Semua Bab Devil (Indonesia): Bab 131 - Bab 140
146 Bab
130. Nona Napoli
Aku, Lidya dan Devanna menghabiskan waktu kami di rumah berbentuk jamur itu dan membuat berbagai macam kue dan roti. Devanna memang sangat ahli dalam membuat kue-dan roti. Apakah kami lupa dengan masalah kami? Tidak. Sama sekali tidak, tapi setidaknya kami bisa menghabiskan waktu kami melakukan sesuatu hal. Mungkin satu-satunya yang membuat perhatian kami teralih dari tragedy yang terjadi di pack adalah berbagai macam mahluk aneh dan lucu yang muncul di dalam dapur. Aku kembali bertemu Nona Napoli, ia secara langsung me-request muffin bertabur almond favoritenya yang langsung disanggupi oleh Devanna.Kami membuat pesanan Nona Napoli dengan arahan dari Devanna, sementara angsa itu menonton sambil bernbyanyi plus menari di depan kami. Aku dan Lidya…jujur saja sangat terhibur. Tidak sampai satu jam, Devanna mengeluarkan sepuluh cup muffin bertabur almond dengan isian vanilla dan keju. Sang angsa girang dan berterima kasih kepada kami.“Oh ya. Nona Nadj
Baca selengkapnya
131. Long Face?
Tiga hari kami menunggu di rumah sementara Devanna, akhirnya Tidus datang dengan wajah tegang di depan kamar Devanna. Aku merasakan ada sesuatu yang salah. Bukankah seharusnya ia tersenyum?“Ty. Ada apa?” Tanyaku begitu menyadari ada sang beta menuggu di depan pintu kamar. Sementara Lidya sudah luar biasa memerah wajahnya, walau mereka hanya saling memandang dalam beberapa menit saja.“Kalian sudah bisa pulang ke pack.” Ucapnya, masih dengan wajah suram. Rasanya aku ingin sekali menggoyang kepalanya agar ia sedikit tersenyum. Raut wajahnya yang sepeti itu justru membuatku enggan datang ke pack, aku taku ada sesuatu hal buruk yang terjadi.“Ya. Tapi whats with the long face?” Tanyaku lagi. Tidus tak menjawab, ia berbalik dan berjalan menuju ke pintu keluar.“Aku menunggu di luar.” Ucapnya saat sudah di dekat pintu keluar.
Baca selengkapnya
132. Tragedi Pasta
Kami sudah melihat secara langsung keadaan Charlie, ia sudah sadar dan masih harus berbaring di atas kasur. Ia bilang kalau kakinya butuh waktu untuk penyembuhan. Devanna duduk di samping ranjangnya dan memegang tangan Charlie dengan sebuah senyuman lebar. Aku melirik ke Lidya, ia masih dengan wajah murungnya saat itu, tak ada Ty di dalam kamar Charlie, Xander bilang ada yang harus dilakukan oleh sang beta. Ah…kasihan sekali Lidya. Akhirnya aku dan Xander mengantarkannya ke kamarnya untuk istirahat.“Ada apa sebenarnya?” Desakku kepada Xander, kami berdua sudah sampai di kamar kami.“Tak ada ciuman kerinduan…atau make-up sex?” Tanyanya tersenyum menggoda.Aku melempar sebuah bantal dan dengan sukses mengenai kepalanya. “Aku serius! Dan aku masih marah denganmu!”“Whoa…really? Jadi aku harus jelaskan dari mana?” Tanyanya, ia duduk di depanku di atas ranjang kam
Baca selengkapnya
133. Menerobos Masuk
Aku berjalan cepat menuju kamar sahabatku. Pagi sekali, Xander memberitahuku bahwa ia mendapat kabar dari Charlie… Lidya akan pulang dengan penerbangan jam delapan malam hari ini. Kenapa ia tak bilang kepadaku? Aku kesal! Aku akan bertanya langsung kepadanya. Lalu bagaimana dengan Ty?   Aku mengetuk dengan tak sabaran, saat ini sudah cukup siang, jadi tak adal alasan ia masih tidurkan? Saat ini jam sepuluh pagi. Aku masih mengetuk pintu kamar yang digunakan Lidya.  Semenit menunggu, pintu dibuka oleh sosok Lidya yang tersenyum dengan rambut yang basah. What?  Tanpa basa- basi aku langsung menerobos masuk dan duduk di atas kasurnya.“Kau harus menjelaskan semuanya!” Ucapku tegas kepadanya. Lidya tersenyum lebar, ia menutup pintu dan duduk persis di depanku. “Kau mau penjelasan tentang apa?”“Semuanya! Aku mendapat kabar, kau akan pulang jam delap
Baca selengkapnya
134. Terbakar Amarah
Aku berjalan dengan mantap menuruni tangga, kali ini aku sudah ditemani Jemima serigalaku, aku takkan membiarkan perempuan itu seenaknya menjajah hidupku dengan Xander! Apa aku berlebihan? Ya…tapi aku tak peduli! Aku akan buat perhitungan dengannya. ‘Jem..kau harus siap! Mengerti?’ Perintahku kepada serigala sassy di dalam kepalaku. ‘Aye…aye. Selalu siap. Kenapa tak sejak dulu kau berani seperti ini! Kalau saja sejak dulu kau adalah perempuan yang tegas…tak kan ada perempuan yang berani denganmu!’ Omelnya. Apa aku sudah bilang kalau ia pengatur? ‘Dulu aku manusia biasa Jem! Bahkan dengan manusia biasa saja aku kalah saing, apa lagi dengan manusia serigala?!’ ‘Nope…itu trait bawaanmu…kau sejak awal memang terlalu lemah.’ ‘Whatever. Kau tahu ia ada dimana sekarang?’ Ta
Baca selengkapnya
135. Masuk Kuliah
Hari pertama kuliahku...terasa sangat luar biasa....aneh. Aku merasa sangat aneh...karena aku tergoda oleh kehadiran Andrew. Aku membayangkan semua hal erotis tentangnya di kelas tadi.  "Tidus! Kenapa kau ada di sini?!" Teriakku sedikit meninggi, aku masih belum pulih dari shock kehadiran mate-ku yang tiba-tiba muncul di dalam mobilku di hari pertama aku kuliah, dan yang paling parah....setelah aku lusting dengan Andrew. Rasa bersalahku semakin memuncak. Kenapa bisa aku memikirkan pria lain kalau aku sudah punya seorang partner hidup? Entahlah aku bingung menyebutnya. Terbesit semua pikiran liarku tadi di kelas ...yang membayangkan Andrew dengan semua kegilaan yang kami perbuat.Pria di depanku tersenyum kecil, "kenapa kau sangat kaget?" Ucapnya dengan nada santai.Aku sendiri tak paham. Kalau berdasarkan penjelasan Nadja, seorang soulmate...tingkat perselingkuhannya dengan orang lain..s
Baca selengkapnya
136. Semua Mati Terbunuh!
Aku sudah sangat terlambat untuk kuliah, aku baru sampai di apartemen Xander di hari ketiga setelah perkuliahan dimulai untuk semester baru. Aku masih unpacking dan Xander mengganti kartu simnya dengan kartu yang bisa beroperasi di kota ini. Ia sudah berjanji kepadaku, takkan menjadi orang yang keras kepala…dan memberikan kebebasan kepadaku, untuk bergaul. Ia sepertinya menelepon seseorang, aku sudah bisa menebak bahwa ia menelepon pihak kampus dan bertanya mengenai jadwalnya semester ini. Tapi kenapa tidak lewat email saja? Aku meletakkan pakaianku di dalam lemari, saat selesai kulihat Xander masih serius dengan teleponnya dan sesekali mencuri pandang kepadaku. Ada apa ini? Kenapa aku merasa khawatir dengan pandangannya? Aku duduk dan menghadap ke arahnya, aku memperhatikan semua gerakan tak penting yang ia lakukan, Xander sedang nerveous..ia menggaruk tengkuk..lalu memainkan kancing bajunya sambil sesekali melirikku. Ah..ini benar-benar hal
Baca selengkapnya
137. Sangat Menyeramkan
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.” Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!” “Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty. Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.” “Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.” “Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran. “Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab. “Apakah itu mungkin?” Tanyaku. “Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad
Baca selengkapnya
138. Win-Lose
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
Baca selengkapnya
139. Pengganti Ty
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya." Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.  Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu! “Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya. Lidya tersenyum sangat lebar melihatku. “Nadja,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status