Semua Bab Cinta Berawal dari Terpaksa: Bab 21 - Bab 30
80 Bab
Bag 21
 Setibanya di mansion. Zae masih tetap bersikap dingin kepada Lisa. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Misalnya seperti menyuruh Lisa turun dari mobil. "Turunlah! Tuan Muda sudah menunggumu." Seperti itulah kata yang terucap dari mulut Zae, bahkan ia tak melirik Lisa sedikit pun.Sementara Ken sudah berada di dalam mansion karena sengaja mendahului mobil Zae. Dia sudah bersiap dengan tuxedo hitamnya. Sorot mata hitamnya juga mencerminkan kebahagiaan.Lisa sudah turun bersama Ken, disambut beberapa pelayan yang sudah siap mengantarkan Lisa ke kamarnya. Lisa hanya menurut saja, belum tahu apa rencana yang akan diperbuat oleh Zae.Tahunya Lisa semua rencana Zae karena hanya Zae yang Lisa kenali. Sementara Ken, dia belum mengenalnya. Hanya pernah bertemu dua kali melalui tabrakan bibir.Salah seorang pelayan wanita paruh baya mengantarkan Lisa ke kamar tamu. Dia segera membukakan pintu kamar Lisa. "Silahkan Nona Lisa," pelayan tersebut tersenyum pada Li
Baca selengkapnya
Bag 22
 Gaun putih panjang sederhana dengan riasan wajah yang tipis dan rambut bebas terurai sungguh membuat Lisa sangat cantik. Meskipun gaun yang ia gunakan tersebut hanya gaun jadul, gaun yang digunakan oleh ibunya sewaktu menikah dengan ayahnya dulu.Ken benar-benar menyukai Lisa, makanya dia sengaja memberikan gaun tersebut agar dipakai Lisa. Sesuai dengan permintaan dari almarhum ayahnya dulu.Ken sudah rapih bersama dengan penghulu di ruang tengah. Di sana juga sudah ada pengawal Jony, Zae dan para pelayan serta beberapa pengawal lainnya menyaksikan ijab qabul. Suasana tampak hening karena Ken tidak suka ada keributan atau saling bergosip mengenai dirinya dan keluarga. Karena kalau sampai ketahuan pasti kepala pelayan tidak akan segan-segan memberi hukuman pada para anak buahnya.Ken sudah duduk di meja yang sudah disiapkan untuk ijab qabul bersama dengan penghulu. Beberapa saksi juga sudah duduk di dekat mereka namun dengan bangku yang berbeda. Ha
Baca selengkapnya
Bag 23
Lisa sudah duduk berdampingan dengan Ken. Penghulu juga sudah berjabat tangan dengan Ken. Dengan fasih dan lantang Ken mengucapkan ijab qabulnya.Semua berjalan dengan lancar, meskipun Lisa berulang kali menyeka air matanya. Hening, tak ada satupun yang berani membuka mulutnya.Para pelayan tidak ada yang mengangkat atau memandang Ken maupun Lisa melebihi lima detik. Hukuman Zae akan menanti jika mereka bersikap kurang ajar terhadap keluarga Wilson.Sekarang giliran penyematan cincin kedua mempelai. Lisa mencium punggung tangan laki-laki yang sudah menjadi suami sahnya tersebut dan Ken mencium kening Lisa dengan senyuman kebahagiaan.Bibir Ken mendekat ke telinga kanan Lisa. "Apa kau senang sayang?" tanya Ken."Biadab kau rentenir gila," umpat Lisa lirih pada Ken.Ken terkekeh karena ucapan Lisa barusan. Dia mencubit pipi Lisa lirih, "oh ya?" bisik Ken. "Tapi aku malah justru gemas kau menyebutku sebagai rentenir."Ken segera bangun d
Baca selengkapnya
Bag 24
Ken pergi ke ruangan kerjanya yang berada di lantai dua. Di dalam ruangan tersebut kedap sengaja dibuat kedap suara. Ia membanting guci – guci dan melemparkan semua buku – buku yang tersusun rapih di rak. Tak satu pun yang mendengar murkanya.Mengacak – acak rambutnya kesal. "Dasar kau wanita tidak tahu di untung Lisa !!" Teriaknya kesal. "Aku akan memberimu pelajaran karena telah berani menolaku. Tak satu pun di dunia ini yang boleh menolakku !!"Frustasi. Ya dia benar – benar gila karena sikap yang diberikan oleh Lisa. Menarik kursinya dan duduk menghadap jendela. Menyalakan sebatang rokok dan perlahan menghisapnya. Amarah Ken belum juga mereda.Teriknya matahari tak membuatnya bergeming. Dia tetap berjaga, menatap pemdangan halaman depan rumah sambil menatap para pelayan dan penjaga rumah yang sedang bekerja. Sesekali ada yang menunjukkan tawa kebahagiaannya, namun Ken masih berwajah datar dengan sebatang rokoknya."Ceklek.."Pintu ruangan terse
Baca selengkapnya
Bag 25
Zae masih belum beranjak dari tempat duduknya. Dia menatap laptop yang ada di meja kerja milik Ken. Langkah kakinya berat untuk membuat surat perjanjian seperti apa yang dimintai oleh Ken."Apa aku harus membuat kontrak untuk menyiksa Lisa ??" tanyanya.Ia menyerah. Menyadarkan kepalanya ke sofa. Tiba – tiba suatu ide cemerlang lewat di otaknya. Zae segera menangkapnya. "Aku akan melakukannya, semoga saja dengan kontrak ini Lisa bisa merubah Ken." Gumamnya.Tak lama setelah ide itu masuk. Ponselnya dalam saku bergetar. Banyak pesan singkat dari Ken. Memberitahu apa secara singkat apa yang harus di tuliskan dalam kontrak.Mendengus kesal ? Tentu. Otaknya hampir meledak mengurusi Ken yang lebih dari tua darinya itu. Tapi bagaimana pun juga, ia punya tanggung jawab dan tuga besar untuk merubah, mendidik dan menjaga Ken.Hampir satu jam Zae bergelut dengan laptop sambil beberapa kali Zae mengirimkan hasilnya dengan Ken namun selalu saja di tolak.
Baca selengkapnya
Bag 26
Ken memang tidak dikenali karena keadaannya yang mabuk serta rambut dan pakaian yang berantakan. Di tambah lagi dengan wajah yang memar karena pukulan laki – laki yang membela gadis tadi. Memang laki – laki tadi langsung memukul Ken tanpa melihat dulu siapa yang menjatuhkan adiknya."Gleg..."Dengan susah payah ia menelan salivanya. Semua orang yang berada di club tersebut tertunduk takut, tak terkecuali orang yang pertama kali memukul, gadis penggoda dan pemilik club tersebut.Ken dengan segera menghempaskan dua orang laki – laki yang memegang kedua tangannya. "Sudah ku katakana tadi. Kalian memang sudah bosan hidup."Pemilik club berlari mendekati Ken. "Tuan Ken," tegur pemilik club tersebut. Kemudian beralih pada Zae, "Sekertaris Zae." Wajahnya menunduk pucat. "Maafkan atas keteledoran kami."Zae yang memapah Ken hanya diam. Dia menunggu jawaban dari Ken. "Segera urus penutupan club ini dan dia.." Ken menujuk gadis yang menggodanya. "Dia.. Dia..
Baca selengkapnya
Bag 27
Matahari belum menampakkan diri, Ken sudah bangun dari tidurnya. Tangannya memeluk paha Lisa yang tertidur bersandar tempat tidur. Senyum smirk menghiasi kedua sudut bibirnya.Mengusap pipi kiri Lisa dengan punggung tangannya. "Kau adalah perempuan sombong yang berani menolakku. Aku aku membalas semua perbuatan mu." Lisa masih lelap dalam tidurnya.Bibir Ken mendekati telinga milik Lisa dan tak segan menggigitnya pelan. "Aku tidak akan melepaskan apa yang sudah menjadi milikku." Bisikan tersebut tidak membuat Lisa terbangun, nafasnya masih teratur dengan dengkuran halus.Ken segera beranjak dari tempat tidurnya, keluar menuju ruang kerjanya yang berada di lantai dua. Wajahnya nampak berbinar dan tubuhnya sudah pulih kembali setelah semalam banyak memar dalam wajahnya.Sementara itu tak lama setelah Ken bangun, Lisa juga segera sadar dari alam mimpinya. Meregangkan ototnya dan mengucek kedua kelopak matanya.Setelah membuka mata dengan sempurna, ked
Baca selengkapnya
Bag 28
"Tok.. Tok.. Tok..""Masuk !" Lisa mempersilahkan masuk namun pintu kembali terketuk. "Masuk !" Lisa meninggikan intonasinya."Ini paman Li." Ucap seseorang yang mengetuk pintu tadi. Lisa yang sudah lelah berteriak akhirnya membukakan pintu untuk paman Li."Saya dari tadi sudah mempersilahkan paman untuk masuk," kesal Lisa. Paman Li masih bersikap sopan menundukkan kepalanya di depan Nyonya Mudanya."Maaf Nyonya, tapi kamar Tuan Ken kedap suara." Ucapnya dengan sopan."Oh."Kamar Ken memang kedap suara, sehingga hanya bisa mendengarkan suara dari luar sementara dari luar tidak dapat mendengarkan suara dari dalam. "Ada apa?" tanya Lisa dengan ketus."Saya hanya menjalankan tugas dari Tuan Ken untuk memberikan ini." Paman Li memberikan satu buah buku yang sangat tebal, Lisa menaikan alisnya bingung. "Itu adalah aturan-aturan hidup Nyonya Muda dan kewajiban Nyonya Muda menjadi istri dari Tuan Muda mulai dari bangun tidur pagi sampai tidu
Baca selengkapnya
Bag 29
"Selamat pagi manager Wily," sapa salah seorang pelayan restaurant X yang sedang bersih-bersih di dekat pintu masuk."Ya pagi," balas Wily tak lupa sambil tersenyum.Ia melanjutkan langkahnya, sambil sesekali melirik ke kanan-kiri mencari keberadaan Lisa. Hanya sehari tidak datang ke tempat kerja sudah cukup membuatnya khawatir."Pagi Manager," tegur pelayan lainnya.Wily menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "ya selamat pagi." Langkahnya terhenti, rasa penasarannya kini sudah tak terbendung lagi. "O iya, Lisa dari kemarin kemana ya ? Kok saya ngak lihat ?" tanya Wily basa basi."Lisa siapa ya ?" tanya pelayan wanita itu balik. Ia berdiri memegang sapu sambil berpikir, nama Lisa memang masih sangat asing. Sebab Lisa baru masuk sekali dan hari keduanya pun dia tidak berangkat bekerja.Wily mendengus kesal. Bisa-bisanya karyawannya sendiri tidak mengenali anak baru tersebut, apa yang dikerjakan oleh Mira. Apa dia tidak bisa mendidik anak b
Baca selengkapnya
Bag 30
Setelah keluar dari ruangan Wily, Lisa segera mencari keberadaan Mira. Dia tidak ingin adanya kesalah pahaman. Apalagi Mira sudah berbuat baik pada Lisa sejak ia pertama masuk bekerja di tempat ini.Lisa langsung menjelaskan semuanya kepada Mira, sama halnya yang ia jelaskan pada Wily tadi di ruanganya. Tidaklah mungkin kalau ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi."Oh jadi itu seperti itu," Mira manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari Lisa. "Tuan Wily memang baik Lisa," Mira tersenyum dan memegang bahu Lisa. "Lain kali jangan kecewakan dia lagi." Imbuhnya lagi.Lisa mengangguk seraya mengerti. "Iya Mir, aku janji lain kali kalau ada kepentingan yang mendesak lagi aku akan usahakan untuk meminta izin pada kalian." Ucap Lisa dengan mantap. "Ya meskipun aku tidak mempunyai ponsel untuk menghubungi kalian," lirih Lisa. "Tapi aku akan usahakan," ucap Lisa kembali lantang."Kamu yang sabar ya Lisa," Mira sambil tersenyum. "Ponsel tidaklah terlalu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status