All Chapters of YOU AND US: Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
Tenang?
"AAAA!"Delna terbangun dengan nafas terengah-engah, semua orang sedang mengerumuni dirinya saat ini, mereka semua menatap khawatir kearah Delna."Kamu gak pa pa? Dari tadi kamu terus berteriak," ujar salah satu pemuda yang berada disamping Delna."Ini, silahkan minumnya dek," ujar seorang ibu memotong kerumunan dengan secangkir teh hangat ditangannya.Delna termenung, otaknya memproses semua kejadian yang ia alami hari ini, terasa sangat cepat dan .. tak masuk akal."Dek?" panggil ibu itu lagi kembali menyodorkan teh hangat."Semuanya tenang, mungkin adek ini sedang syok."Seorang pria tua disertai peci putih dikepalanya datang memotong kerumunan, beberapa orang ada yang langsung pulang begitu pria itu datang, sebagian lagi lebih memilih untuk menetap."Ibu Ratih, taruh tehnya terlebih dahulu disana ya, biar saya yang urus," ujarnya mengibaskan tangan diudara sebagai isyarat agar semua orang yang ada disana pergi."Baik
Read more
Rasa bersalah
Ruangan gelap merupakan hal yang pertama kali Delna lihat, rasa sesak dan pengap membuat Delna ketakutan."Ian .. ? Dion .. ? T-tolong .. " tanpa sadar Delna memanggil kedua temannya itu.Rasa sesak yang Delna rasakan semakin membesar dan itu menyakiti dirinya. Delna butuh pertolongan, namun tak ada siapa siapa disini, hanya ruangan gelap."Kumohon, siapapun .. "Isakan kecil lolos dari mulut Delna, dirinya merasakan ketakutan yang amat mendalam sekarang. Wajah Ian dan Dion sempat terlintas dibenak gadis itu."Maaf .. maaf .. "Kejadian beberapa hari lalu tiba tiba saja terputar seperti film. Rasa bersalah langsung menghantui Delna."Kenapa kamu gak nyelamatin kami?"Tiba tiba saja Dion dan Ian muncul tepat dihadapan Delna, wajah mereka berdua rusak dan tampak sangat mengerikan. Delna bahkan merasakan jika isi perutnya terasa seperti diaduk aduk."Delna?" panggil Ian langsung mendapat bentakan dari sang empu nama.
Read more
Sekolah Setelah PKL
Suara riuh anak anak terdengar oleh indra pendengaran Delna. Sudah dua Minggu berlalu sejak kejadian itu. Delna tak mengalami gangguan lagi setelah mengobrol dengan Sintia.Padahal Delna tak menceritakan apapun tentang kejadian saat dirinya PKL, namun Sintia seolah mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut, terkecuali bertanya tentang materi yang disampaikan saat PKL."Hei, lihat, itu Delna!"Saat tiba di lorong, semua anak menatap Delna sinis. Anak yang terlanjur membenci Delna kini semakin membenci anak itu, anak yang dulunya ingin berteman dengan Delna jadi menjauhi Delna.Delna berjalan menunduk, padahal moodnya sempat membaik ketika memasuki sekolah, penjaga serta petugas kebersihan saja menyapa Delna tadi.Namun lihatlah anak anak yang ada disekolah ini. Beruntunglah bagi Delna karna kelas yang lebih junior dan kelas senior belum mendengar kabar tentang kejadian yang dialami Delna.Tetapi cepat atau lambat kasus ini pasti akan tersebar
Read more
Bully
Delna berjalan tertatih kearah kamar mandi perempuan yang terletak dibelakang sekolah. Walau ada kamar mandi didepan sekolah, yanng jaraknya cukup dekat dari kelas Delna, namun Delna tetap memilih kamar mandi yang berada dibelakang sekolah. Tentu saja hal itu Delna lakukan supaya tidak menarik perhatian orang, baik perhatian siswa maupun guru.Pintu besi yang sudah mulai reot akibat karat dalam waktu lama Delna buka lebar. Bau apek karna jamur menusuk indra penciuman Delna.Membuat sang empu dari nama Delna terbatuk, rasa mual juga turut serta menemani."Ukh, kenapa juga aku harus memilih kamar mandi ini?" gumam Delna menutup pintu, tidak terlalu rapat agar cahaya matahari dapat masuk kedalamnya.Setelah melihat keadaan kamar mandi, Delna jadi menyesali pilihannya. Namun apa daya, Delna sudah berjalan sejauh ini, tak mungkin jika dia harus kembali berjalan ke kamar mandi depan sekolah, apalagi dengan kondisi tubuh yang terluka seperti ini.
Read more
Dion?!
Kepala Delna tertunduk lesu, dari sorot matanya seperti memperlihatkan kekosongan, tidak memiliki gairah untuk hidup. "Del .. aku tinggal ya?" ujar Sintia melepas pegangan tangan pada Delna. Delna hanya mengangguk sembari menggumamkan kata 'terima kasih' lalu membuka pintu dan berjalan masuk, meninggalkan Sintia yang sedang menatap Delna sendu. Menghela nafas lelah, Sintia berjalan pergi, "aku harap kamu bisa kembali normal, Del." * Pintu tertutup pelan, sang ibu yang sedang menyapu lantai terkejut ketika mendapati anaknya pulang lebih cepat. "Delna? Kamu gak pa pa sayang?" tanya sang ibu meletakkan sapu dilantai begitu saja lalu berjalan kearah Delna. Lagi lagi Delna hanya balas mengangguk, "aku mau ke kamar bu," ucap Delna berjalan lesu ke arah kamar. Menatap pintu sebentar sebelum menghela nafas pelan, ibu Delna hanya bisa berdoa demi kebaikan Delna. "Semoga Tuhan membantumu dalam setiap masalah, nak," gumam
Read more
Iblis Berwujud Manusia
"A-Ayah .. ?" panggil Delna tersenyum senang. Air mata segera Delna hapus, bangkit berdiri lalu berjalan kearah pria tua yang Delna anggap sebagai ayah. Dengan susah payah berjalan, akhirnya Delna sampai dipangkuan sang ayah."Ayah .. Delna kangen .. " ujar Delna masih tersenyum, perasaan hangat seketika menyelimuti dirinya. Kekacauan dikepala Delna mereda, walau masih terasa sedikit, setidaknya kekacauan yang Delna rasakan tidak sekuat sebelumnya.BrukNamun kehangatan itu kembali terpatahkan, sang ayah mendorong tubuh Delna kuat hingga kepalanya terbentur bibir kasur."Dasar anak merepotkan!" seru ayah Delna menatap sang anak dingin.Delna mendongak, mencoba untuk melihat mimik yang ayahnya sedang tunjukkan saat ini.Dingin adalah satu kata yang sangat tepat untuk mendeskripsikan wajah sang ayah. Tatapan intimidasi, dingin serta marah tercampur menjadi satu pada mata ayah Delna."A-Ayah ..?" panggil Delna s
Read more
Kepingan Masa Lalu
Pagi hari menghiasi cakrawala bumi, membangunkan beberapa makhluk hidup. Langit masih tampak enggan untuk menampilkan cahaya matahari. "Sayang .. ibu berangkat kerja dulu ya?" Anak yang dibangunkan oleh ibunya itu hanya mengangguk sembari tersenyum kecil, tidak sadar dengan apa yang ibunya katakan. Ikut tersenyum kecil, sang ibu mengusak rambut anaknya pelan lalu berjalan kearah pintu, menghela nafas pelan lalu menatap kearah liar dengan pandangan yakin. "Aku pasti bisa! Demi Delna," gumamnya menutup pintu perlahan agar Delna tak terbangun. Sekarang, waktu menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh menit, matahari sejak tadi telah bersinar, namun Delna tak kunjung bangun. Tubuh Delna masih dalam masa pemulihan, luka memar masih membekas ditubuh anak itu, sedangkan luka akibat benda tajam tampak lebih baik dari sebelumnya, darah sudah tak mengalir dari sana. "Hei, bangun." Suara bisikan tersebut membuat Delna membuka mata,
Read more
Gangguan
"Bagaimana kondisi anak saya? Apa lukanya serius?" tanya ibu Delna dengan nada khawatir, ia takut anaknya akan mengalami luka serius jika tidak segera ditangani.Pria ber- jas putih dengan stetoskop menggantung dileher menggeleng lemah sembari tersenyum. Ibu Delna menghela nafas lega, jika ekspresi dokter terlihat senang, maka pasti akan ada kabar baik."Untungnya yang didapat pasien tidak begitu dalam," ujar dokter yang menangani Delna duduk dikursi kerjanya."Namun tetap saja, untuk luka luar bisa dibilang luka yang diterima anak ibu cukup parah." Tubuh ibu Delna kembali menegang mendengar kalimat selanjutnya dari sang dokter."Bahkan ada beberapa luka yang infeksi karna tidak segera ditangani lebih cepat," jelas dokter didepan ibu Delna sembari menuliskan resep berisi obat obatan, baik obat luar maupun obat dalam.Melihat raut wajah tegang dari keluarga pasiennya, dokter itu kembali berbicara lembut."Tapi tenang saja asal anak ibu rutin
Read more
Mulai Sensitif
Pagi hari tiba, Delna terbangun dengan kondisi tubuh yang sangat tak mengenakan. Seluruh tubuh Delna terasa sangat kaku, Delna gerakan sedikit maka seluruh tulang Delna akan berbunyi.Melihat sekeliling, keadaan dapur begitu kacau, seluruh barang rusak parah, hanya beberapa yang masih selamat. Delna lalu berusaha bangkit, mencari keberadaan seseorang di rumah ini selain dirinya."Ibu .. ?" panggil Delna dengan suara parau."Ukh!" Kepala Delna berdenyut sakit, rasa sakit dari hari sebelumnya belum sepenuhnya pulih, sekarang rasa sakit kembali menggerayangi tubuh Delna."Kenapa kejadian aneh tak henti hentinya menghampiriku?" gumam Delna merutuki Tuhan serta takdir."Yang menyebabkan hal ini adalah .. Dion," ujar Delna ketika memori mengambil gambaran saat PKL.Sebuah seringai tiba tiba muncul, rasa bersalah yang menghantui Delna tangkis dengan argumen yang ia ciptakan sendiri."Itu artinya .. itu bukan salahku sepenuhnya kan?" lirih De
Read more
Sintia
Mengetukkan jari pada meja, seorang gadis menghela nafas lelah, menatap kearah sebuah bangku kosong dengan pandangan sendu.Untuk yang kesekian kali, ia kembali menghela nafas. Rambut hitam sedikit putih gadis itu biarkan tergerai sehingga angin bisa bermain main dengan rambutnya."Sintia!"Sintia tersentak dari lamunan, membawa seluruh kesadaran kembali kedalam tubuh.Seorang remaja laki laki dengan rambut pirang berjalan mendekati Sintia dengan seulas senyum, tampak polos"Hai, Brian," sapa balik Sintia dengan lesu seperti tak sarapan, tapi kenyataannya memang begitu.Melihat Sintia lesu seperti itu membuat kebingungan hinggap diwajah Brian, remaja yang memiliki setengah darah Eropa itu duduk dihadapan Sintia."Ada apa? Kenapa tampak lesu sekali?" tanya Brian dengan sedikit aksen Inggris, anak itu masih belum terbiasa menggunakan aksen Indonesia walau sudah tiga tahun berada disini.Sintia tersenyum lemah dan lebih memilih un
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status