Semua Bab Sweet Forgiveness Book 1 (Bahasa Indonesia): Bab 41 - Bab 50
93 Bab
41
Bab 41: Pertemuan Keluarga.  Hari yang dinantikan keluarga Tan Sri Ibrahim telah tiba. Mobil mewah yang membawa keluarga Tuan Syahputra Wijaya berhenti di halaman rumah agam keluarga Tan Sri Ibrahim. Tan Sri Ibrahim segera keluar dari rumahnya menuju ke mobil dengan langkah kaki tergesa-gesa. Wajahnya kelihatan berseri-seri penuh gembira. Tuan Syahputra Wijaya pula segera keluar dari perut mobil untuk menyapa bakal besan yang dia tidak pernah kenal yaitu Tan Sri Ibrahim.  Sebetulnya, Tuan Syahputra Wijaya sering mendengar tentang kehebatan perusahaan Tan Sri Ibrahim tetapi dia belum pernah bertemu muka dengan lelaki itu karena Tan Sri Ibrahim tidak pernah menghadiri mana-mana pesta bisnis. Hanya putranya, Mikail yang sering memenuhi undangan sebagai wakil ayahnya itu. Namun, langkah Tan Sri Ibrahim dan Tuan Syahputra Wijaya terhenti secara tiba-tiba saat netra mereka bertemu pandang antara satu sama lain. Mata
Baca selengkapnya
42
Bab 42: Segalanya Sudah Terlambat.  Mikail sedang duduk di kafe sambil menyedut Chocolate Cream Frappuccino. Pria itu melihat jam tangannya. Baru jam 1 petang. Setelah menunggu selama sepuluh menit, akhirnya Zafril muncul di hadapannya.  "Mika! Maaf, Bro. Aku terlambat. Ada hal kerja," ucap Zafril sebelum duduk di hadapan Mikail.  "Tak apa. Aku tahu kau sibuk. By the way, kenapa kau nak jumpa dengan aku? Atau kau nak bincang tentang projek baru?" Soal Mikail bertalu-talu.  "Bertenang, Bro. Aku nak jumpa kau sebab aku nak bincang tentang Safiyya," jawab Zafril dengan ragu.  "Oh, aku pikir kau nak bincang pasal kerja. Ha, kau nak cakap apa tentang adik aku itu?" Tanya Mikail dengan serius.  "Sebenarnya aku nak hantar rombongan keluargaku untuk meminang Safiyya. Itu pun, jika kau izinkan," kata Zafril dengan tenang. &nb
Baca selengkapnya
43
Bab 43: Bagai Sang Bidadari Menunggu  Sang Putra.  Safiyya berjalan di antara Bunda Yasmin dan Umi Hafizah. Mereka segera masuk ke butik pengantin yang terkemuka di Kota Jakarta. Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia ketika memilih busana pengantin muslimah buat Safiyya.  "Yasmin, gaun labuh ini menurutku sangat sesuai untuk Safiyya. Apalagi acara resepsi mereka berkonsepkan private garden party. Aku yakin, Safiyya akan kelihatan sangat cantik jika memakai gaun pengantin ini," ucap Puan Sri Hafizah dengan riang sembari menunjukkan satu gaun pengantin berwarna putih dengan butiran manik halus menghiasi gaun tersebut di bagian leher, lengan dan dada.  Bunda Yasmin menghampiri Puan Sri Hafizah lalu dia melihat gaun pengantin itu.  "Iya, Izah. Saya juga merasa gaun pengantin ini cocok sekali buat Safiyya," setuju Bunda Yasmin. Ia juga kagum dengan kecantika
Baca selengkapnya
44
Bab 44: Akhirnya, resmi menikah. “Ananda Rizky Iqbal bin Syahputra Wijaya, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Nur Safiyya binti Ibrahim dengan maskawinnya berupa £5,000,000.00 GBP, tunai.” Ucap Tan Sri Ibrahim dengan tegas. “Saya terima nikahnya dan kawinnya Nur Safiyya binti Ibrahim dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.” Jawab Rizky dengan sekali lafaz. "Sah!" ujar para saksi. Akhirnya, Nur Safiyya telah menjadi istri Rizky Iqbal secara resmi menurut hukum dan agama. Safiyya merasa sebak dan tanpa sempat dia menahan, air matanya berlinangan jatuh di pipinya. Dia memeluk erat tubuh Umi Hafizah dan Bunda Yasmin. Para wartawan dan juru foto dari pelbagai stasiun televisi dan media cetak heboh dalam menyiarkan acara pernikahan anak konglomerat dari dua buah negara itu. Apalagi, setelah mereka mendengar Rizky Iqbal, anak Tuan S
Baca selengkapnya
45
Bab 45: Hadiah dari Zafril.  Safiyya dan Rizky terus berjalan tanpa henti untuk menyapa tetamu yang hadir biarpun kaki mereka berdua sudah terasa pegal. Mereka masih memasang wajah ramah dan bahagia walaupun rasa lelah dan penat sudah menguasai diri. "Rizky, aku mohon sama kamu. Tolong jaga mata kamu itu. Kamu pikir, aku tidak melihat bagaimana cara pandangan mata kamu pada Hani? Hani itu sudah sah menjadi istri Kak Arvin. Jadi, tolong hormat status Hani sebagai istri orang biarpun memang benar kata pujangga, cinta pertama itu sangat sukar untuk dilupakan," sindir Safiyya secara tiba-tiba dengan nada perlahan sewaktu mereka berdua berjalan pergi dari meja yang ditempati sebuah keluarga konglomerat dari Singapura. Rizky tertawa kecil lalu menyeringai sinis sebelum menghentikan langkah kakinya menyebabkan langkah Safiyya juga turut terhenti. Safiyya merenung wajah Rizky dengan tatapan mata yang tajam bak elang dan dingi
Baca selengkapnya
46
Bab 46: Rizky Vs Zafril. Beberapa meter dari tempat mereka berdiri, kelihatan Rizky dan Robert sedang berbicara dengan raut wajah yang serius. “Riz, kau sudah berjanji padaku untuk tidak mengganggu Safiyya tapi apa yang terjadi sekarang, kau malah menjebaknya dan kalian berdua sudah sah menjadi suami istri. Apa kau sudah lupa tentang apa yang telah terjadi enam tahun yang lalu?" Marah Robert dengan suara yang perlahan tetapi tegas. "Terus, apa niat sebenar kau, Roby? Kenapa kau merahasiakan hal ini dariku? Seharusnya kau bilang padaku bahwa dia adalah Safiyya, wanita yang pernah aku cinta ketika di Bristol dulu!" Balas Rizky dengan nada sebal. Dia masih mengawal suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. "Kalau aku jujur pada kau, semua perkara akan menjadi lebih rumit. Bukan hanya hidup kau saja yang akan hancur tapi pernikahan aku juga," keluh Robert. "Ya sudah. Sekarang, aku s
Baca selengkapnya
47
Bab 47: Berdamai Dengan Takdir. Safiyya membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Dia mengulurkan kepalanya dari balik pintu untuk mencari keberadaan Rizky di dalam kamar tidur. Setelah dia merasa yakin bahwa Rizky tidak ada di dalam kamar, dia berjinjit keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya sudah dibaluti jubah mandi.  Safiyya duduk sebentar di atas ranjang yang dihiasi ratusan kelopak bunga mawar merah dan putih. Entah mengapa, dia merasa takut untuk menghadapi malam pertamanya bersama lelaki yang dia sendiri tidak begitu kenal dengan dekat. Lagi pula, masih tidak ada cinta dalam hubungan mereka sekarang.Namun, Safiyya kuatkan hatinya untuk berdamai dengan takdir hidup yang sudah tertulis. Dia segera membersihkan semua kelopak bunga yang ada di atas kasur tersebut sebelum meletakkan ke dalam satu wadah bertutup kaca. Lagian, mereka berdua harus tidur dalam keadaan selesa bukannya romantis seperti di film cinta. 
Baca selengkapnya
48
Bab 48: Pernikahan yang tidak berdasarkan cinta dan tidak bersendikan rindu.  Safiyya terjaga secara tiba-tiba setelah dia mendengar bunyi jam weker digital. Dia membuka kelopak matanya dengan malas. Hampir saja Safiyya menjerit ketika melihat dirinya sedang berpelukan erat dengan tubuh Rizky. Matanya membulat dan dengan perlahan dia mencoba untuk meleraikan pelukan tersebut.  Safiyya mengalihkan lengan kekar dan berotot milik Rizky yang sedang memeluk pinggang rampingnya sebelum dia segera bangun dari pembaringan. Jemari Safiyya menekan tombol jam weker digital itu agar dering lonceng dari jam itu bisa berhenti dari terus berbunyi. Dia juga menyalakan lampu ranjang lalu cahaya dari lampu tersebut menyinari wajahnya. "Sudah hampir masuk waktu Subuh," ucap Safiyya sembari menggeliat sedikit. Safiyya memandang ke arah Rizky beberapa menit sebelum mengambil keputusan untuk mendekati lelaki itu. Di
Baca selengkapnya
49
Bab 49: Terlepas kendali.  Rizky dan Safiyya sudah selesai salat Subuh berjemaah. Usai membaca doa setelah salat, Safiyya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan suaminya. Tanpa dipinta, Safiyya mengecup lembut tangan suaminya itu membuatkan pipi Rizky memerah menahan rasa malu dan juga rasa senang dengan perubahan sikap istrinya. "Abang masih tidak percaya bahwa Safiyya yang abang kenal sebagai gadis barbar bisa berubah menjadi istri solehah seperti ini. Enak ya, kita sudah menikah dan sudah jadi pasangan yang halal. Jadi, Fiya tidak akan memanggil abang dengan panggilan lelaki mesum atau lelaki brengsek jika abang mahu menyentuh Fiya," usik Rizky. "Jika abang mahu tangan abang terpisah dari badan dan mahu memegang status orang kurang upaya, silakan abang cuba menyentuh Fiya," ancam Safiyya. "Aduh, abang hanya mengusik doang malah diugut segala. Bentar, kita memang sudah bersetuju untuk menukar pa
Baca selengkapnya
50
Bab 50: Berpisah Dengan Keluarga. Rizky dan Safiyya mengantar Tan Sri Ibrahim dan Puan Sri Hafizah ke bandara. Abang Mikail sudah pulang awal ke Malaysia karena perlu menghadiri meeting dengan pebisnis asing. Hanya orang tua Safiyya saja yang akan berlepas pulang ke Malaysia setelah semua urusan pernikahan dan acara resepsi mereka selesai sepenuhnya. Sebelum pulang, Puan Sri Hafizah sempat memberi pesan buat putri semata wayangnya. "Fiya, Umi harap Fiya dapat menjaga suami Fiya dengan baik. Jangan melawan kata-kata suami dengan perkataan kasar. Jika ada salah paham, kalian berdua harus berbincang dengan baik. Janganlah Fiya memilih untuk merajuk atau bertengkar tetapi Fiya harus menjadi air yang menyejukkan api. Berbicara setelah hati Rizky sejuk dan tenang. Jaga makan minum suami Fiya. Jaga sholat dan jaga diri Fiya selama Fiya tinggal di Jakarta bersama Rizky dan keluarganya," nasihat Umi Hafizah dengan nada suara yang sebak. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status