Semua Bab Fall in For the Genius : Bab 31 - Bab 40
63 Bab
Bagian 30 || Came From Past||
Mr.Tanaka mengusap dagu nya yang mulai ditumbuhi dengan rambut-rambut halus yang mulai memutih. Ia meneguk kopi yang berada di atas meja nya, menatap selembar surat yang lagi-lagi diberikan oleh sosok di depan nya. Pria tua itu menatap ketiga murid yang menurut nya adalah murid pentolan dari sekolah ini, dengan tatapan bertanya. "Ada apa lagi ini?" seru nya setelah membaca surat itu lagi. "Kami akan ijin seperti keterangan yang sudah ada di surat itu pak!" jawab Logan santai "Tidak bisa, kalian sudah izin selama 2 hari dan masih ingin meminta ijin lagi? Sekolah kita terpilih untuk olimpiade ajang Nasional, kalian sebagai kandidat yang saya rekomendasikan. Dan, olimpiade nya nanti!" Alice, Logan dan Xander saling menatap, mengerutkan kening mereka masing-masing "Aku rasa kami bisa menolak nya Sir, ini memang keadaan yang sedang genting. Kami harus pergi!" seru Alice "Mengapa kalian bertiga harus pergi bersama-sama? Tidakkah urusan k
Baca selengkapnya
Bagian 31 ||The Light||
Xander sudah kembali dan menghampiri teman-teman nya yang berada di area kantin aula besar itu. Olimpiade diadakan di salah-satu sekolah elit yang begitu bergengsi. Bahkan, semua sistem nya sudah secara Internasional. Alice yang tidak sengaja menatap Xander yang berjalan ke luar dari aula langsung melambaikan tangan-nya "Xander, disini!" Gordo langsung memalingkan wajah nya, dan seketika itu juga ia berdecak tidak suka. Terlebih saat menatap Alice membalas senyum Xander yang berjalan ke arah mereka. Semakin membakar amarah di dalam hati Gordo. "Ini, aku sudah memesan untuk mu!" seru Logan saat Xander sudah duduk di sebelah Alice yang menyambut lelaki itu dengan senyum nya. Logan lalu sadar bahwa Gordo yang duduk tepat di depan Alice sepertinya sedang mengeluarkan aura yang tidak sedap. Api-api kecemburuan yang tidak biasa. "Kalian sudah makan?" seru Xander sambil menatap Alice dan Logan, beserta Karin yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Dan se
Baca selengkapnya
Bagian 32 || Perjalanan menuju Sebastian
"Sudah siap? Bawa barang seperlunya saja!" guman Xander Alice selesai, ia membawa tas ransel nya. Sama dengan Xander yang juga hanya membawa tas ransel berisi barang-barang yang akan mereka pakai di perjalanan nantinya. Xander menutup buku nya, ia menatap Alice yang sudah berada di depan nya "Kenapa kalian lama sekali?Dan, dimana Logan?" seru Xander sambil bangkit dari duduk nya "ak...aku datang, aku datang!" Xander dan Alice menatap Logan yang datang sambil membawa tas dan koper. Xander menatap Alice "Itu barang mu?" "Tidak, aku hanya membawa ransel ini saja. Dan, aku sudah lama siap hanya saja Logan yang meminta ku untuk membantu nya packing!" Tristan yang baru saja turun dari lantai dua dengan ranselnya menatap Logan yang membawa sebuah koper besar. "Itu apa? Mengapa kau membawa barang begitu banyak?" Logan menatap satu-persatu orang yang ada di depan nya. Ia menatap Xander yang hanya membawa ransel pun
Baca selengkapnya
Bagian 33 || Pundi-Pundi Bagian 1 ||
Mobil yang sedang di kendarai oleh Logan berhenti di pengisian bensin, Xander yang masih tertidur mulai mengerjapkan matanya saat ada yang meniup-niup wajah nya dengan jahil. Ia membuka matanya dan terkejut saat Logan yang berada di depan wajah nya, dengan seringai yang menyebalkan. Ia menatap ke arah sebelah nya, Alice sudah tak lagi berada di samping nya. "Alice lagi keluar!" seru Logan saat tau apa yang sedang dicari oleh Xander "Dimana dia?" ujar Xander "Tadi dia berada di sana!" tunjuk Logan sambil menunjuk ke arah pepohonan yang cukup rindang "Tapi, aku tidak melihat nya lagi di sana!" sambung Logan menutup selang pengisian bensin nya dan membayar biaya bensin yang ia pakai. "Tangkap!" Logan langsung menangkap sesuatu yang dilempar oleh Tristan, ia menatap botol soda beralkohol yang sekarang sudah berada di tangan nya "Yak, aku tidak tau kau juga pecinta soda ini. Alice tidak bisa melihat ini. Bisa-bisa kita dima
Baca selengkapnya
Bagian 34 || Misi yang malah menjadi duta shampoo ||
Xander segera berbalik dan menghindar dari anak panah yang hampir menusuk punggung nya. Alice manatap sosok lelaki yang mengepung Xander "Lari dari sini Xander, kau bisa bahaya!" teriak Alice Xander menatap Alice, "Aku kesini karena mu, tidak mungkin semua usaha ku berakhir sia-sia seperti ini. Jika aku tidak bisa membawa mu keluar dari sini, lebih baik aku juga menjadi tawanan di sini!" seru Xander "Dasar keras kepala, dimana Logan dan Tristan?" kesal Alice mengingat bahwa kedua lelaki itu tidak menunjukkan batang hidung nya. Alice sesekali meraba rambut nya dan menghela nafas-nya. Rambut nya masih panjang dan wangi.  "Logan tidak bersama ku karena Tristan memanggilnya tadi, sekarang aku tidak tahu dimana mereka!" ujar Xander yang merasa aneh ketika Alice masih mencium aroma rambut nya sendiri. "shit...  dengar Xander, aku punya sebuah ide!" guman Alice Setelah mendengar rencana dari Alice, Xander langsung b
Baca selengkapnya
Bagian 35 ||Kembali dalam perjalanan||
Kali ini giliran Alice yang mengemudi kan mobil mereka, Xander duduk di depan sambil sesekali melirik ke belakang. Logan dan Tristan masih asik tertidur, ia memang tidur beberapa menit yang lalu. Namun ia tidak tega melihat Alice yang tidak memiliki teman bicara. "Apa badanmu masih sakit?" Alice menatap Xander, "Hanya lutut ku saja, lebih nya tidak. Tapi aku ingin mengatakan sesuatu!" "Apa?" "Dengar, sebenarnya sebelum kejadian itu. Aku sudah memimpikan bahwa akan ada sesuatu ketika kita melewati wilayah 'The Forest' ini. Sebenarnya, di dalam mimpi ku. Kupu-kupu itu adalah pelindung di wilayah mereka, jika pemimpin mereka tidak didatangi oleh kupu-kupu itu. Kemungkinan besar umur-Nya tidak akan lama""Jadi, kau sudah tau lebih dulu mengenai hal ini?" "Tidak semua nya, tapi sebagian besar aku sudah memimpikan nya!" seru Alice "Benar-benar mencurigakan. Tapi mengapa kau tidak memberitahukan kepada ku
Baca selengkapnya
Bagian 36 || Rumah Dengan sayap Malaikat||
"Mereka berhasil selamat dari ruang ilusi pemuda itu 'My Lord'!" Lelaki yang masih memandangi tabung besar itu menatap Damian, ia menarik nafas nya dalam lalu berbalik. Menatap tangan kanan nya yang selalu setia pada-Nya "Siapa pemuda itu Damian? Dia memiliki aura yang sedikit terasa 'familiar' juga untuk ku!" ujar Ken,berjalan menuju rak buku nya. Setelah ia kembali lagi ke bumi, ia langsung mendapat kabar tidak enak di dengar dari Damian. "Hamba sedang mencari tahu nya my Lord, tapi Alice baik-baik saja beserta ketiga lelaki yang bersama nya!" "Awasi mereka terus, jangan biarkan mereka terluka" "Lord, tapi aku rasa ada sesuatu yang istimewa dari Alice. Kupu-kupu dari leluhur 'kaum Pemburu' itu menunjukkan diri pada Alice. Dan sampai sekarang, leluhur mereka sedang mengikuti Alice. Hamba juga sedang menyelidiki masalah itu, meskipun sedikit sulit karena para tetua dari kaum itu sulit sekali untuk memberikan informasi!" 
Baca selengkapnya
Bagian 37 || Hal yang sama namun tidak sama||
Tristan menatap mereka semua dengan datar, "Kita masih bisa keluar. Jangan mengunci apa yang kalian bisa lakukan hanya karena imajinasi kalian semata!" seru nya berjalan melewati Alice, Xander dan Logan. Tangan Tristan terangkat untuk membuka, Klik, Tristan membuka kembali. Namun pintu yang tadi mereka masuki tidak bisa terbuka membuat Xander yang menatap gerakan Tristan mendekati pemuda itu. "Kenapa?" seru Xander "Pintu nya tidak bisa terbuka, apa ini kebetulan saja atau memang mimpi kalian itu adalah sebuah fakta?" ujar Tristan sambil membalikkan badanya. Ia meneguk saliva nya kasar, berharap bahwa ia tidak sedang berada di dalam imajinasi yang sedang diciptakan oleh ketiga orang yang sedang bersamanya. Plakk-- "Ahhhh!" teriak Tristan mengaduh saat merasakan kepala nya di hantam sesuatu yang keras. Ia menatap sebuah batang kayu yang berada di tangan Alice yang sudah berada di sebelah nya, entah sejak kapan. "Apa yang kau lakukan?
Baca selengkapnya
Bagian 38 ||Hutan Siren||
Awan hitam tiba-tiba mengepung, sebuah kaki mulai terlihat mendekat. Sosok itu terlihat sempurna saat awan hitam itu sudah hilang dibawa oleh angin yang berhembus dari arah yang berlawanan. Sossok itu menatap sekeliling, hutan pinus- tempat yang menyimpan segudang mistis-di sana lah sekarang ia berada. Tatapan nya lalu tertuju pada patung yang tepat berada di depan nya. Menatap patung itu lekat, "Bangunlah!" ujar-Nya.Patung malaikat yang tadi berdiri dengan kaku mulai bergerak, dengan perlahan patung itu mulai retak dan brukkk--terdengar bunyi hancur dari bebatuan yang menyusun patung itu. Sayap itu terbentang dengan lebar. Menandakan bahwa patung itu tidak lagi terperangkap dalam sesuatu yang mengikatnya selama ini. Sosok itu langsung menunduk di hadapan sosok lelaki paruh baya itu. Menunduk hormat tidak berani menatap sosok itu. "My Lord" serunya.Menunjukkan rasa hormat yang mendalam.  "Apa mereka baik-baik saja?" seru Ken "Merek
Baca selengkapnya
Bagian 39 || Hutan Siren & Sebastian ||
Xander mengemudikan mobil nya, matahari sudah bangkit dari tidurnya dan menunjukkan diri pada mereka. Mereka semua masih terjaga, karena Tristan berkata bahwa tujuan mereka sudah dekat. Hutan Siren sedikit berbeda dari hutan-hutan yang mereka lalui dan terasa lebih mistis dari biasanya. "Apa kau masih memakai kalung mu?". Alice menatap Tristan yang sepertinya sedang berbicara padanya. "Ya, aku masih memakainya!" serunya menunjuk kalung hitam berwarna hitam itu yang masih melekat di leher nya. "Bagaimana dengan mu?" seru Xander melirik Logan yang duduk di depan bersamanya. "Aku masih memakai gelang nya!" tunjuk Logan sambil mengangkat pergelangan tangan nya "Baguslah, jangan melepaskan gelang itu. Terlebih kita akan memasuki hutan siren!" Tristan yang tadi memejamkan matanya sedikit melirik kalung Alice yang berada di sebelahnya, "Apa kau memberi mereka kalung itu dengan izin Sir.Erick?" guman nya sambil me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status