Share

Chap 8 Tinggal bersama?

Los Angeles, US

BRAK..

“ITU BUKAN MAYATNYA!!” teriak seorang pria sambil menggebrak meja kerjanya, membuat dokumen yang tersusun rapi kini berhamburan ke lantai.

“Apa kalian bisa menjelaskan apa yang terjadi” Tanya pria itu dengan desisan tajam. Dua orang yang berada didepannya menunduk takut. Saling menyenggol untuk menentukan siapa yang berbicara.

“Apa kalian mendadak bisu.” Ucapnya dengan dingin.

“I-itu jebakan.. kami dijebak” jawab Frank selaku pemimpin kompotan dengan takut-takut. Pria itu hanya diam seolah menunggu kelanjutan cerita yang ingin didengarnya.

“Benarkah? Ceritakan padaku jebakan seperti apa yang dibuat olehnya”

“Bom yang kami tembakan pada mobil itu berhasil meledak, saat kami ingin mendekat, tiba-tiba kami semua pingsan dan saat bangun sudah berada didepan gerbang” Ucap Frank dengan badan bergetar.

“Kami rasa ia sudah mati tuan. Mobil yang dia gunakan menabrak pembatas jalan dan hancur” lanjut pria disebelah Frank.

“Perintah apa yang kuberikan padamu Frank?”

“Me-membawanya dalam keadaan hidup” jawab Frank terbata.

“Lalu apa yang ku dapatkan sekarang”

Klek

Pria itu berucap sambil memasukan sebuah peluru kedalam pistol G18 miliknya. Tangannya memainkan pistol itu dengan gerakan memutar.

“Tuan, saya akan pergi mencarinya sekarang” ucap zero, pria yang berada disebelah Frank kini berbalik untuk pergi. Tubuh pria itu bergetar dengan keringat dingin yang memenuhi dahinya.

Baru saja tangan Zero memegang knop pintu, rasa membakar terasa di dadanya ketika sebuah peluru bersarang tepat di jantungnya. Zero berbalik menatap sang pelaku penembakan yang memasang seringai licik.

“Sudah terlambat untuk pergi” ucapnya bersamaan dengan itu bunyi benturan seseorang jatuh ke lantai terdengar. Tanpa perlu berbalik Frank jelas tau bahwa rekannya sudah jatuh tak bernyawa di belakang.

“Sudah belajar dari pengalaman Frank?” Tanya pria itu yang dibalasi anggukan antusias dari Frank. Pria itu mengulas seringian licik andalannya.

“Jika sudah bawakan Dante padaku”. Perintahnya tak terbantah

---------

Dallas, US

Sudah hampir seminggu Dante berada dirumah sakit. Selama itu Shia terkadang datang untuk menemani Dante sebagai bentuk rasa kasihan maupun bersalahnya.

“Kata Teresa aku bisa pergi hari ini” Ucap Dante mendapati Shia yang berada diruang rawatnya.

Mata biru Shia menatap Dante “kau bisa tinggal diapartemenku untuk sementara” ucapnya. Shia akan memberikan tempat tinggal bagi pria itu. Dia memiliki satu apartmen di kota Dallas dan jarang ditinggali. Dan siang ini dia akan kembali ke apartemen itu, bersama Dante tentunya.

Begitu Shia dan Dante tiba diapartemen. Shia menoleh kebelakang menatap kearah Dante dan terpaku. Bukan karena tubuh dan lengannya yang seperti patung dewa yunani namun dia masih tidak menyangka jika ia hanya setinggi dada pria itu. Dan pakaian kaos hitam yang pria itu gunakan membuatnya terlihat seperti seorang pemuda normal pada umumnya. Untuk sesaat dia lupa jika Dante berusia jauh diatasnya. Shia berdehem lalu memasukan pin apartemennya. Hal itu tak luput dari perhatian Dante.

“Pin ku 151210” ucap Shia setelah mendapat gelagat Dante yang terlihat mengintip. Shia dapat mendengar Dante menyebutkan nomor itu dengan pelan, mencoba mengingatnya.

“Apa itu nomor spesial?” Tanya Dante. Tangan Shia yang ingin membuka pintu terhenti. Ia menoleh kebelakang menatap Dante dengan senyum nanar yang samar. Dante jelas melihat tatapan itu dan entah mengapa ia membencinya.

“Aku tidak melarangmu jika kau ingin menggantinya” Jawab Shia bersamaan dengan pintu yang terbuka

Atensi Dante beralih pada bagian dalam apartemen. Terlihat minimalis namun elegen secara bersamaan, berbanding terbalik dengan tampilan Shia yang nampak tomboy.

“Aku sudah menyiapkan kamarmu, kuharap kau menyukainya” ucap Shia menuju sebuah pintu dan membukanya. Dante melangkah masuk, ia menatap ke arah jendela kaca yang menunjukan pemandangan pepohonan. Memang aparteman yang Shia miliki cukup jauh dari Kota. Karena itulah apartemen ini jarang dia tempati.

“Aku suka” ucap Dante singkat dengan tatapan yang kini mengarah pada Shia yang tersenyum tipis.

“Baguslah, kau bisa mandi, aku akan pergi dan kamar mandinya disebelah sana” ucap Shia sambil menunjuk sebuah pintu yang bersebelahan dengan kamar yang di tempati Dante. Ketika hendak melangkah lebih jauh, tangan Dante menghentikannya.

“Kenapa?” tanya Shia

“Kau akan kemana?” Seru pria itu sambil membuang muka, lebih memilih menatap alas kaki di bawahnya. Sebelah alis Shia terangkat

“Aku tidak tinggal disini” Ucapnya yang membuat Dante langsung menatap Shia

“Kau akan meninggalkanku sendiri?”

“Hmm.. Aku tidak bodoh untuk membiarkan diriku tinggal bersama seorang pria yang usianya lebih tua dariku, meskipun lupa ingatan tapi aku yakin naluri pria mu masih berfungsi dengan benar” Ucap Shia dengan sudut bibir terangkat “Mandilah, aku akan menunggu diluar. Usahakan agar airnya tidak mengenai lukamu” ucap Shia bersamaan dengan pintu yang ditutup. Menyisakan Dante yang memandang keluar dengan tatapan sulit diartikan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Shiroko Rume
keren ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status