Semua Bab Married with My Best Friend (INDONESIA): Bab 61 - Bab 70
71 Bab
Bab 61. Suamimu Bersamaku
“Jadi, menurutmu, tindakanku ini salah? Memberi Vela waktu untuk berpikir itu salah? Kau tidak mengerti apa yang kuhadapi, Ger. Aku sudah memberikan semua yang kupunya. Waktuku, perhatianku, hatiku. Tapi, dia masih menganggap itu sandiwara. Lalu, kalau memang sikapku ini salah, apa yang harus kulakukan? Hah? Apa?”Roger pun terdiam. Baru kali ini ia mendengar Eridan berbicara banyak tentang isi hati. Perasaan yang tidak pernah ingin ia ketahui sudah telanjur diumbar dan nama yang juga terukir dalam dadanya telah disebutkan. “Kau meminta saran dari orang yang mencintai istrimu? Apa kau masih waras?”Si lawan bicara pun mendenguskan tawa hambar. “Tentu saja aku waras. Kalau aku sudah gila, tidak mungkin aku datang ke sini dan masih menganggapmu sahabat. Kau pikir aku tidak tahu kalau sejak pertama kau bertemu dengan Vela, kau selalu memperhatikannya? Aku tahu, Ger. Karena itu, aku sangat menghargai semua yang kau lakukan untukku. Kalau aku ada di posi
Baca selengkapnya
Bab 62. Jebakan
Sepanjang jalan, Vela terus meremas ponselnya. Keresahan tak mampu lagi diredam, sama seperti air mata yang tak berhenti membasahi wajah.“Engh, apa yang harus kulakukan? Bagaimana jika aku tidak mampu berdiri saat melihat Ridan di kamar itu bersama perempuan lain? Harus dengan cara apa aku membawanya pulang? Apa kutinggalkan saja dia di sana? Atau lebih baik, kubiarkan mereka bermalam berdua?”Selang keheningan sesaat, kepala Vela menggeleng-geleng tak sepakat.“Tidak mungkin aku membiarkan mereka berzina. Kalau memang mereka ingin bersama, bukan begini caranya. Masalah ini harus diselesaikan dengan benar.”Setelah menarik napas cepat, tangan perempuan yang gemetar itu mulai mencari kontak seseorang. Sesaat kemudian, ia pun menempelkan ponsel ke telinga.“Ayolah, Roger .... Angkat teleponku,” gumamnya gelisah. Sayangnya, si pengacara tidak menjawab. Bahkan hingga percobaan ketiga, nada sambung teta
Baca selengkapnya
Bab 63. Obat Perangsang (2)
“Kau yakin itu tidak apa-apa?” tanya pria yang mengernyit melihat darah di celana Vela. Tampangnya seperti baru saja memakan lemon yang sangat masam. “Astaga, Res. Kenapa kau pengecut sekali, sih? Itu cuma darah menstruasi. Tidak apa-apa. Kita saja pernah melakukannya ketika aku sedang dalam periode.” Selang keheningan sejenak, pria itu kembali menggeleng. “Tidak mungkin. Dia enggak memakai pembalut. Pasti itu bukan darah menstruasi.” Cassie pun menggaruk-garuk kepala tak habis pikir. “Jadi, sekarang, kau mau menyia-nyiakan semua usaha kita? Kau tinggal sedikit lagi mendapatkan Vela, Res. Come on!” “Tapi tidak dalam kondisi seperti ini, Cas. Kalau seandainya terjadi apa-apa pada Vela, bagaimana? Aku tidak mau dituduh sebagai pembunuh.” Helaan napas lelah kini berembus dari mulut si pencetus ide. “Ares, dar
Baca selengkapnya
Bab 64. Di Sini Menjagamu
“Vela ..., ini aku, Vel. Eridan,” ucap sang pria dengan suara lembut dan pelan.Bukannya sadar, Vela malah semakin menunduk, menyembunyikan setengah wajah di balik lipatan tangan. Ketika sang suami melangkah maju, ia bahkan bergeser menjauh tanpa peduli batas kasur.“Vel, jangan takut ...” bisik Eridan yang terus berjalan. Sebelah tangannya pun terangkat perlahan, mencoba menaklukan kekalutan sang istri. Akan tetapi, semakin pendek jaraknya dengan pundak Vela, semakin gemetar tubuh wanita itu.“Vel,” panggil pria itu lembut. Tangannya telah berhasil menyentuh sang istri. Namun, belum sempat ia lanjut bicara, suara tangis sudah lebih dulu pecah.“Jangan takut, Vel. Ada aku di sini. Hm?” ucap Eridan ketika menyejajarkan pandangan. Alih-alih menjawab, perempuan itu hanya menggeleng-geleng tanpa kata.“Vela, tatap mataku,” pinta sang pria sembari memindahkan tangannya dari pundak menuju pipi sang istri.
Baca selengkapnya
Bab 65. Alasan Sesungguhnya Eridan Melamar Vela
“Kenapa Oma bertanya seperti itu?” selidik Vela tak langsung memberikan jawaban.“Karena saat bertemu dengan Ares, dia mengatakan seperti itu. Kalau memang benar demikian, maka pernikahan kalian tidak seharusnya dilanjutkan. Oma tidak akan memaksamu dengan pria mana pun lagi.”Deg! Jantung Vela sontak memompa darah lebih kencang. Ia tidak menyangka jika topik tentang perceraian kembali mencuat. “M-maksud Oma?” tanyanya pura-pura tak mengerti.“Ya, kalau memang benar itu alasan pernikahan kalian, maka sekarang kalian harus bercerai. Bukankah keadaan sudah berubah. Kamu tidak perlu seseorang untuk dijadikan tameng dari perjodohan.”Helaan napas pun berembus samar. Udara di sekitar Vela mendadak beku, sama dengan raganya yang mematung. Otaknya terlalu sibuk mencerna perintah neneknya.“Kenapa? Kamu tidak mau menceraikan Eridan?” tukas sang nenek sukses menarik kembali perhatian cucunya. Alis Vela kini
Baca selengkapnya
Bab 66. Rahasia di Bawah Pohon
“Kamu sedang apa, Vel? Bukankah dokter bilang kamu enggak boleh melakukan aktivitas berat dulu?” tanya Eridan ketika mendapati istrinya sedang mencuci beras. “Memasak bukan aktivitas berat, Ridan.” “Tetap saja, kamu mengeluarkan energi ketika memasak,” protes pria yang berkacak pinggang di samping istrinya. “Bernapas juga mengeluarkan energi. Jadi, aku enggak boleh bernapas?” celetuk Vela menggemaskan. Sang suami langsung terpancing untuk mengecup bibirnya yang mengerucut. “Apa kamu lupa? Ada urusan penting yang harus kita selesaikan,” tutur Eridan seraya menaikkan alis. “Tunggu sampai aku selesai memasak, ya,” timpal Vela tanpa perlu mengingat-ingat. Hal itu sudah memenuhi otaknya sejak tadi malam, saat orang-orang yang menjenguknya sudah pulang. “Tidak usah memasak, Vela. Kita pes
Baca selengkapnya
Bab 67. Yang Lalu Biarlah Berlalu
“Aku pergi ke bar itu karena Roger memintaku untuk menemaninya,” jawab Eridan seraya merapikan rambut Vela yang menutupi leher.“Kenapa dia mau ditemani? Apakah dia mau memperkenalkanmu kepada seseorang?” terka perempuan itu asal. Tanpa terduga, pria yang sedang duduk di tepi ranjang mengangguk dengan tampang datar. “Siapa?” Mata Vela otomatis membulat.“Orang tuanya.”Kerut alis si wanita sontak bertambah dalam. “Orang tuanya? Tapi, kenapa memilih tempat di bar?”“Karena bar itu milik orang tua Roger.”Mulut Vela spontan menganga. “Seorang pengacara memiliki bar?”Tawa kecil pun berembus dari mulut Ridan. “Bukan orang tua angkat Roger, Vel, tapi orang tua kandungnya.”Sang istri seketika berkedip-kedip heran. “Tunggu dulu. Jadi, Roger itu anak angkat?”Eridan kembali mengangguk. “Ya. Aku tidak bisa menceritakan secara rinci, tapi intinya, Roger dul
Baca selengkapnya
Bab 68. Nostalgia
“Loh, Pa? Sepatu siapa ini?” tanya Nyonya Aster begitu mendapati sepatu asing di samping tempat anak bungsunya meletakkan sepatu. “Bukan sepatu Carina?” celetuk sang suami dengan raut tak acuh. “Bukan dong, Pa. Ukurannya saja besar begini,” terang sang istri heran. “Mama,” sapa seorang anak kecil berambut panjang. Mata bingung sang wanita sontak berubah hangat. “Eh, Carina ... kamu lagi apa?” “Nonton TV.” “Sama Kakak?” tanya sang ibu sambil menghampiri. “Sendiri.” “Tumben? Kakakmu mana?” tanya Nyonya Aster seraya membelai rambut putrinya. “Di kamar. Katanya mau mengerjakan tugas bareng teman.” “Teman?” Mata Nyonya Aster terbelalak. Setelah berkedip-kedip cepat, wanita
Baca selengkapnya
Bab 69. Permainan yang Berujung Keterbukaan
“Ridan ... kamu harus membayar berapa untuk menyewa tempat ini?” bisik Vela ketika sang suami menarik tangannya memasuki sebuah gedung mewah. Dengan sudut bibir terangkat misterius, pria berkemeja merah itu mendekat ke telinga istrinya. “Tidak mahal, kok. Aku dapat diskon karena pemilik gedung ini berteman dekat dengan Roger.” Setelah mengedipkan sebelah mata, ia membawa istrinya masuk ke lift. “Terima kasih, ya, Ridan. Kamu sudah melakukan banyak hal untukku,” tutur sang wanita selagi lantai yang mereka pijak bergerak naik. “Vela, pesta bahkan belum dimulai, tapi kamu sudah berterima kasih kepadaku? Bagaimana kalau kamu simpan rasa syukurmu itu sampai tiga minggu lagi,” tutur Eridan seraya mengangkat alis. Dengus napas langsung berembus dari hidung istrinya. “Sampai kita boleh berhubungan, maksudmu?” “Tepat sekali
Baca selengkapnya
Bab 70. Ciuman Pertama yang Sesungguhnya (TAMAT)
“Ridan, kamu masih berutang penjelasan kepadaku!” desak Vela ketika suaminya masuk ke dalam kamar. Ia bahkan tidak membiarkan pria itu mengenakan baju terlebih dulu.“Penjelasan apa sih, Vel?” desah Eridan seraya menarik celana dari lemari dan mengenakannya.“Kamu jangan pura-pura lupa, deh. Tentang ciuman pertama kita. Kenapa kamu menjawab di perpustakaan?”“Kalau aku jujur, kamu bakal marah, enggak?” tanya sang pria dengan sebelah alis terangkat. Dengan langkah santai, ia menghampiri istrinya yang duduk di ranjang.“Tergantung,” sahut Vela seraya mengangkat sebelah bahu.Dengan senyum misterius, Eridan ikut duduk di atas kasur. Sambil menatap istrinya lekat-lekat, ia pun memulai cerita. “Dulu itu, kita sering belajar di perpustakaan, kan? Tempatnya sepi, cocok untuk belajar tapi bikin mengantuk.”Mulut Vela tiba-tiba menganga tanpa suara. Setelah mengangguk-angguk, barulah perempu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status