Share

Pulang

TBE 42

Wajah pucat kesi Viana membuatku iba dan sangat menyesal telah melukai hatinya. Seharusnya semenjak akad, aku harus mengubur dalam-dalam nama Isti. Akan tetapi, semua telah terjadi, dan yang harus dilakukan sekarang adalah membantu Viana memulihkan diri.

Perempuan berhidung mancung itu masih marah padaku, karena sejak bangun beberapa belas menit lalu dia sama sekali tidak mau melihatku. Hal itu membuatku merasa kian bersalah, terutama karena mengingat pengorbanannya yang kabur dari rumah hanya karena ingin terus bersamaku.

"Vi, mau minum?" tanyaku untuk kesekian kalinya. Namun, dia bergeming. Jangankan untuk menjawab pertanyaan, menoleh pun tidak. "Kamu harus banyak minum, itu kata dokter," sambungku sembari mengangsurkan segelas air.

Viana masih bungkam dan aku sudah kehabisan kata-kata untuk memujuknya. Merasa lelah untuk terus bertanya, akhirnya aku berdiri dan meletakkan gelas ke atas lemari kecil di samping kanan ranjang. Aku baru hendak membalikkan badan ketika mendenga
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status