All Chapters of The Twins: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
31. Seseorang Di Balik Jendela
BAB 31 “Wah, hari ini seru sekali, iya kan?” Kenzo menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. Sementara tangannya sibuk mengaduk minuman dingin miliknya. “Semuanya berjalan dengan lancar. Kita benar-benar telah membuat kenangan yang sangat indah bersama. Terimakasih semuanya.” Mereka selesai bersilaturahmi ke rumah semua guru yang mengajar mereka. Perjalanan panjang mereka tempuh. Tapi sepertinya mereka tidak lelah sama sekali. Hanya beberapa anak introvert yang terlihat kewalahan. Akan tetapi mereka tidak memiliki daya untuk memperlihatkannya. “Bagaimana menurutmu, Bel? Apakah hari ini kau bersenang-senang?” Kenzo bertanya pada Bela.  Bela mengangguk setengah hati. Dia sibuk m
Read more
32. Tidak Ingin Menderita
Tio bersiul menggoda setelah melihat Bela masuk ke dalam rumah. “Bel, baru kencan ya? Aduh, sayang sekali Mas Aru tidak ingat siapa dirimu. Kalau aku jadi dia pasti aku sudah cemburu buta melihatmu bersama lelaki lain.”Bela hanya melirik sekilas pada Elang. Bibirnya bergetar dan gatal karena ingin segera menanyakan keadaan lelaki itu. Seharian ini ia pergi di saat Elang sedang sakit. Meskipun Tio tidak meneleponnya karena ada masalah, akan tetapi tetap saja rasanya dia khawatir.Alih-alih memperhatikan Elang, Bela pun bertanya pada Tony, “Mas Tio, sudah makan? Aku akan memasak makan malam sebentar lagi. Jika Mas mau makan di sini maka tidak apa-apa.”“Aduh, bagaimana sih? Aku akan menjadi obat nyamuk di antara kalian berdua dong.” Tio menggelengkan kepala sembari mengibas tangannya di udara. Elang yang sedari tadi terdiam tiba-tiba saja menyeletuk, “Makan saja di sini. Aku akan makan di dalam kamar.”
Read more
33. Temanilah Aku!
“Sepertinya kau menjaga Bela dengan sangat baik, terimakasih. Tapi kau tidak perlu khawatir tentang Tio. Kami seperti saudara, termasuk juga Bela. Mereka terlihat bersenang-senang iya kan?” “Bukan hanya itu saja. Istrimu tadi pergi dan pulang ke sekolah diantar oleh seorang anak lelaki. Mereka menganakan pakaian santai.”“Itu pasti Randy. Dia memang dekat dengan Bela. Aku juga tau dia menyukai Bela. Kau juga tidak perlu khawatir soal itu. Randy tidak akan melakukan apa pun, dia masih muda.” “Sial!” Elang membanting ponselnya di atas kasur. Emosinya meledak tak terkendali. Dia tidak ingat kapan terakhir kalinya merasa kesal karena apa yang dia lakukan tidak berjalan dengan baik. Mungkin akhir-akhir ini dia sering mengalami perasaan hal itu. Apalagi ketika pelariannya di Lombok dikacaukan oleh Aru.“Kenapa dia tidak cemburu?” berangnya sembari memandang ketus pada layar ponselnya, di ma
Read more
33. Tuhan, Cobaan Apa Ini?
“Temanilah aku!” Elang bahkan masih menepuk sisi ranjang yang kosong, yang berada di sampingnya. Meskipun Bela belum meresponnya sama sekali tampaknya lelaki itu tidak akan menyerah dengan mudah. Dan bahkan meskipun gadis yang ada di depannya itu bingung bukan main. Ini akan menjadi sangat mengasyikkan. Anggap saja ini adalah hiburan dari sebuah penjara yang sulit untuk Elang lawan.  Di tangan Bela masih berada perkakas-perkakas makanan. Gadis itu pasti akan membawanya ke bawah dan mencucinya. Bagaimana jika nanti setelah Bela turun, gadis itu justru tidak kembali ke kamar itu? Elang kini agak cemas dibuatnya.  ‘Apa aku terlalu terburu-buru?’ pikirnya. ‘Apa aku tampak mencurigakan?’ Matanya melirik mengawasi Bela. Dari kacamata miliknya sepertinya gadis itu polos dan
Read more
35. Kepolosan Bela
“Sekarang jelaskan padaku tentang foto-foto ini.” Elang sudah mengambil langkah preventif yang sangat cemerlang. Karena buktinya saja lelaki itu sudah pura-pura membuka album foto yang tadi Bela sodorkan padanya. Dia memang belum melihat-lihat isi dari album foto itu karena merasa mual jika membukanya.Pasti isinya tentang kebahagiaan kembarannya. Gambaran memuakkan dari dunia yang dia nilai tidak adil. Akan tetapi jika dia memprotes maka orang-orang akan melemparinya dengan batu.Bela lebih antusias dari siapa pun. Kini sebuah harapan telah muncul di hatinya. Matanya yang berbinar layaknya lentera di dalam kegelapan yang mencekam. Dia akan membawa sebuah masa depan yang cerah untuknya dan untuk suaminya.“Jadi ini album foto kita bersama, Mas. Nanti ada sekat di antara album foto ini. Ayo aku jelaskan satu persatu!” Semangat Bela membara. Sesekali dia melirik pada Elang. Setiap kali dia melakukannya maka pipinya akan bersemu merah.Melihat sosok suaminya yang sangat berbeda seperti
Read more
36. Trauma Masa Lalu
“Kenapa kau bisa yakin Elang sedang kesepian?” tanya Elang pada Bela, setelah gadis itu sempat menyinggung foto masa kecil Aru dengannya. Apakah selama ini dia mudah dibaca? Padahal dengan sangat keras dia sudah menyembunyikan rasa kesepian yang merongrong di dalam jiwanya. Dia benci dikasihani, dan jangan bilang Bela sedang mengasihaninya saat ini.Sesaat yang lalu dia nyaris gagal ingin memanfaatkan Bela, karena tersentuh. Tapi sekarang justru sebaliknya.Biarlah jawaban Bela yang menjadi hakim penentu nasib gadis itu nantinya.“Dulu Mas selalu bilang semua hal tentang Mas Elang.”“Seperti apa misalnya?” Elang menjadi sangat waspada.Bela terdiam sesaat untuk mengingat-ingat ucapan Aru padanya di masa lalu tentang Elang. “Intinya Mas merasa hidup ini tidak adil.”Kepalan tinju Elang menguat. Bisa-bisanya Aru bicara seperti itu, seharusnya dia yang berkata demikian. Mengingat bagaimana perlakuan lingkungan dan bahkan ibu kandung mereka pada Elang. Lautan yang mengamuk bahkan tidak ak
Read more
37. Membiarkanmu Tinggal Malam Ini
“Tolong!” Bibir yang bergerak akan tetapi tidak mengeluarkan suara. Lumpuh menjalar di tubuh Elang. Gemetar, keringat dingin, pucat pasi.Dia melihat ayahnya mengejarnya demi memukulnya. Dia mencoba untuk lari. Dia ketakutan, sangat ketakutan. Lalu dia menemukan ibunya. Tangannya mencoba menggapai untuk meminta tolong. Akan tetapi ibunya berpaling dan pergi meninggalkannya. Ada saudara kembarnya yang berlarian, namun dia mengolok-olok lalu pergi meninggalkan Elang. Ada teman-teman yang dia miliki saat berada di Amerika. Namun mereka secara sengaja mengarak Elang untuk berada di depan ayahnya.Siapa sebenarnya mimpi buruk di dalam kehidupan Elang? Ayah? Ibu? Saudra kembar? Teman? Atau semuanya? Mereka telah meninggalkan luka mematikan di hati lelaki itu, sehingga menimbulkan penyakit yang mengenaskan.Tubuhnya ambruk di atas ranjang setelah dia beringsut seperti seorang hewan peliharaan yang ketakutan. Bibirnya bergerak lagi. Matanya basah dengan pandangan nanar. Tangannya mencoba meng
Read more
38. Bu Yasmin Ingin Berkunjung
Tubuh Bela menggeliat, seiring matanya yang mengerjab berulang kali. Dia tidak terlalu ingat ketika bangun dan membuka mata. Dia kira dia berada di dalam kamar yang ada di lantai bawah. Akan tetapi ketika mengerjab, keningnya mengernyit.Apakah semua itu hanya mimpi? Itu yang ada di dalam pikirannya.‘Jadi Mas Aru tidak kecelakaan dan tidak mengalami amnesia. Jadi mereka masih bisa tidur satu ranjang seperti biasanya.’ Perasaan yang sangat baik, bahkan lebih baik dari yang dia kira. Tubuhnya berguling satu sisi, mengamati sisi di sampingnya kosong dengan selimut yang agak berantakan.“Mas Aru pasti sudah bangun terlebih dahulu.” Saat matanya mengarah pada meja, pada tempat di mana buku-buku miliknya seharusnya berada, kekecewaan menjalar tiba-tiba. Buku-buku di sana tidak ada, tentu saja. Itu berarti semua itu memang bukan mimpi.Oh, dia baru saja ingat sekarang. Tadi malam dia memang harus datang ke kamar itu untuk menenangkan Elang. Lalu sepertinya dia tertidur begitu saja.“Benar,”
Read more
39. Pipi Yang Menempel
“Bela berkata Aru masih belum bisa dikunjungi,” kata Bu Yasmin pada Pak Anshori setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Bela. Saat ini mereka berada di rumah mereka, baru saja selesai sarapan dan ingin pergi ke kebun bunga yang dikelola oleh wanita itu.Sementara Pak Anshori juga harus pergi ke tambak untuk memeriksa kondisi di sana. Akhir-akhir ini banyak udang yang mati.“Apa alasannya?” tanya lelaki paruh baya itu.“Bela bilang Aru harus pergi check up hari ini. Dia juga bilang bahwa Aru akan dia ajak jalan-jalan agar segera pulih ingatannya,” kata Bu Yasmin. “Bukankah ini agak aneh, Pak?”“Aku tau kekhawatiranmu, Bu. Tapi biarkanlah saja dulu. Jika mereka terus menghindar saat kita ingin berkunjung barulah kita bisa mengambil tindakan.” Pak Anshori menarik napas panjang setelah mengamati ekspresi istrinya. Dia cukup paham apa yang dikhawatirkan oleh istrinya. Tapi bukankah dia sudah bilang bahwa tidak ada yang perlu dipikirkan berlebihan?Lagi pula jika Aru adalah Elang memangn
Read more
40. Hanya Untukku
Mata mereka bertemu, keju dan salju seolah meleleh mengelilingi mereka. Waktu seperti berhenti, detak jantung yang melambat karena kesadaran yang sempat hilang. Bibit cinta yang bersemi dari kuncup paling dasar, menjawil hati mereka secara pelan-pelan. Sampai kemudian lelehan itu memenuhi seluruh tubuh dengan nuansa hangat.Elang yang pertama kali sadar. Dia lantas memalingkan wajahnya sembari menarik tubuhnya mundur. Sementara Bela terlihat tidak terlalu naïf. Bagaimana pun dia sudah merasa menikah dengan lelaki yang ada di depannya itu. Jadi untuk apa malu-malu?Sebagai gantinya gadis itu justru sibuk memeriksa perban di tubuh Elang, khawatir jika terjadi sobekan yang baru. “Ayo kita periksakan saja ke rumah sakit, sekalian perbannya diganti dengan lebih baik.”Tapi Elang menolaknya. Wajahnya dibuat seolah dia tidak peduli, seolah dia lelaki paling dingin yang tidak pernah merasa gugup dan salah tingkah. Selama ini dia sukses melakukannya tanpa perlu berpura-pura. Tapi sekarang, sia
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status