Share

Hutang

Tetanggaku Luar Biasa

Bab 16

Sejak kejadian itu, Siska menjaga jarak denganku. Dia tidak meminta maaf atas sikapnya. Aku juga tidak. Akan tetapi, walaupun menjaga jarak, anak-anaknya, masih bermain di rumahku. Tak masalah, mereka hanya anak-anak. Tak adil kalau aku menolak kedatangan mereka hanya karena sakit hati pada ibunya.

"Kalo saya mah, ogah, Mbak. Ibunya begitu ke Mbak Ajeng, tapi Mbak Ajeng masih mau ngawasin anak-anaknya. Mana berjam-jam lagi," gerutu Leni saat dia ke rumah untuk mengambil beberapa baju untuk dijual lagi.

"Ah, saya mana tega, Len."

"Ish, Mbak Ajeng, mah. Terus soal dia mau jualin baju, jadi?"

Aku mengangguk. Ya, Siska memang mengambil beberapa baju untuk dipakai sendiri dan dijual lagi. Sampai hari ini, dia belum menyetor uangnya. Juga saat berbelanja di swalayan beberapa waktu lalu, dia juga belum mengganti uang itu.

"Mbak, kok, ngelamun?" tegur Leni.

"Oh, iya, Len, maaf. Gimana?"

"Ini, hitung dulu totalnya. Yang kemarin kurang berapa, yang sekarang tot
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status