All Chapters of Cinta Berawal dari Terpaksa: Chapter 61 - Chapter 70
80 Chapters
Bag 61
Lisa meggeliat dari tidur malamnya yang panjang. Badannya remuk redam karena adegan panas yang tak ada ujungnya semalam. Sorot matahari menembuh dari celah-celah kaca jendela menyinari wajahnya yang cantik meski hanya polosan tanpa make up.Lisa meraba ranjang sebelahnya namun telah kosong, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya. Matanya hampir keluar tatkala melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. "Haruskah setiap selesai dengan adegan panas itu aku harus bangun sesiang ini,"  pikir Lisa.Ia menghembuskan nafas kasarnya. Segera turun dari ranjang, tak lupa meraih handuk di laci meja riasnya dan berlari ke kamar mandi.Dia memang tidak akan bekerja namun ia juga harus melayani suaminya sebelum berangkat kerja. Tidak lucu jika dalam keadaan berantakan seperti itu dia langsung turun ke lantai dasar untuk mencari sosok suaminya.Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan melemparkannya ke keranjang pakaian kotor. Sambil tersenyum dan
Read more
Bag 62
Setelah kedua pasangan suami istri yang sedang dimabuk asmara tersebut selesai dengan ritual mandinya. Mereka segera mempersiapkan diri untuk turun ke lantai dasar, melakukan ritual sarapan.Sebenarnya sudah tidak bisa dikatakan sebagai sarapan lagi karena hari sudah semakin siang. Jam dinding sudah menunjukkan hampir pukul 11 siang.Ken dengan pakaian formalnya hendak pergi ke perusahaan, sementara Lisa menyesuaikan karena hari ini ia harus menemani suaminya ke perusahaan. Sedangkan Zae, dia sudah berada di perusahaan sejak tadi pagi. Menunggu pasangan yang sedang dimabuk asmara adalah sebuah kesalahan besar.  Banyak pekerjaan di perusahaan yang sudah menumpuk karena ulah Ken. Dengan sangat terpaksa, siapa lagi kalau bukan dia yang mengerjakannya.Mengeluh pun tidak ada guna. Ken adalah bosnya. Seorang bos pantas memerintah pada seorang bawahan. Lagi pula kenapa harus mengeluh. Ken pasti akan membayar Zae berkali-kali lipat jika Zae sudah bekerja keras dan me
Read more
Bag 63
Paman Li tersenyum. "Tidak perlu cemas Nona, karena mobil Tuan Ken yang harganya milyaran saja tidak akan hilang meski terparkir di tepian jalan saja.""Laksanakan perintahmu Tuan," dalam hati paman Li. Seringai itu juga terbit di bibirnya ketika sepasang ibu dan anak perempuan tersebut masuk ke dalam gerbang utama.Elga memandang takjub melihat mansion yang megah dan berdiri kokoh. Namun tiba-tiba wajahnya berubah masam. Bagaimana tidak, masih ada gerbang lagi setelah gerbang dan mereka harus berjalan lumayan melelahkan.Elga dan Rosa saling pandang tak percaya kalau mereka harus memasuki mansion dengan berjalan kaki. "Mari Nona, Nyonya!" Ajak paman Li membuyarkan lamunan mereka.Paman Li mempersilahkan keduanya berjalan di depan, sementara paman Li menggiring mereka dari belakang. Tapi tak berjalan kaki, paman Li menggunakan sekuter yang menjadi transportasinya sehari-hari mengelilingi mansion."Hei pak Tua, yang benar saja kita harus jalan kaki masuk
Read more
Bag 64
"Sepertinyan kau perlu di pahamkan agar lebih paham sayang."Sementara itu di kamar utama, Lisa melemparkan bantal dan guling serta selimut ke lantai. "Kau benar-benar jahat Ken. Katamu kau mencintaiku, tapi kau mau mengembalikanku lagi pada mereka dengan uang 4 milyar." Gerutu Lisa.Wajahnya sudah basah akan air mata, semakin lama makin terisak. Puas dengan membuat kamar tersebut menjadi kapal pecah, Lisa turun dari ranjang. Ia memasuki walk in closet, membuka satu persatu lemari pakaian di sana.Banyak pakaian yang sudah tertata rapih sekarang berserakan di lantai. Ia masih belum menemukan pakaian yang ia cari. Yakni pakaian yang ia gunakan pertama kali saat ia tiba di mansion ini.Ken yang baru saja masuk ke dalam kamar terkejutnya bukan main. Sudah tak pantas lagi disebut sebagai kamar, lebih tepatnya dikatakan sebagai pecah. Tak ada barang-barang yang pecah, hanya saja semua berserakan di lantai.Meskipun barang-barang mahal yang ada di kamar terse
Read more
Bag 65
"Paman Li!" Panggil Ken. "Antarkan mereka ke kamar."Paman Li terdiam sejenak, memikirkan apa yang dimaksud oleh Ken. "Maid," ucapan lirih Ken,  menggerakkan bibirnya samar-samar langsung terdengar oleh paman Li melalui earphone dan mengangguk."Saya akan permisi Tuan, biarkan anak saya saja yang tinggal di sini." Pamit Rosa.Elga tersenyum penuh kemenangan menatap kepergian Ken. "Mari saya antar ke kamar, Nona." Ajak paman Li."Hei tunggu pak Tua," Elga menghentikan langkah paman Li. "Bawakan barang-barangku!" Seru Elga.Paman Li memincingkan matanya. Sama seperti yang biasa Ken lakukan pada seseorang. "Maaf Nona itu bukan kehendak saya. Saya tidak mau kalau barang-barang mahal dan mewah Nona rusak karena saya pegang." Paman Li menekan kata mahal dan mewah.  Pernyataan konyol macam apa itu. "Alangkah baiknya Nona tidak membawa barang-barang sebanyak itu, karena saya rasa tidak lah perlu." Imbuhnya lagi.Tapi Elga terdiam menimang-nimang
Read more
Bag 66
Pada akhirnya hari ini Ken tidak pergi ke perusahaan. Tapi itu bukan suatu masalah, suka-suka dirinya. Toh dia adalah bosnya.Setelah melakukan adegan panas di siang bolong hingga melupakan makan siang mereka, Ken terbangun. Hari sudah menunjukkan sore hari, tapi Lisa masih terlelap dalam tidurnya. Tanpa pakaian dan hanya terbalut dengan sebuah selimut.Ken tersenyum memandangi istrinya. Mengusap pucuk kepala Lisa dan mengecupnya berulang. "Kau adalah milikku dan selamanya akan menjadi milikku."Ken turun dari ranjang mencari pakaiannya dan hendak keluar dari kamar. Cacing di dalam perutnya mulai menggelitik. Setelah melakukan beberapa ronde nampaknya ia sekarang membutuhkan banyak asupan makanan agar tubuhnya kembali pulih. Mungkin nanti malam akan melakukannya lagi.Ken yang menuruni anak tangga menjadi pusat perhatian para maid. Tak terkecuali oleh Elga. Memandang takjub ketampanan Ken, wajahnya sudah tak lagi sedingin dulu. Kini semakin tenang dan damai.
Read more
Bag 67
Mentari menebus dibalik celah-celah jendela, menyorot kecantikan Lisa. Lisa dengan wajahnya yang teduh dan damai masih terlelap dalma tidur panjangnya.Berulang kali Ken mengecup dan mengusap wajah cantik tersebut. Namun Lisa hanya mengeliat. Tidurnya nampak nyenyak sekali.Tak tega membangunkan Lisa, Ken memilih untuk segera membersihkan diri karena hari sudah semakin siang. Ia juga sudah lama tidak pergi ke perusahaan, dia harus pergi ke perusahaan. Masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan.Ken sudah kembali lagi dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya, namun lagi-lagi Lisa masih terlelap. "Mungkin lelah kah? Tapi bukan kah seingatku dia tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat selama ini selain melayaniku."  Pikir Ken. Ia menggelengkan kepalanya dan segera berlalu menuju walk in closet.Lisa baru saja terbangun dari tidurnya yang super nyenyak sekali. Mengedarkan pandangannya mencari sosok suami, namun belum kunjung menemuka
Read more
Bag 68
Lisa membawa laptopnya ke taman, ia melanjutkan tugas skripsinya yang belum kunjung selesai. Harus diakui bahwa dirinya memang tak telalu pandai.Menatap taman yang indah dengan berbagai macam bunga yang subur dan banyak tanaman hias dari mulai harga yang selangit hingga langit ke tujuh ada.Udara segar serta ketenangan membuat dirinya semakin fokus untuk bekerja. Tapi itu hanya beberapa saat karena setelahnya ada penganggu yang datang.Seragam maid yang khas hitam dan putih serta rambut yang dicepol, Elga datang menghampiri Lisa. Keadaan memang kondusif semua maid sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga Elga bisa menyelinap untuk menemui Lisa."Hm," wajahnya yang khas menunjukkan kelicikan menatap wajah ayu Lisa. "Enak sekali menjadi istri seorang sultan," ucap Elga mencibir.Tak mau diambil pusing Lisa hanya mendiamkan Elga, jari jemarinya fokus pada keyboard laptop. Biarkan saja, anggap saja manusia licik itu angin berlalu.Wajah Elga mer
Read more
Bag 69
Mood Lisa benar-benar sudah hilang. Pekerjaannya yang ada sudah setengah jalan harus hilang begitu saja karena laptop yang dirusak oleh Elga.Ia masuk ke mansion, mengingat ia tadi memiliki janji pada Ken. Lisa segera pergi ke dapur, ia tak mau mengecewakan suaminya tersebut.Lisa mulai menyesuaikan diri, memakai celemek dan mulai memasak. Para maid hanya memberi hormat dan membiarkan Lisa melakukan apa yang ia inginkan. Sesuai dengan perintah Ken. Ken memang seperti itu, ingin membuat Lisa senyaman mungkin berada di dalam mansion. Sehingga Ken membebaskan Lisa melakukan apapun asalkan tidak membuatnya kelelahan dan jatuh sakit.Hari ini Lisa memasak daging panggang, bukan karena Ken yang tak suka sayur. Tapi dirinya sendiri yang sangat menginginkan daging panggang.Tak lupa memasak nasi lengkap dengan sambal dan sayur dan memotongkan bermacam-macam buah-buahan.Lisa dibantu oleh bibi Nar yang sekaligus mengawasi dan menjaga agar Elga tak menganggu Lisa
Read more
Bag 70
Setibanya di ruangan Ken, Lisa segara masuk. Sementara Jessy dan Jane berdiri di depan pintu menunggu Lisa.Senyum Ken seketika mengembang melihat kehadiran istrinya, tak ada lagi kata kesal maupun marah. Ken segera melupakan kekesalannya tadi pagi.Mana mungkin bisa marah, istri kesayangannya datang dan berpenampilan sangat cantik. Ken yang tadinya sedang berbincang pada Zae mengenai pekerjaan seketika bangun dari duduknya. Kakinya mengajak dirinya mendekati Lisa.CupCupCupCupCupSudah puas bukan mengujani Lisa dengan kecupan di wajahnya. Sementara itu Ken langsung memberi kode melalui lirikan mata pada Zae."Ck!" Zae berdecak kesal. "Penganggu pekerjaan," menggerutu kesal. Mau tak mau Zae langsung berlalu dari ruangan tersebut. Tak lupa di depan pintu ia juga memberi tatapan tajam pada kedua pengawal Lisa sebagai pelampiasan rasa kesalnya."Duduk lah!" Ken mengajak Lisa duduk di sofa.Mereka duduk saling berdamp
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status