Lahat ng Kabanata ng Mutualism Marriage: Kabanata 31 - Kabanata 40
45 Kabanata
31. Sandra Hamil
Adriel pergi dari rumah Alena. Di perjalanan dia mulai menganalisa apa yang sudah dan sedang terjadi. Barulah, ia mengingat-ingat kejadian pada saat Alena menolaknya malam itu. Dia memacu mobil dengan kecepatan tinggi, meski tak tahu harus ke mana. Apa yang menimpanya bertubi-tubi mendadak merobohkan keangkuhannya.Akhirnya, Adriel memutuskan untuk ke club. Berharap di dalamnya dia dapat mengurangi beban pikiran yang menimpa dalam waktu bersamaan. Minuman menjadi pelarian, tapi tidak dengan wanita. Itu bukan kebiasaan Adriel sejak bersama Alena.Baru beberapa teguk yang dicicipinya, ponselnya berdering. Adriel yang berencana tak ingin mengangkat, terkejut melihat yang tertera di layar ponselnya.Rumah, gumamnya merasa aneh.Jarang sekali dia mendapat panggilan dari rumah. Kalau pun pernah, itu karena kedatangan kakek dan neneknya. Pelayannya dengan cepat akan memberi kabar jika dia tidak sedang berada di rumah.Juan melirik jam di tangannya. Sudah hampir tengah malam.
Magbasa pa
32. Kelicikan Denis
Setelah mendapat kabar dari Alena mengenai keputusan Adriel yang akan menceraikan Sandra, Denis langsung bergerak cepat menemui Dewanda. Bayangan harta warisan yang akan jatuh ke tangannya, sudah  berada di depan mata."Ada apa?" tanya Dewanda dingin. Dia tahu, Denis tidak akan menemuinya jika tidak ada keperluan.Hubungan keduanya memang tidak dekat, apalagi sejak Dewanda mengetahui kecurangan yang dilakukan Melisa, nenek Denis. Sulit baginya mencintai Denis dengan sepenuh hati. Sementara, Denis sejak kecil telah ditanamkan padanya ketidakadilan Dewanda terhadap nenek, ayah dan dirinya sendiri."Ada yang ingin kusampaikan, ini mengenai Adriel."Dewanda menatap Denis penuh kecurigaan. Dia tahu mereka berdua tidak pernah akur sejak dulu. Tanpa mereka akui, jelas ada persaingan di antara keduanya."Ada apa dengan Adriel?"Denis memperbaiki posisi duduknya, dia tahu mata Dewanda tak lepas menyelidikinya. Sekali deheman mengawali perkataannya."Aku tahu, Kakek
Magbasa pa
33. Akibat Foto dan Rekaman
"Maaf, Kek, aku belum bisa menceritakannya. Aku janji akan memberi tahu pada Kakek jika semua telah terbukti.""Tapi, apa?" Dewanda tak bisa menahan rasa penasarannya. Dia semakin kesal karena Adriel tidak mau memberitahu yang sebenarnya."Sekali lagi, aku minta maaf, Kek."Tak ingin berlama-lama berdebat dengan kakeknya, Adriel segera berpamitan. Perdebatan yang mereka lakukan akan semakin memperburuk keadaan. Sekarang, yang penting bagi Adriel, Dewanda masih mempercayainya dan berpihak padanya. *** Adriel tidak memberitahu kakeknya perihal kepergian Sandra. Gawat jika Dewanda menemukannya, mereka akan tahu kehamilan Sandra. Adriel mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan anak buahnya agar segera menemukan Sandra.Sementara itu, Sandra pergi dari kosnya agar tidak dapat ditemukan. Diceraikan oleh Adriel akan membuat dia dan keluarganya menjadi bulan-bulanan Sartika dan keluarga lainnya. Sudah cukup selama ini mereka terhina."Sandra tidak masuk?" tanya
Magbasa pa
34. Mencari Keberadaan Adriana
"Apa yang sudah kamu lakukan?" Alena benar-benar murka pada Denis setelah mendengar semua yang dilakukannya dari Melati."Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar?" jawab Denis dengan dingin. Dia tahu apa yang sedang dibicarakan wanita itu."Benar? Menurutmu ini benar?" Alena menekankan pertanyaannya dengan berteriak di depan wajah Denis.Pria itu hanya menatap wanita di hadapannya dengan santai tanpa rasa bersalah sedikit pun. Satu sudut bibirnya ditarik ke atas dengan tatapan mengejek."Kamu tahu, ini akan membuatku semakin dibenci oleh mereka." Suara Alena tak bisa lagi merendah, kemarahannya sudah di ubun-ubun."Oo ... itu baik bagimu, bukan baik bagiku." Tatapan Denis meremehkan."Ini juga baik buat kita! Rencana kita berantakan jadinya gara-gara ulahmu. Nanti saat aku akan kembali padamu, mereka juga akan tetap tidak setuju." "O ya, benarkah kamu akan kembali padaku setelah berhasil mendapatkan Adriel?" Denis memajukan wajahnya, menatap Alena leb
Magbasa pa
35. Siapa Sandra
"Sayang, akhir-akhir ini kamu sangat sibuk sekali. Kamu pasti banyak pikiran." Setelah dicampakkan begitu saja oleh Denis, Alena putuskan untuk kembali pada Adriel. Dia memang terombang-ambing antara dua pria itu.Adriel tidak menjawab, dia hanya memperhatikan wanita itu melenggak ke arahnya dari balik alisnya. Pergulatan antara Alena dan Denis malam itu terlintas di benaknya dan membuatnya jijik. Tak menyangka ternyata wanita itu hanya mengejar hartanya."Bagaimana istrimu, apakah dia sudah hamil?" tanya Alena seperti tidak pernah mendengar keputusan Adriel sebelumnya."Kami akan bercerai!" jawabnya tegas. Dia tahu tujuan wanita itu hanya untuk menggoyahkan keputusannya. Kali ini, Adriel tidak akan bisa ditawar lagi karena menyangkut Adriana."Aku rasa kamu hanya lelah. Mari beristirahat denganku." Jemari Alena menari-nari di sekitar telinganya. Dia berbisik sambil melepas napas, menimbulkan sensasi geli di telinga laki-laki yang selama ini selalu mengiginkannya."To
Magbasa pa
36. Sandra di Tempat Aman
"Biar aku saja yang tanyakan pada Sandra," janji Adriel agar mereka tidak lagi mendesaknya."Baiklah, kami tunggu kabar darimu." Beruntung, Dewanda menyetujuinyaa."Bagaimana hubungan kalian?" Adriel kembali tegang mendengar pertanyaan Melati.Dia menelan ludah sebelum mulai bicara. "Kami memang tidak memiliki hubungan apa-apa, Nek." Dia menekur, tak berani menatap mereka yang mungkin saja akan mengetahui kebohongannya."Jadi benar kata Alena. Kamu menikahinya hanya untuk memenuhi persyaratan ahli waris?" Melati menggeleng, tak percaya apa yang sudah dilakukan cucu kesayangannya."Maaf, Nek." Adriel tak berani menantang kemarahan di wajah keduanya.Sejak kecil, dia dididik untuk bersikap baik dan menjaga perasaan orang lain. Mereka sangat kecewa ketika mengetahui Adriel telah mempermainkan sebuah pernikahan demi kentingan pribadi."Aku berharap semua baik-baik saja, tak seperti yang kutakutkan." Melati berlalu setelah mengatakannya. Kekecewaan sangat jelas di wa
Magbasa pa
37. Fakta Tentang Sandra
Bu Ani sedang tidak dalam keadaan sehat. Sejak pertemuannya dengan Dewanda dan Melati, kondisinya menurun. Beruntung tidak sampai dirawat kembali, cukup istirahat di rumah.Saat Adriel ke rumahnya, menantunya yang selalu ada mendampingi, memperingatkan. Adriel berjanji hanya membicarakan soal panti asuhan agar mendapatkan izin.Benar saja, saat Ani keluar dari kamarnya, Adriel dapat melihat kelelahan di wajahnya. Tapi, dia tampak sedikit bersemangat ketika mendengar siapa yang datang."Apa Ibu kuat?" tanya Adriel tulus karena melihat kondisinya."Tidak apa-apa, saya hanya kecapean. Namanya juga sudah tua." Ani memaksa senyum di wajah keriputnya."Saya hanya memberitahu bahwa saya sudah selesai dengan data-data itu. Ternyata tidak semudah itu menemukan mereka kembali." Adriel tampak murung dengan kalimat terakhirnya."Maaf telah merepotkan," sesal Ani."Tidak apa." Adriel meresponnya dengan senyuman."O ya, ada yang ingin saya tanyakan perihal Sandra." Adriel
Magbasa pa
38. Kembali ke Rumah
Sandra sudah berada di dalam mobil bersama Adriel. Membahas mengenai hubungan mereka akan semakin membuatnya lelah hati. Akhirnya, dia memilih untuk diam dan menunggu apapun keputusan laki-laki yang sedang sibuk dengan kemudi di sampingnya.Mereka sampai di rumah Adriel. Ibu Tuti sudah menunggu, berlari mendapati Sandra untuk membantunya turun dari mobil."Dokternya sudah dihubungi?" tanya Adriel pada wanita paruh baya itu."Sudah, Tuan. Sebentar lagi dia akan sampai," jawab Tuti punuh hormat.Tidak lama kemudian, dokter yang dimaksud juga datang. Sandra sudah dibawa ke kamar Adriel."Kenapa di sini?" tanya Sandra pada Bi Tuti."Tuan yang menyuruh, Nyonya."Sandra mengernyitkan dahinya, tidak mengerti pada perubahan sikap Adriel. Bukankah dia berencana akan menceraikannya, lalu mengapa harus berlaku seperti ini."Apa jangan-jangan dia mengubah keputusannya kembali? Dasar plin plan. Dia mau aku melahirkan anak ini untuknya. Cuih, dasar laki-laki egois." Sandra
Magbasa pa
39. Keanehan Adriel
Sandra memaksa matanya untuk terbuka meski terasa sangat berat. Hampir pagi baru dia berhasil terlelap setelah lelah dengan segala pikirannya.Dia merasa ada aktivitas di dalam kamar. Terbiasa sendiri di dalam kamar, membuat dia merasa risih jika ada orang lain.Adriel sudah berpakaian lengkap, bersiap ke kantor. Tidak dapat dipungkirinya, laki-laki itu sangat tampan dan mampu mendominasi hati setiap wanita yang berada di dekatnya. Seperti Sandra saat ini yang berada sekamar dengannya.Aroma parumnya menyeruak di hidung Sandra. Wangi, tapi entah mengapa Sandra merasa mual. Dia langsung menutup mulutnya."Mual lagi?" Adriel menghampirinya.Sandra menahan dengan telapak tangannya, memberi isyarat agar Adriel menjauh. Kedua alis laki-laki itu terangkat, membentuk beberapa lipatan vertikal di dahinya."Aroma parfummu," ucap Sandra dengan mulut tertutup.Adriel mencium kedua pundaknya sendiri bergantian, memastikan aromanya yang sebenarnya sangat wangi."Ada beber
Magbasa pa
40. Cemburu
Adriel mendongak sebentar, lalu kembali menatap meja. Wajahnya datar, tak ada ekspresi kaget kedatangan mantan kekasih.Ya, mantan. Sejak dia melihat langsung, kekasihnya itu berada dalam kamar bersama Denis, dia sudah tak menganggapnya kekasih lagi. Rasa yang selalu bergejolak setiap kali bertemu Alena, mendadak sirna, bagaikan goresan pasir terhapus ombak."Aku gak masalah, kamu kembali padanya untuk sementara waktu. Semua demi masa depan kita, kan? Tapi, gak gini juga, Sayang. Masa kamu mau makan di tempat seperti ini." Suara Alena terlalu nyaring, tak menyadari sepasang telinga milik penjual nasi goreng itu ikut mendengarnya. Wajahnya mengguratkan ketidaksenangan atas ucapan Alena."Kalau sudah selesai makan, kita langsung balik, ya," pinta Adriel pada Sandra. Wajahnya yang tenang berubah kusam.Alih-alih menjawab dan menanggapi Alena, dia malah menarik tangan Sandra yang tidak jadi menghabiskan nasi gorengnya. Seleranya menguap akibat kedatangan Alena.Sandra men
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status