All Chapters of CEO Cassanova & Pelakor: Chapter 71 - Chapter 80
94 Chapters
Sudah Tak Tahan (Area 21+)
Seketika mood Darell berubah. Pria tampan ini menunjukkan wajah masam kala Yuni dan seorang lagi masuk sambil membawa kotak berisi kertas yang tak beraturan. "Ini mau diletakkan dimana Pak?" tanya Yuni. "Taroh saja di situ!" kata Darell menunjuk lantai di depan mejanya.Sejenak Yuni dan rekannya yang masih berseragam putih hitam mengamati ruangan Kirana yang penuh dengan kertas kusut berserakan. Mungkin dalam pikiran mereka,  dua atasannya ini sedang kurang kerjaan atau berniat menambah pekerjaan mereka. "Terima kasih," jawab Kirana singkat begitu kedua staf ini selesai melakukan permintaan Darell. Pria gagah itu pun berdiri menyusul Yuni, saat wanita patuh baya itu mulai mendekati pintu. Ditepuknya bahu wanita yang bertubuh subur di depannya. 
Read more
Akhirnya Dikeluarkan Juga (Area 21+)
Kirana tak menjawab pertanyaan Darell, namun mendorong kepala pria itu mendekat pada dadanya. Membiarkan Darell menghirup aromanya.  Pria yang sudah piawai di atas ranjang ini pun melingkarkan lengannya pada punggung Kirana. Mencari pengait penutup dada yang dikenakan pasangannya dan menghempaskan ke lantai.  Gunungan yang ranum dan lembut itu dihujani oleh bibir Darell. Pria casanova ini terlihat sangat buas memainkan bibir da as lidahnya di sana. Sesolah ingin mengukuhkan kalau wanita ini adalah miliknya, hanya miliknya.  Sementara tangan kirinya menyingkap rok yang dipakai Kirana. Merobek pantyhose tipis warna kulit yang membungkus kaki Kirana dengan kasar. Tak sabar ingin merasakan surga diantara paha Kirana yang mulus.  "Kamu sudah basah?" tanya Darell mesra.  "Ssssh!" desah Kirana menjawab Darell.  Pria berpengalaman itu cu
Read more
Melambung Tinggi
Kirana menghela napas panjang kemudian memijat pelipisnya. Yang dilewati hari ini sungguh melelahkan.  Apa yang didengar dari staf, penemuan nota dari tumpukan sampah sungguh membuatnya tak habis pikir. Membayangkan bagaimana nanti reaksi calon mertuanya.  "Kenapa?" tanya Darell penuh perhatian sambil mengemudi.  "Cuma kepikiran aja sih Mas, gimana reaksi Dad kalau tahu soal penemuan kita. Aku nggak nyangka aja ada yang berbuat seperti itu." "Yah, gitulah. Saat seseorang sudah dikuasai oleh uang, tak lagi mempedulikan akal sehat mereka." "Hemm," jawab Kirana.  Gadis itu kembali memandang ke jendela mobil Darell. Memainkan kalung yang sudah lama melekat di lehernya. Kalung pemberian almarhum Ibu.  "Mas," kata Kirana tiba-tiba.  "Kenapa?" tanya Darell sambil membelokkan mobil ke arah jalana
Read more
Bukan Dia Tapi Aku
Aroma espresso yang kuat tak juga mampu menghentikan pikiran Louis yang kacau. Jebakan dari Celline, perasaan bersalah pada Kirana dan pesan yang tiba-tiba dikirimkan padanya.  "Aku harus bagaimana ini," gumanya.  Pria ini kemudian mengetikkan ungkapan perasaannya. Hanya pesan whatsapp yang bisa dilakukannya saat ini. Karena jarak Jakarta-Paris yang tak dekat.  [Kabarku baik, hanya sedikit kacau belakangan ini. Aku mencintaimu Kirana, bisakah kita lebih dari sekedar teman biasa?] tulis Louis, tapi belum sempat dikirim pesan itu dihapus olehnya.  "Tidak, aku tak bisa melakukannya. Kirana milik Darell." Baru saja Louis melihat story whatsapp Darell yang mengunggah foto Kirana. Walaupun foto yang diunggah adalah saat gadis itu meninjau proyek dengan caption yang menerangkan proses pembangunan hotel. Namun pria itu merasa ada maksud tersendiri dari Darell.
Read more
Bukan Rayuan Gombal
"Ki, kamu mau ngapain?" tanya Darell mendekat. Sejenak menunda keinginannya untuk berenang.  "Lagi mau bikin juice mas. Kenapa?" kata Kirana sambil mencuci strawberry.  "Bikinin buat aku sekalian donk!" pinta Darell dijawab dengan anggukan Kirana.  "Mau juice apa?" tanya Kirana sambil menoleh ke arah Darell yang berdiri tepat di belakang Kirana.  Mereka berdua terlihat begitu serasi. Tubuh Darell yang tinggi dan tegap sangat cocok dengan Kirana yang sedikit mungil.  Bulu kuduk Kirana serasa berdiri saat merasakan hembusan napas Darell di sana. Jantungnya pun mulai berdebar lebih kencang.  "Iya Mas, nanti saya antar ke kolam renang ya," jawab Kirana sedikit gugup.  "Ok, kamu nggak mau berenang juga?" "Nggak Mas." Berdua mereka semoat beradu pandang. Saling menatap
Read more
First Investigation
Lamborghini Huracan itu membelah jalanan ibukota. Kali ini tujuannya bukanlah ke kantor melainkan toko bangunan. Dua sejoli ini berniat menyelidiki harga bahan bangunan. Kali ini mereka memainkan peran sebagai suami istri yang berniat untuk membangun rumah.Dengan melingkarkan tangan pada siku Darell, Kirana pun memasuki sebuah toko besar yang ada di Ibukota. Toko bangunan terlengkap yang  juga menyediakan aneka produk keramik dan porselen. Seorang penjaga toko nampak mendekat ke arah mereka berdua. "Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas. "Mmm ya, begini kami bermaksud untuk membangun rumah, dan bermaksud melihat-lihat keramik dan juga granit untuk rumah kami," kata Darell. "Sayang, nanti kita pilih warna-warna yang cocok dengan warna pastel ya," kata Kirana merajuk,  mencoba mendalami perannya sebagai seorang istri. 
Read more
Cinta Karena Cinta
"Telepon dari siapa Ki?" tanya Darell begitu gadisnya mengakhiri panggilan. Pria cassanova ini sedikit khawatir dan mungkin juga cemburu. Takut kalau Louis yang kembali menelepon Kirana dan mencoba mencuri gadisnya. Darell pun mendongak dan memperhatikan wajah Kirana yang memerah. Gadis itu mulai berkaca-kaca dan saat itulah kekhawatirannya berubah. Putra sulung Maxwell ini segera bergeser tempat duduk. Berpindah dari seberang ke samping Kirana. Merangkul dan mengusap pundak gadisnya lembut. "Ki, kamu kenapa? Kenapa menangis?" tanya Darell khawatir. "Ada yang menyakitimu?" tanyanya lagi. Kirana menggeleng lemah, kemudian menyandarkan kepalanya pada pundak Darell tanpa sadar. Darell yang tengah dirundung kecemasan pun merapatkan tubuhny
Read more
Semua Punya Masa Lalu
Seorang pria berwajah licin mengetuk pintu sebuah kamar kos. Kemudian dari dalam, nampak seorang perempuan tengah mengintip dari balik jendela.  "Ada apa Pak?" tanya si pemilik kamar dengan tubuh diantara pintu dan kusen.  Perempuan itu berbicara dengan nada yang lembut dan tak berani menatap tamunya lama-lama. Memilih untuk menunduk menjadi hal bijak baginya saat ini.  "Kamu sudah tidak usah khawatir tentang Aldo dan videomu lagi," kata pria berwajah licin itu.  Wajah gadis yang menunduk itu perlahan terangkat dan menatap laki-laki di hadapannya dengan sumringah. Senyum yang biasanya manis mulai dimunculkan kembali.  "Benarkah itu, Pak?" "Iya, kamu nggak usah khawatir, semua sudah teratasi dengan baik. Kamu sudah bisa memulai aktivitasmu seperti biasa." Masih tak percaya, ia pun keluar dan menutup pintu. Mempersi
Read more
Karma Untuk Aldo
Jenny kembali membatin. Tertegun dengan pengakuan Pak Mahendra. Merasa bersyukur karena ia bukan saru-satunya orang dengan masa lalu yang buruk. "Maaf," katanya. "Maaf untuk apa Mbak?""Saya ikut prihatin dengan cerita Bapak.""Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Mungkin juga saya terlalu hanyut dalam masalah saya. Kedua orang tua yang meninggal dalam waktu berdekatan. Kemudian masalah kakakku yang jadi korban KDRT suaminya, semua benar-benar membuatku kacau saat itu.""Maaf ya Pak. Lalu bagaimana dengan Kakak Pak Mahendra?"Pria berkaos biru itu kembali menyalakan rokoknya. Guratan sedih pun terpancar di wajahnya. "Nasibnya pun tak baik. Tak lama setelah aku keluar dari penjara,  ia menghembuskan napas terakhir karena tak bisa lagi bertahan dengan kanker servick."Jenny menghembuskan napas panjang, dan memandang sosok Ma
Read more
The Proposal
Dengan udara yang segar dan jauh dari hiruk pikuk ibukota, Kirana terbangun dan memandang ke luar jendela. Hamparan kebun yang hijau di luar sana sungguh terasa menyejukkan. Gadis ini pun merenggangkan otot-ototnya setelah semalaman berada dalam mobil travel sungguh melelahkan.  Yang diingatnya, saat membuka mata selama perjalanan kepalanya bersandar di pundak Darell. Entah berapa lama ia tertidur di sana. Gadis itu pun segera keluar kamar dan bersiap untuk mandi. Merasakan kembali segarnya mata air pegunungan yang membasahi kulitnya. Sekilas ia melirik kamar tamu yang ditempati Darell, masih tertutup.  "Mungkin Mas Darell kecapekan," pikirnya kemudian berlanjut ke kamar mandi.  Seperti hari-hari biasanya, Kirana membantu mbak Fika untuk menyiapkan sarapan.  "Mbak, kok nggak ngasih tahu saya sih kalau Bapak sakit?" protes Kirana pada kakak iparnya. 
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status