Pagi - pagi bu bos udah bawel banget. Menurutku tiap pagi itu punya keajaibannya sendiri - sendiri dan aku tidak pernah melewatkan waktuku untuk menikmati pagiku dengan secangkir kopi hangat. Sempurna rasanya untuk memulai hari kerja yang tidak pernah tidak hectic. Pagi ini aku sedang menikmati pagi yang indah dengan secangkir ngopi sambil melihat ramainya jalanan ibukota di pagi hari, tiba tiba telpon di ruanganku berbunyi kencang, "Lingan! Kesini, ke ruangan saya buruan, gak pake lama. Kalo kamu lagi ngopi, bawa sekalian aja kopinya. Buruan!" Telponnya ditutup tanpa kata thank you dan bye. Ini artinya, kalo dalam 1 menit bu bos belum mencium bau kopi yang aku bawa di ruangan dia, dia yang akan datang ke ruanganku. Oh tidak, bu bos tidak boleh masuk runganku saat ini. OB belum sampai ke ruanganku untuk membereskannya. Berkas meeting kemarin malam belum sempat aku bereskan, masih berserakan di lantai dan handuk bekas gym tadi pagi serta sepatu olahraga juga masih belu
Setelah bu bos cerita panjang lebar gimana dia dilamar romantis sama laki - laki yang baru 6 bulan kenal dengan dia itu, aku kembali ke ruanganku untuk mulai kerja lagi."Anggap saja tidak ada apa - apa.. anggap saja tidak ada apa - apa.."kata - kata ini terus ter-rewind di kepalaku. Seketika sakit kepalaku. Nampaknya trauma masa lalu belum sepenuhnya hilang.Sesampainya aku di ruangan kerjaku, aku duduk terdiam sambil menatap wallpaper gambar lautan di komputerku. Seharusnya gambar wallpaper ini bisa mengobati rasa tak tenangku, dan niatnya aku mau kerja saja siapa tahu lupa kan dengan yang terjadi tadi. Tapi sayangnya pikiranku sedang tidak ada di ruangan itu.Kring.. kring.. kaget aku saat teleponku berbunyi kencang. Terdengar suara sekretarisku di seberang telepon,"Bu, maaf mengganggu. Saya mau reminder ibu ada meeting dengan nasabah dari Singapore 15 menit lagi di ruang VIP"aku hanya bisa menjawab, "ok"kemudian aku kembali bengong lagi
Sesuai janjiku dengan Permana tadi pagi, akhirnya malam ini aku ada di salah satu Restaurant Perancis yang paling fenomenal di Jakarta. Agak jauh sebenarnya dari tempatku tinggal, tapi sekali-sekali tidak masalah kupikir. Aku sudah membayangkan akan pesan escargot yang rasanya tidak pernah failed buatku. Sopir sudah menjemputnya karena tadi aku meminta sekretarisku untuk buatkan janji dengan Permana kita ketemu di lokasi sekitar jam 7 malam. Untung aku duluan sampai jadi aku bisa mengatur posisi duduk duluan yang strategis bisa melihat ke seluruh sudut di ruangan restaurant ini. Akhirnya jam 7 tepat, permana masuk ke restaurant. Malam ini dia kelihatan tampan sekali dengan kemeja warna white off lengan panjang yang dilipat sampai ke sikunya serta celana warna khaki dan sepatu hitam. Dia sekarang, mengingatkan aku dengan beberapa saat yang lalu di Dubai. Tidak..tidak.. fokus, aku kesini untuk makan kemudian pulang dengan kenyang dan sampai di apartemen aku akan be
Keesokan harinya akhirnya aku berhasil juga menculik Sasha setelah sebelumnya dia sok sibuk dengan bilang ada meeting dadakan dengan klien. Sasha ini teman mainku dari kecil. Hubungan kita sudah seperti keluarga, sangat dekat dan sudah saling mengenal luar dan dalam. Mungkin istilahnya, kalau salah satu diantara kita adalah laki - laki pasti kita sudah nikah. Tempat makan pilihan andalan kita memang di restaurant Jepang ini. Favorit Ibu ratu alias Sasha. Kenapa dia kupanggil ibu ratu? Karena memang dia seperti layaknya ibu ratu. Apa yang dia inginkan harus dan harus ada, no matter what kecuali kalo ada gempa bumi, banjir dan bencana alam lainnya dan aku yang minta. Gak bisa bilang enggak tuh dia. "Tetumbenan amat lo ngajakin gw makan siang? Ada apaan? Naik pangkat gantiin bu bos, lo?" Aku mengaduk - aduk jus mangga di depanku sambil menggelengkan kepala sok misterius "Terus kenapa? Biasanya nih ya, kalo lo mendadak ngajakin gw makan siang di restaurant
Semua kejadian kemarin kembali mengingatkan aku dengan cerita lalu yang kuanggap sudah punah. Sakit jiwa rasanya kalo sampe harus kuingat lagi cerita itu hanya karena bu bos dilamar. Hei Lingan! Sadar! Aku berteriak kepada pikiranku sendiri. Pagi ini aku dipanggil kembali ke ruangan bu bos. "Ada apa lagi?" Aku bertanya ke sekretarisku, "gak tau bu, tapi kelihatannya bu bos lagi happy banget" "ya iyalah happy, kan dia baru aja dilamar..." aku menarik napas panjang. Orang kurang kerjaan mana yang habis dilamar malah sedih. Aku sampai di ruangan bu bos. Dia langsung memintaku duduk di sofa toscanya kemudian tersenyun manis menatapku. "Lingan.... kamu sudah lebih dari 5 tahun kerja sama saya disini. Saya tau kamu sudah cukup mengenal saya.." mau apa lagi ni dia batinku. "Kamu mau ya jadi braidesmaid saya?" Haduuuuu, kalo jadi braidesmaid, berarti aku bakalan sibuk ngurusin pernikahan bu bos, sedangkan aku gak mau berurusan
Satu setengah bulan sudah berlalu sejak bu bos bilang dia dilamar. Hari H semakin dekat, persiapan pernikahannya sudah sekitar 85 persen. Tinggal beberapa hal kecil yang harus diselesaikan, tapi aku sudah lebih tenang karena semua on track, sesuai schedule. Hanya ada sa,tu yang mengganjal, siapa nama calon suami bu bos. Sampai hari ini nama dan sosok iyu masih dirahasiakan oleh bu bos. Sok misterus banget. Emang siapa calon suaminya? Presiden amerika? Hahahaha kutertawa dalam hati. Sekarang aku punya lebih banyak waktu untuk ngopi dan mengecek beberapa pekerjaan yang entah sudah kutinggalkan berapa lama. Kupanggil sekretarisku ke ruangan untuk minta beberapa update pekerjaan. Seperti biasa dia datang dengan membawa laptop dan beberapa berkas yang diperlukan.Tak terasa sudah waktunya makan siang. Cepat sekali rasanya hari berlalu, ternyata banyak sekali pekerjaan yang kutinggalkan. Untungnya aku punya body system yang handal."Kamu makan siang dimana?" Aku bertanya pada
Tiba - tiba telepon genggamku berdering kencang. Nada dering ini sudah lama banget tidak berbunyi. Nama dering yang tiap mau kuhapus atau kuganti selalu saja gagal karena aku sebenarnya masih gagal move on kata abg-abg jaman sekarang. Jadi mau kubuat jadi kenangan.Tapi, kenapa hari ini dia berbunyi? Nada dering ini seketika mengembalikan aku ke masa lalu. Masa dimana rasanya ingin kubanting kembali telepon genggamku. Ini yang judulnya dilema. Berdering sekali... berdering dua kali... berdering tiga kali... cukup mengganggu untuk diangkat maupun tidak diangkat. Kutarik napas panjang dan..."halo." Sedatar itu, seakan - akan kata halo ini mewakili perasaanku yang merasa sangat terganggu dengan teleponnya."Hai Lingan. Sibuk?" Suara itu...kangen sekali rasanya dengar suara itu."Ada apa?"Tidak kugubris pertanyaan basa basinya."Aku mau ke Jakarta dalam waktu dekat"entah darimana dia akan datang ke jakarta tapi jujur sejujur-jujurnya, aku tertari
Hari-hari cepat sekali rasanya berlalu. Pekerjaan yang makin menggila dengan adanya target baru dari kantor pusat di Inggris ditambah lagi dengan pernikahan bu bos yang banyak tambahan ini itu menjelang hari H. Jam kerjaku berubah, sampai kantor lebih pagi dan pulang lebih malam. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku ke salon langganan.Mama meneleponku,"Lingan, lagi di kantor?" "Iya mam, gimana?" "Enggak... nanti bisa telepon mama? Ada hal yang ini mama tanyakan.."" mmm..ok mam, nanti aku telepon ya..""ok deh.. mama tunggu ya.. dadagh...""dah mama."Aku terdiam sejenak saat telepon ditutup. Tumben mama minta ditelepon, kelihatannya kok penting sekali ya.. ada apa ya? Pikiranku kembali muter-muter kayak gasing. "Lingan... "bu bos memanggil,"iya bu..""kamu weekend ini kemana ya? Ada acara gak?"Duuhh mau apa lagi sih ibu bos satu ini? Jangan sampe dia ngajak meeting, soalnya aku udah booking perawatan di salon dan s