_Luciana_
Situasi kami berdua sangat canggung, aku tak berani melihat wajahnya saat bicara ataupun ketika kami bertegur sapa. Walaupun aku sudah bersikap biasa saja namun itu semua buyar saat dia ada di dekatku.
Aku masih bingung dengan semuanya, kuputuskan untuk memikirkannya dengan matang. Aku tak ingin menerimanya dengan setengah hati ataupun menerimanya karena rasa kasihan. Ini adalah pengalaman pertamaku dalam hal percintaan.
Sebaiknya aku segera turun dan membuat masakan. Perutku sedikit sakit namun ku abaikan karena itu tak begitu mengganggu.
Suara langkah kaki seseorang semakin lama semakin mendekat ke arahku.
“Luci?” Panggilnya padaku.
“Ya?” Aku me
Jam 5 sore, ku dengar suara ketukan pintu saat tengah asyik mengerjakan tugas kuliah. Ku buka pintu kamar dan melihat sosok Adrian yang tengah membawa nampan berisi desert.“Hei.” Sapanya padaku.“Hai…ada apa?” Ku persilahkan dirinya masuk, tak mungkin ku biarkan dia terus berdiri sambil memegang nampan yang berisi desert seperti pelayan.“Bagaimana? Apa sudah membaik? Apa ada yang bisa kubantu lagi?”Melihat dirinya yang seperti ini membuatku sedikit tersipu, “aku sudah sedikit lebih baik sekarang. Terima kasih untuk yang tadi.” kataku sambil menatapnya lembut, ”Kau bahkan juga membelikanku coklat dan obat penghilang rasa sakit tadi dan kau juga membawakanku desert sekarang. Kau seperti sedang memanjakan anak
Beberapa hari berlalu begitu saja bagiku, sementara Adrian tampaknya tengah dirasuki dewa gila kerja. Dia jarang di rumah dan selalu lembur. Aku bahkan tak pernah melihatnya pergi ataupun pulang kerja. Apa dia makan dan istirahat dengan benar? Andai saja aku tak mengajaknya…dia pasti tidak akan seperti ini.Akhirnya sabtu yang disepakati tiba. Aku mempersiapkan diriku dan berdandan sedikit. Ku kenakan dress berwarna hitam pendek dengan pundak terbuka dan tak lupa tas kecil sebagai pelengkapnya. Sedangkan make up, ku gunakan warna yang natural.Aku hanya akan makan malam di luar dengan Adrian bukan ke pesta atau acara penting yang membutuhkan gaun formal jadi kurasa ini tak masalah. Adrian sendiri dia juga mengenakan kemeja dan celana formal hitam saja untuk hari ini.Aku begitu bersemangat hari ini.
_Adrian_Aku menarik Alice keluar karena tak ingin membuat situasinya semakin buruk. Entah apa yang merasukinya sampai melakukan hal seperti ini. Situasinya di luar perkiraanku.Alice terus memberontak saat aku menariknya dengan paksa dari dalam restoran.“Kau mencampakkanku demi seorang manusia?” Dia terus meneriakkan kata-kata yang memekikkan telingaku hingga membuatku kehilangan kesabaran.“Alice! Hentikan tindakan konyol mu! Sejak awal kita berdua tak terikat dan tak memiliki hubungan apapun. Kau dan aku melakukannya karena saling membutuhkan satu sama lain.” Werewolf seperti kami sudah punya pasangan yang ditakdirkan sejak lahir. Sejak kami memasuki usia 13 sampai 15 tahun adalah usia dimana kami mulai menemukan jati diri dan dapat merasakan
_Luciana_Adrian segera menutup mulutnya penuh keterkejutan. Dia seperti menyembunyikan sesuatu lagi dariku, aku bisa tahu itu dengan jelas dari ekspresinya.Darah gelap menetes dari dagunya. Lagi…..! Kejadian itu terulang kembali. Kejadian ini persis seperti sebelumnya.Aku menatapnya penuh khawatir. Ada perasaan menusuk.“Aku-“ Adrian mencoba berbicara lagi saat menatapku. Sepertinya dia mengalami kesulitan saat melakukannya namun ada hal yang lebih membuatku terkejut.Matanya.Warna matanya berubah dari warna hazel kini semakin menguning dan menunjukkan kilatan aneh .“Apa yang terjadi? Warna manatmu b
Kakiku mau copot rasanya . Tak pernah terlintas sedikitpun di benakku akan berlari begitu cepat dalam hidupku. Ini sangat melelahkan dan aku tak bisa berbohong begitu saja tentang kondisiku. Hutan terdekat terlihat, aku melihat kondisi Alice, dia bahkan tak berkeringat sedikitpun.Aku ingin memintanya berhenti sejenak namun melihatnya mencocokan langkahnya denganku itu membuatku mengurungkan niat untuk sekedar mengeluh. Konsekuensinya tubuhku menderita akibat ulahku sendiri.Kami sampai di depan hutan, kakiku tersandung dan akhirnya jatuh terjerembab ke tanah. Itu membuat siku dan lututku terluka dan berdarah.“Oww,” Aku mencoba bangkit ketika Alice mengulurkan tangannya padaku.“Kita hampir sampai. Aku bisa mencium baunya di sekitar sini.”
Aku telah kehilangan kepercayaan…Memikirkannya membuat hatiku sakit dan air mataku semakin mengalir di pipiku. Aku sudah mencoba menahannya, pertahananku runtuh.=====================================================================“Luci!” Adrian menatapku khawatir. “Kau kenapa? apa ada yang sakit?” tanyanya. "Kenapa? kenapa kau sebaik itu padaku? Kenapa sangat peduli padaku setelah semua perlakuanku padamu?" aku akan menggendongmu. "Kita harus kerumah sakit sekarang juga.” katanya setelah melihat luka-luka yang ada di tubuhku, “Maaf karena membuatmu terluka seperti ini.”“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Adrian menghentikan aktivitasnya kemudian menatapku da
_Adrian_ Dengan sisa kekuatanku ku seret diriku ke sebuah pohon Oak besar di tengah hutan. Nafasku memburu dan tubuhku terasa mati rasa karena menghabiskan semua sisa kekuatanku untuk sampai di sini. Pohon tua ini bukanlah pohon sembarangan. Bisa dikatakan dia adalah sang raja pohon di sini. Di hutan besar seperti ini biasanya dipimpin oleh roh pohon yang disebut dryad. Dialah yang menjaga hutan dan juga sebagai penghubung ke dunia sihir. Dryad mempunyai jangka waktu hidup yang sangat lama, sekitar 900 lebih. Semakin tua dryad semakin banyak cabang yang tersebar ke segala arah dengan kulit kayunya yang tebal. Aku berjalan perlahan dan berhenti sejenak ketika dryad mulai mengidentifikasi diriku. Saat dryad mengidentifikasi bahwa aku bukanlah manusia dan juga memiliki luka mereka akan mulai memulihkanku dengan kekuatannya.
“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Aku menghentikan aktivitasku setelah mendengar pertanyaanya.=====================================================================“Mengapa aku harus membencimu?” Ku seka linangan air mata yang mengalir di pipinya, entah mengapa ada sebuah kepuasan untukku saat melakukannya. Akhirnya penantianku akan usai.“Kau pasti kecewa padaku setelah semua ini.” Luci terdiam sesaat, “aku memang gadis egois yang mementingkan diriku sendiri hingga akhirnya menyakitimu namun aku tak ingin kau membenciku.”“Mengapa kau tak ingin aku membencimu?”“Karena aku menyukaimu.” Dia akhirnya men