Share

Chap 7 Amnesia?

Shia menatap sosok pria yang terduduk di ranjang pasien. Mata yang tertutup itu kini terbuka. Pandangan mereka bertemu, netra abu-abu gelap dengan kesan dingin itu menyapanya. Shia cukup tertegun, sosok Dante yang sekarang berada didepannya berbeda dengan tingkah pria itu sebelumnya yang terkesan menyebalkan.

“Siapa?” suara serak itu menyadarkan Shia. Dante tidak mengenalinya.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Shia balik dengan langkah mendekat. Bersamaan dengan tangannya yang menuangkan segelas air dan menyerahkan pada Dante yang masih bersandar pada kepala ranjang.

Dante melirik Shia dengan kening berkerut. Maniknya bersitatap dengan manik biru gelap milik Shia. Tentu saja pria itu sadar dirinya kini pasti berada di sebuah rumah sakit dan mengenakan seragam pasien. Namun bagaimana dirinya bisa berada disini.

Merasakan tenggorokan yang kering. Dante meraih gelas yang disodorkan oleh Shia dan meminumnya hingga tandas.

“Kau ingat ses-“

PRANK

“ARGHH”

Gelas kaca yang dipegangnya jatuh dan pecah. Dante meringis sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Dengan cepat Shia menarik kedua tangan kekar itu dengan kedua tangannya. Menarik pria itu dalam pelukannya untuk menenangkannya. Shia hanya khawtir jika gerakan tangan Dante pada kepala pria itu membuat jahitan dikepalanya terbuka.

“Tenanglah Dante” Kedua tangan Shia beralih mengelus kepala Dante yang menyender di pundaknya. Pria itu mulai tenang dan pasrah dalam pelukan Shia.

“Dokter bilang kau harus banyak istirahat, semua luka ditubuhmu belum kering.”

“Siapa namamu?” Tanya pria itu dengan nada berbisik, masih di dalam dekapan Shia

“Kau benar-benar lupa?” Tatapan mata Shia bertanya. Dante menatap Shia datar hingga gadis itu menghela nafas “Shia, kau bisa memanggilku Shia”

“Aku …” ucapan pria itu terhenti, Shia mengerti jika pria itu bingung harus berkata apa tentang namanya.

“Dante, namamu Dante” Shia mengulas senyum tipis membuat Dante tertegun melihatnya. Perasaan asing menjalar di sekujur tubuhnya. Sebuah perasaan yang seolah baru pertama kali dia rasakan.

“Apa hubungan kita?” Tanya Dante “Apa kau istriku?” Sambung Dante membuat ekspresi Shia menjadi buruk. Jika saja mereka dalam keadaa normal pasti kata-kata indah sudah meluncur dari bibir mungil Shia.

“Bukan, kita hanyalah orang asing yang tidak sengaja bertemu” Jawab Shia dengan tatapan tenangnya

CEKLEK

Kedua manusia dalam ruangan itu sontak menatap kearah pintu yang terbuka. Teresa, sang pelaku melangkah mendekat kearah keduanya dengan tangan yang memegang sebuah dokumen berisikan diagnosa pasien.

“Kalian habis bertengkar?” tanya Teresa ketika melihat pecahan kaca yang  berada di lantai

“Sedikit kekacauan kecil” ucap Shia, Teresa mengangguk, dia melangkah mendekati ranjang tempat Dante berada

“Aku harus menyuntikkan infusnya dan melakukan pemeriksaan” ucap Teresa “Apa anda merasakan sakit dibagian tertentu?” Tanya Teresa

“Kepala” jawab Dante. Teresa menanggukan kepalanya tanda mengerti. Lalu pengecekan mulai berlangsung dengan beberapa pertanyaan yang dilontarkan Teresa hingga dokter cantik itu mendapatkan sebuah kesimpulan

“Sepertinya benar amnesia” Shia sontak menoleh kearah Teresa

“Apa anda mengingat hal-hal dasar, seperti kegunaan benda ini?” tanya Teresa sambil menunjukkan pulpen yang dipegangnya.

Tatapan mata Dante berubah datar “Aku hanya lupa, bukannya menjadi bodoh” Ucapnya datar. Shia tersenyum miring, nyatanya meskipun amnesia, sikap buruk pria itu masih melekat erat.

“Apa anda ingat siapa nama anda?” Tanya Teresa lagi. Kali ini Dante terdiam sebelum akhirnya menampakan senyum samar yang hanya terlihat sekilas tanpa disadari kedua wanita itu.

“Istriku bilang namaku Dante” Ucapnya yang langsung mendapatkan pelototan Shia

“Hei! Siapa yang kau sebut istrimu sialan!!” Celetuk Shia kesal, akhirnya kata-kata indah itu keluar juga dari bibir mungilnya

“Shia..” panggil Teresa pelan

“Apa?!” Ucap Shia galak “kau kan tidak tau betapa menyebalkannya pria tua ini sebelumnya” Sambungnya

“Pria tua? Apa yang kau maksud itu aku, istriku?” Dante bertanya sedangkan Shia mengepalkan tangannya kesal. Persetan dengan hutang budinya pada pria itu.

“Ya. Namamu Dante dan usiamu 35 tahun. Selain dua hal itu aku tidak tau apapun tentangmu, jadi berhenti beranggapan aku istrimu, usia kita berbeda jauh” cecar Shia dengan tajam

“Shia.. kau akan membuatnya trauma” Ucap Teresa melerai, Shia memutar bola matanya malas. Ayolah kenapa semuanya jadi merepotkan seperti ini, terlebih dia tidak berhasil menemukan seorangpun yang mengenal Dante.

Teresa menatap Shia lalu tersenyum tipis “Setelah infusnya habis maka ia boleh pergi, dia baru saja selesai operasi kemarin jadi pastikan selama 2 minggu kedepan untuk melakukan pemeriksaan rutin dan jangan sampai jahitannya terbuka” jelas Teresa

“Bisakah dia tinggal disini saja sampai aku menemukan keluarganya?” tanya Shia. Dia tidak mengetahui satupun kenalan Dante karena tidak ada handphone atau kartu identitas apapun yang ditemukan saat pria bersamanya. Disisi lain dia merasa jika hal ini benar-benar ganjal kecuali jika Dante adalah seorang tunawisma, namun tentu saja itu tidak mungkin jika melihat penampakan pria itu.

“Tentu bisa” jawab Teresa membuat Shia tersenyum lebar namun terenggut begitu saja ketika Teresa melanjutkan ucapannya “Jika rumah sakit ini milikmu” Ucap Teresa dengan senyum lebar

“Bagaimana jika ia tinggal di rumahmu” usul Shia cepat

“Kau gila? Damien akan membunuhku jika tau aku menampung pria lain” kata Teresa membuat Shia teringat bahwa Teresa memiliki kekasih yang cukup posesif.

“Dia bisa menjadi bodyguard dirumahmu” ucap Shia dengan kekehan kecilnya.

“Jangan bercanda, dibandingkan bodyguard dia lebih cocok menjadi tuan mudanya” Ucap Teresa sambil ikut tertawa bersama Shia “Bawa saja dia ke apartemenmu” celetuk Teresa

“Tidak mau, tidak ada jaminan kalau dia bukan pria berbahaya” jawab Shia

“Alasan, lagipula dia amnesia, meskipun berbahaya dia tidak akan menyakitimu malah sebaliknya ku rasa dia akan melindungimu secara kau kan istrinya” Tawa renyah Teresa terdengar

“Teresa Tylorr!!”

“Baiklah.. baiklah aku bercanda” Ucap Teresa sambil membentuk jari menandakan peace

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status