakai bikini sedang berkeliaran di area VVIP Bluefin Seafood Restaurant. Pria berjas hitam itu pun berteriak memanggil security untuk menyingkirkan Olivia Milan dari tempat tersebut. Pria yang memiliki nama Tuan Thomas itu khawatir jika keberadaan gadis berbikini di area VVIP akan mencoreng nama baik Bluefin Seafood Restaurant di muka umum. “Security, lempar keluar gadis sialan ini! Siapa yang telah membiarkan seorang gadis gila berkeliaran di tempatku yang terhormat ini?” hardik Thomas pada sosok security yang tak sengaja sedang berada di dekat tempat kejadian. “Maaf, Tuan. Maaf dan tolong saya. Saya sedang dalam masalah. Saya mohon tolonglah saya,” tak peduli akan kemarahan Thomas, Olivia Milan justru merengek meminta tol
Mendengar hardikan Rainer Griffin yang membahana, serta merta Thomas tergeragap dan tangannya gemetaran meraih ponsel dari saku. Tuan Wilson yang masih terpaku di tempatnya, terlihat turut terdiam mengamati keadaan. Ia tak begitu mengenal sosok Rainer Griffin, tapi dilihat dari keberainan Rainer Griffin membentak Thomas, Tuan Wilson yakin jika Rainer Griffin bukanlah berasal dari keluarga sembarangan. “Ed-Edward, kau di mana? Ke sini segera! Tuan Griffin ingin bertemu denganmu!” Sambungan tertutup setelahnya. Suasana menjadi mencekam, tak ada seorang pun berani memulai pembicaraan sebab Rainer Griffin seolah sedang mengeluarkan aura pembunuh yang kuat. Pria itu berdiri dengan diliputi oleh amarah, security, Tuan Wilson dan Thomas sama-sama tak mengerti penyebab kemarahan Rainer Griffin. Rainer Griffin membuka kancing jas hitamnya, melepas pakaian itu dari tubuhnya yang semampai, lalu menjatuhkannya begitu saja ke lantai. “Pakai!” ucapnya pada Olivia M
Benar saja, ketika Sean membimbing Olivia Milan untuk berjalan menyusuri Bluefin Seafood Restaurant, hampir semua pengunjung wanita menoleh ke arah Sean dan Olivia. Sorot mata para gadis yang memandang Sean seolah memberi kesan jika mereka benar-benar berharap bisa bertukar tempat dengan Olivia Milan. Gadis-gadis itu seperti mendamba jika pundak merekalah yang disentuh oleh jari jemari Sean, tubuh merekalah yang berhimpitan dengan Sean, dan telinga mereka yang mendapat bisikan-bisan lembut dari Sean. Ketampanan Sean memang bukan rahasia lagi. Andai diadakan sebuah poling tentang tingkat ketampanan Sean dari angka 1 sampai 10, bisa jadi hampir seluruh penduduk bumi akan memberi nilai 9,9 untuk Sean. Menandakan jika ketampanan dan pesona Sean sudah tak perlu lagi diperdebatkan. Pria itu, bisa membuat para wanita berfantasy dengan membayangkan Sean sebagai malaikat penolong sekaligus kekasih khayalan mereka. Tapi anehnya, semua pesona Sean itu seolah sia-sia di mata Oli
Tepat ketika Sean dan Olivia Milan baru memasuki area parkir di Bluefin Seafood, ponsel Sean berbunyi dan terlihat nama Tuan Griffin sedang muncul di layar ponsel. Sean mengerutkan alis sebelum ia menyentuh sisi layar ponsel untuk mengangkatnya. “Iya, Tuan Griffin?” ucap Sean seraya mengedipkan mata ke arah Olivia Milan sebagai tanda ia ingin Olivia menunggu beberapa saat. “Kami masih di area parkir Bluefin Seafood. Apa? Tuan Griffin ingin ke sini segera? Baik, kami akan menunggu,” jawab Sean merespon kalimat Rainer Griffin dari seberang. Setelah ponselnya ia masukkan kembali ke saku, pria itu menggeleng-gelengkan kepala sembari mengamati wajah Olivia Milan. “Jangan-jangan Tuan Griffin sudah rindu lagi dengan gadis ini? Ah, betapa lucunya pria angkuh itu ketika sedang tertarik dengan seorang gadis,” gumam Sean dalam hati sambil memandangi wajah Olivia Milan. “Apa, apa ada yang aneh dengan riasan saya, Tuan Sean?” Olivia Milan menyingkap rambut
Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Sepuluh detik. Dan, ternyata ciuman yang dilakukan Rainer Griffin ke bibir Olivia Milan bertahan selama lima belas detik sebab tubuh Olivia Milan mulai menunjukkan pergerakan di detik ke lima belas. Buru-buru, Rainer Griffin kembali ke posisinya, memasang sabuk pengaman, kemudian mulai menginjak gas dengan kasar. Tentu saja, hal itu membuat tubuh Olivia Milan terjungkal lagi ke depan. Gadis itu mengaduh sebab kesadarannya belum begitu pulih sementara tubuhnya terasa terbanting dan keningnya membentur dashbord mobil. Tak ada respon apapun yang ditampilkan Rainer Griffin ketika gadis itu mengaduh kesakitan. Ia justru memilih untuk melaju dengan kecepatan tinggi. Bahkan, ketika tiba-tiba Olivia Milan menyentuh bagian bibirnya yang terasa aneh, Rainer Griffin tak memberi reaksi apa-apa. Pria itu tetap memasang wajah angkuh dan garang, tanpa memiliki niat sedikit pun untuk mengakui bahwa ia tengah mencuri sebuah sesi ciuman panjang
“Bosku ternyata gila!!!” pekik Olivia Milan dalam hati. Ketika napas Olivia Milan hampir putus di tengah jalan, ia memutuskan untuk menodai bibirnya dengan mengucapkan kalimat yang menurutnya sangat menjijikkan untuk didengar. “Baiklah! Itu adalah ciuman yang paling enak yang pernah saya terima! Tuan Griffin memberi saya ciuman yang sangat nikmat! Ya, itu benar. Sungguh sangat benar!” Seketika, setelah pekikan itu terdengar di telinganya sendiri, Olivia Milan sempat berharap ia segera hilang ingatan atau setidaknya Tuhan akan bersedia menghapus kenangan itu dari kepalanya. Tapi, harapan Olivia Milan sepertinya tak mungkin terkabul sebab di detik berikutnya Rainer Griffin mengucapkan kalimat yang sungguh ajaib. “Katakan lagi! Katakan lagi selama sepuluh menit. Sebentar, biar kupasang stopwatch. Nah, sudah… Ulangi kalimatmu barusan sampai stopwatch ini berbunyi!” ucap Rainer Griffin seraya menyalakan Stopwatch dari ponselnya. Stopwatch sudah ber
“Mengapa Tuan Griffin masih tega membuat saya terluka bahkan ketika saya sudah lelah menangis?” celetuk Olivia Milan di tengah isakannya. “Membuatmu terluka? Kapan? Di mana? Kau mengigau? Memangnya aku melakukan apa?” tanya Rainer Griffin yang justru membuat Olivia Milan semakin gatal batinnya. “Saya lelah menangis… Saya ingin makan saja, hiks…” ucap Olivia Milan cukup lirih. Ia berharap kalimat tersebut tak terdengar di telinga Rainer Griffin. Setelah ia pikir-pikir, ternyata tak ada gunanya ia menangisi kelakuan Rainer Griffin, toh lelaki tersebut sama sekali tak merasa telah melakukan kesalahan. “Diam jika memang lapar. Menangis justru akan membuatmu semakin kelaparan!” Ucapan Rainer Griffin dan sempat membuat Olivia kaget sebentar karena tak menyangka ucapannya yang lirih bisa terdengar oleh Rainer Griffin. Akhirnya, Olivia pun terpaksa mengangguk sebab bagaimana pun apa yang diucapkan Rainer Griffin ada benarnya. Terisak-isak menangis ternyata ju
Ketika Harry sedang menggandeng Olivia Milan dan berjalan masuk ke dalam restoran, terlihat Rainer Griffin tengah duduk di sebuah meja khusus yang merupakan meja bagi pengunjung-pengunjung spesial. Di tempat tersebut, Rainer Griffin sedang menunggu Olivia Milan mendatanginya. Ia pun sedikit heran ketika gadis yang ia tunggu tak juga menampakkan batang hidungnya. “Hai, Rain… Kebetulan sekali kita bertemu di sini!” ketika mengetahui lokasi Rainer Griffin berada, Harry langsung berjalan cepat dan menggandeng Olivia Milan dengan cara yang lebih erat dari sebelumnya. Olivia Milan merasa sedikit risi sebenarnya, tetapi bagaimana pun Harry adalah pria yang sedang mencoba menolongnya sehingga Olivia membiarkan saja pria itu mengapit tangannya erat, seolah mereka adalah sepasang kekasih. “Harry?! Via? Kalian?” Rainer Griffin berdiri seketika, ia menatap menyelidik ke arah Harry dan Olivia. Sorot matanya menghujam, tangannya mengepal geram seolah ia tengah menggenggam udara de