Awalnya hanya ada 5 anggota dari tim pendukung yang melanjutkan pelarian, tapi 3 anggota yang lain pun akhirnya mengikuti, mereka sudah tidak percaya lagi dengan kepemimpinan Odelia.
Sudah terlalu banyak anggota tim Odelia yang mati hari ini, mereka tidak ingin menjadi anggota tambahan yang mati akibat kepemimpinan buruk dari Odelia.
Odelia pasrah dengan apa yang terjadi, dia tahu kesalahan fatal saat tim mereka bertarung melawan serangan mendadak dari kalajengking raksasa sudah membuat kepercayaan tim kepada dirinya menghilang.
Jadi dia tidak ingin mencegah mereka lagi dari usaha untuk menyelamatkan diri.
Berbeda dengan rekan-rekannya yang lain, James, Lina, Angela dan Ifan tetap mengikuti petunjuk Odelia untuk tidak melanjutkan pelarian.
Mereka segera menghentikan langkah kaki sambil menatap gelisah ke arah gumpalan tanah besar yang terus bergerak semakin cepat mendekat ke arah
Odelia, Angela, James, Lina, Ifan dan Mei Li tidak sanggup melihat apa yang baru saja terjadi.Setelah melihat kemampuan Dhika, mereka pikir dia sanggup mengalihkan perhatian monster penguasa padang pasir ini.Tapi rupanya apa yang mereka pikirkan salah.Tidak puas dengan apa yang sudah dimakannya, monster itu kembali meneruskan pergerakan ke arah 6 anggota tim pendukung yang tersisa.James bersikeras ingin menolong mereka, tapi Lina segera menahannya.Lina sudah melihat sendiri bagaimana monster ini tidak bisa di sentuh sama sekali oleh kekuatan yang mereka miliki saat ini.Dalam waktu singkat, satu persatu anggota tim pendukung dimakan oleh mulut cacing raksasa itu.Teriakan demi teriakan terdengar histeris ke arah rombongan Odelia yang sampai saat ini masih tidak berani datang untuk memberikan pertolongan.Teror mo
Suasananya sangat mencekam, petir yang menyambar benar-benar tidak terkendali. Petir-petir ini memiliki kekuatan penghancur yang besar.Seandainya saja Erlang berada di sana dia pasti akan hangus terbakar.Erlang menutup kedua telinganya berupaya untuk bertahan dari suara lengkingan nyaring monster itu.“Arggghh, monster sialan, hentikan suara itu.”Erlang menunduk ke tanah, kedua gendang telinganya sekarang bahkan sudah meneteskan darah.“Hentikan suara itu sialannnn!!!”Tepat pada saat Erlang memaki untuk yang terakhir kali, suara lengkingan monster itu terhenti.Monster itu ambruk, menghentikan semua geliat juga percikan kilat yang ada di sekitar tubuhnya.Sambil menahan rasa nyeri, Erlang melihat ke arah monster cacing raksasa.Erlang tidak tahu apa yang membuat monster
“Ya itu pasti kamu, saya ingat waktu itu pun kamu masih terlihat bulat seperti ini Reno,” ucap perempuan cantik itu sambil tertawa melihat ke arah perutnya yang sedikit membuncit.Setelahnya perempuan itu langsung melihat ke arah Vivi, naga kecil menggemaskan bertubuh gempal yang sedang terbang melayang di dekat pundak Reno.“Wah apakah ini binatang peliharaan kamu?”Perempuan ini tidak henti-hentinya bertanya, dia terus saja memberikan pertanyaan-pertanyaan yang satu pun belum sempat dijawab oleh Reno.“Dia manis sekali, badannya gempal sama seperti kamu Reno.”“Hahaha,” tawa Reno canggung. “Ma-maaf tapi sepertinya kamu pasti sudah salah paham.”“Ma-maksud saya, tidak mungkin kamu mengenal saya,” jawab Reno makin terlihat kikuk saat dia melihat penampilan murid perempuan ini yang terliha
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs