Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s
Minggu depan adalah ulang tahunku. Sudah dua tahun aku melewati ulang tahun sendirian di apartmentku dengan hanya ditemani lilin, bukan lilin ulang tahun tapi lilin untuk mati lampu itu. Kebayang kan. Ibuku pun entah kenapa di setiap hari ulang tahunku selalu saja ada kegiatan di luar kota dan ditambah lagi aku tidak punya kekasih hati lagi sejak saat itu, jadi, yah.. aku lewati ulang tahun sendirian, again... and again.. dan sepertinya tahun ini juga akan sama, sendirian lagi. Aku sudah mengajukan cuti untuk hari Kamis minggu depan. Kebetulan hari ulang tahunku hari Jumat, jadi aku bisa escape sebentar untuk waktu yang lumayan lama untukku. Aku menatap laptopku dalam - dalam mencari destinasi tujuan mana yang kira - kira bisa kupilih untuk menghabiskan long weekend ini, sendiri. "Singapore?" aku menggumam dan menggeleng sendiri. "Let's find another destination" aku menggumam lagi sambil menarik napas panjang sambil terus scroll layar komputerku."Dalam negeri kali yaaaa...."
Hell-O Bali! Pagi ini pesawatku landing dengan mulus di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai. Saat aku keluar dari pesawat, aroma angin laut dan aroma khas bali ini langsung tercium di hidungku.. lembab, segar dan hangat jadi satu rasanya. Aku selalu mencintai pulau yang sangat indah ini. Tetapi sejak adanya memori yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah terbayang lagi olehku kalau aku akan kuat kembali lagi ke pulau ini, sendirian. Tapi, disinilah aku. Merayakan ulang tahunku besok. Sopir yang menjemput aku di terminal kedatangan sudah mengangkat papan nama bertuliskan namaku dengan tinggi. Kadek tertulis di papan nama di dadanya. Beliau menyapaku dengan sangat sopan. "Selamat datang kembali di Bali, Ibu Lingan.....bagaimana perjalanannya dari Jakarta?" "Terima kasih Pak Kadek...baik pak, untung cerah ya....perjalanan ke Bali selalu baik pak.. bagaimana kondisi Bali sekarang pak?""Baik ibu, sudah mulai ramai.. karena ini sudah masuk high season disini" beliau k
Good morning sunshine!Happy birthday to me! Aku bangun dari tempat tidur, menggeliat seperti anak kucing dua menit, kemudian aku turun dari tempat tidur membuka tirai di kamarku lebar - lebar agar matahari di hari ulang tahunku ini bisa masuk ke dalam kamar sesuka hatinya menerangi jiwa dan ragaku. Aku menggeleng sambil tersenyum sambil berjalan ke arah pantry. Kopi pahit atau manis untuk pagi ini? Kuseduh kopi manis yang tersedia di mini bar di kamarku sambil bergumam sendirian,"mari minum kopi manis, agar harimu bertambah manis hari ini..." kemudian aku tertawa geli sendiri atas kata - kataku yang lebay kekinian.Menghirup wangi kopi sambil menatap indahnya lautan biru yang ada di depan mataku dari kamar sungguh suatu situasi yang langka untukku. Kutarik napas panjang. Aku bersyukur masih bisa punya kekuatan untuk kembali lagi ke tempat ini, pulau ini, hotel ini berdiri dengan pemandangan diluar jendela yang sama dengan waktu itu, sendirian, merayakan ulang tahunku. "Terima k
Pagi - pagi bu bos udah bawel banget. Menurutku tiap pagi itu punya keajaibannya sendiri - sendiri dan aku tidak pernah melewatkan waktuku untuk menikmati pagiku dengan secangkir kopi hangat. Sempurna rasanya untuk memulai hari kerja yang tidak pernah tidak hectic. Pagi ini aku sedang menikmati pagi yang indah dengan secangkir ngopi sambil melihat ramainya jalanan ibukota di pagi hari, tiba tiba telpon di ruanganku berbunyi kencang, "Lingan! Kesini, ke ruangan saya buruan, gak pake lama. Kalo kamu lagi ngopi, bawa sekalian aja kopinya. Buruan!" Telponnya ditutup tanpa kata thank you dan bye. Ini artinya, kalo dalam 1 menit bu bos belum mencium bau kopi yang aku bawa di ruangan dia, dia yang akan datang ke ruanganku. Oh tidak, bu bos tidak boleh masuk runganku saat ini. OB belum sampai ke ruanganku untuk membereskannya. Berkas meeting kemarin malam belum sempat aku bereskan, masih berserakan di lantai dan handuk bekas gym tadi pagi serta sepatu olahraga juga masih belu
Setelah bu bos cerita panjang lebar gimana dia dilamar romantis sama laki - laki yang baru 6 bulan kenal dengan dia itu, aku kembali ke ruanganku untuk mulai kerja lagi."Anggap saja tidak ada apa - apa.. anggap saja tidak ada apa - apa.."kata - kata ini terus ter-rewind di kepalaku. Seketika sakit kepalaku. Nampaknya trauma masa lalu belum sepenuhnya hilang.Sesampainya aku di ruangan kerjaku, aku duduk terdiam sambil menatap wallpaper gambar lautan di komputerku. Seharusnya gambar wallpaper ini bisa mengobati rasa tak tenangku, dan niatnya aku mau kerja saja siapa tahu lupa kan dengan yang terjadi tadi. Tapi sayangnya pikiranku sedang tidak ada di ruangan itu.Kring.. kring.. kaget aku saat teleponku berbunyi kencang. Terdengar suara sekretarisku di seberang telepon,"Bu, maaf mengganggu. Saya mau reminder ibu ada meeting dengan nasabah dari Singapore 15 menit lagi di ruang VIP"aku hanya bisa menjawab, "ok"kemudian aku kembali bengong lagi
Sesuai janjiku dengan Permana tadi pagi, akhirnya malam ini aku ada di salah satu Restaurant Perancis yang paling fenomenal di Jakarta. Agak jauh sebenarnya dari tempatku tinggal, tapi sekali-sekali tidak masalah kupikir. Aku sudah membayangkan akan pesan escargot yang rasanya tidak pernah failed buatku. Sopir sudah menjemputnya karena tadi aku meminta sekretarisku untuk buatkan janji dengan Permana kita ketemu di lokasi sekitar jam 7 malam. Untung aku duluan sampai jadi aku bisa mengatur posisi duduk duluan yang strategis bisa melihat ke seluruh sudut di ruangan restaurant ini. Akhirnya jam 7 tepat, permana masuk ke restaurant. Malam ini dia kelihatan tampan sekali dengan kemeja warna white off lengan panjang yang dilipat sampai ke sikunya serta celana warna khaki dan sepatu hitam. Dia sekarang, mengingatkan aku dengan beberapa saat yang lalu di Dubai. Tidak..tidak.. fokus, aku kesini untuk makan kemudian pulang dengan kenyang dan sampai di apartemen aku akan be
Keesokan harinya akhirnya aku berhasil juga menculik Sasha setelah sebelumnya dia sok sibuk dengan bilang ada meeting dadakan dengan klien. Sasha ini teman mainku dari kecil. Hubungan kita sudah seperti keluarga, sangat dekat dan sudah saling mengenal luar dan dalam. Mungkin istilahnya, kalau salah satu diantara kita adalah laki - laki pasti kita sudah nikah. Tempat makan pilihan andalan kita memang di restaurant Jepang ini. Favorit Ibu ratu alias Sasha. Kenapa dia kupanggil ibu ratu? Karena memang dia seperti layaknya ibu ratu. Apa yang dia inginkan harus dan harus ada, no matter what kecuali kalo ada gempa bumi, banjir dan bencana alam lainnya dan aku yang minta. Gak bisa bilang enggak tuh dia. "Tetumbenan amat lo ngajakin gw makan siang? Ada apaan? Naik pangkat gantiin bu bos, lo?" Aku mengaduk - aduk jus mangga di depanku sambil menggelengkan kepala sok misterius "Terus kenapa? Biasanya nih ya, kalo lo mendadak ngajakin gw makan siang di restaurant