Semua Bab Bukan Suami Biasa: Bab 71 - Bab 80
106 Bab
Menemui Sinta
Di pagi itu Abian duduk termenung sendirian. Pikirannya masih tak karuan. Terlebih lagi Emily terus menangis semalaman. Dan akhirnya pagi ini dia mengalami demam. Padahal sejak semalam Abian sudah berusaha untuk membujuknya supaya berhenti menangis. Tapi seolah tak mendengarkan, Emily terus terisak sambil terbaring memunggungi Abian. Emily menangis bukan hanya karena pertengkarannya dengan Abian semalam. Tapi karena di dalam kepalanya terbentuk prasangka buruk yang menyatakan kalau Abian mulai menyukai Sinta. Mungkin karena itu suaminya mempercayai kata-kata Sinta. Sampai-sampai tega mencurigainya seperti itu. Oh, Emily pun bersedih dan kecewa karena prasangka yang ada di kepalanya itu. Prasangka yang dia ciptakan sendiri yang belum terbukti kebenarannya.Oh, bagaimana jika benar itu terjadi? Sekarang saja dia sudah mulai kehilangan kepercayaannya padaku. Menuduhku seperti itu hanya karena termakan cerita bohong Sinta. Apa lagi jika benar Sinta berhasil menguasai
Baca selengkapnya
Sebuah Penyesalan
Wajah Sinta memucat. Dia seperti melihat hantu di siang bolong. Kedatangan Inung benar-benar mengejutkan dan tak diduganya sama sekali. Dan dia tahu untuk apa Inung datang ke sana pagi ini. Itulah yang membuat Sinta takut. Ingin lari tapi tak mungkin. Mereka telah terlanjur bertatap muka seperti itu. Mau tidak mau dia harus menghadapi Inung. Meski pun dia tahu kalau dia tak kan berkutik karena di sana ada ibunya. Oh, Sinta tahu ibunya pasti akan mengamuk jika tahu perbuatannya memfitnah Emily kemarin. Dan Guntur, apa yang akan dia katakan nanti? Sinta merasa malu jika mereka semua tahu tentang perbuatan jahatnya itu."Mbak Inung?" Suara Sinta seperti orang yang tercekik.Inung pun terus menatap tajam. Dari wajahnya Sinta bisa melihat jika Inung menyimpan emosi. Sinta pun menelan ludah. Gadis itu merasa seperti akan diinterogasi dan disidang saat itu juga. Sedang dia tahu, dia berada di posisi bersalah. Tak bisa mengelak atau pun membela diri."Saya datang untuk
Baca selengkapnya
Sebuah Permintaan Maaf
Abian mematikan kompor. Bubur yang dimasaknya untuk Emily baru saja matang. Lalu disendoknya sedikit ke dalam piring. Kemudian ditambahkannya dengan sebutir telur rebus dan sepotong ayam goreng kesukaan Emily. Dan segera dibawanya ke kamar.Abian tahu, Emily telah bangun beberapa saat yang lalu. Sebab ketika tadi Abian melihat ke dalam kamar, tampak Emily yang sedang terbaring sambil memandang keluar jendela. Tapi Abian tak mau mengganggu. Dia segera kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak bubur."Mily," panggil Abian ketika masuk ke kamar.Emily tak menyahut. Dia hanya menoleh dan memperhatikan suaminya yang masuk sambil membawa sepiring sarapan."Sarapan dulu, yuk. Saya sudah buatkan sarapan untuk kamu. Bubur dengan lauk telur rebus dan ayam goreng. Kamu pasti suka," kata Abian dengan nada lembut sambil duduk di tepi tempat tidur."Mas Abi buatkan saya sarapan?" tanya Emily pelan.Abian mengangguk. "Biasanya juga kan saya sering bikinin
Baca selengkapnya
Pengakuan Pak Diman
Siang itu ibunda Emily sedang duduk sendirian di ruang tengah. Televisi menyala sementara matanya lurus menatap keluar jendela. Kaca jendela besar yang ada di ruangan itu memang menghadap ke taman samping yang indah. Tapi ibunda Emily sepertinya tidak sedang menikmati keindahan taman itu. Sebab pandangan matanya seolah tampak kosong menerawang entah kemana.Ibunda Emily memang sedang dilanda gelisah. Masalah demi masalah yang terjadi akhir-akhir ini sungguh mengganggu pikirannya. Tentang pertengkaran kedua putrinya. Tentang persoalan yang terjadi antara Emily dan Tomy. Juga tentang bayang-bayang masa depan keluarga mereka yang sepertinya akan terpecah belah. Jika pertengkaran antara Emily dan Sandra masih terus terjadi saat dia tiada nanti, apakah yang akan terjadi? Akan terus terpecahkah kedua putrinya itu. Lalu anak-anak mereka, akankah mereka menjadi asing satu sama lain? Antara anak-anak Emily dan anak-anak Sandra, akankah mereka saling menyayangi dan menjadi satu keluarg
Baca selengkapnya
Keputusan Terakhir Untuk Tomy
<span;>Tomy duduk diam mendengarkan kesaksian Sinta atas tuduhan Emily terhadapnya. Kesaksian Sinta itu memberatkannya. Tapi Tomy menanggapinya dengan tenang. Dia merasa masih bisa berkelit dari tuduhan itu walaupun Sinta membenarkan cerita Emily yang menyudutkannya sebagai tersangka. Panik hanya akan menunjukkan kalau dia benar bersalah, Tomy paham benar itu. Sepertinya bersikap tenang bisa mengecoh pemikiran orang. Jika orang melihatnya tenang, maka bisa jadi orang itu akan berkesimpulan kalau sesungguhnya dia tidak bersalah. <span;>Dengan santai Tomy pun duduk bersandar di samping Sandra, istrinya yang masih terus setia berpihak padanya. Dibiarkannya Sinta terus menceritakan kejadian itu sesuai seperti apa yang dilihatnya waktu itu. Tomy tak menyela, meski dia mengumpat kesal dalam hati. <span;>Brengsek benar perempuan satu itu. Kenapa pula dia mau menjadi saksi untuk Emily? Bukankah dia bilang kalau hubungannya dengan Emily selama ini ti
Baca selengkapnya
Anugerah Terindah
<span;>Hari-hari berikutnya berlalu dengan indah. Abian dan Emily menikmati tiap detik yang berlalu dengan penuh kehangatan kasih sayang. Sampai pada suatu hari Abian merasa kalau Emily mulai berubah dari biasanya. Entah mengapa tiba-tiba saja istrinya itu jadi sangat cengeng dan manja. Bahkan kadang Emily merengek meminta sesuatu yang sulit untuk Abian dapatkan. <span;>Abian merasa kesabarannya sedang diuji. Emily benar-benar membuatnya pusing. Hampir setiap pagi dia menangis jika akan ditinggal Abian pergi ke toko. Dia merengek tak ingin ditinggalkan sambil memeluk Abian erat-erat. <span;>"Saya kan harus bekerja, Mily. Saya harus cari uang. Kan nggak mungkin saya di rumah terus menemani kamu?" bujuk Abian di pagi itu. <span;>Emily menggeleng. Dia memeluk Abian erat-erat. <span;>"Kenapa kamu jadi begini, Mily? Kan sudah setiap hari saya pergi ke toko dan kamu menunggu di rumah. Kenapa sekarang jadi cengen
Baca selengkapnya
Tamu Dari Jogja
<span;>Season 2 <span;>Beberapa bulan kemudian. <span;>Perempuan berusia lima puluh lima tahun yang berparas cantik itu menatap ayah dan ibunda Emily dengan wajah yang cemberut. Tampaknya dia sedang benar-benar kesal saat itu. Sementara ayah dan ibunda Emily duduk di hadapannya dengan sikap yang serba salah. Mereka tahu, mereka salah. Dan mereka memaklumi amarah perempuan yang ada di hadapan mereka itu. <span;>Perempuan itu adalah Widya. Kakak ayah Emily yang tinggal di Jogja. Emily dan Sandra biasa memanggilnya Bude Wid. Hari ini Bude Wid datang karena ingin menitipkan putri bungsunya di rumah ayah Emily supaya putrinya yang bernama Nadya itu bisa kuliah di Jakarta. Tapi Bude Wid terkejut saat mendengar kabar jika Sandra telah bercerai dengan Tomy beberapa bulan yang lalu dan Emily telah menikah dengan seorang laki-laki yang sederhana. <span;>Bude Wid marah karena tak mendapat kabar tentang apa yang telah
Baca selengkapnya
Melahirkan
<span;>Emily merintih merasakan sakit pada perutnya. Dia menggenggam tangan Abian kuat-kuat sambil mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba datang menyerang. Rasa sakit ini tak biasa. Bukan rasa sakit pada perut yang pernah Emily rasakan sebelumnya. Rasa sakit ini membuat Emily berpikir jika seluruh isi perutnya akan rontok jatuh keluar. Emily merasa takut. Apakah yang terjadi dengan perutnya. Apakah sudah waktunya? Tapi bidan Aini bilang masih sekitar dua minggu lagi proses kelahiran bayinya. Apakah bayinya sudah tidak betah di dalam dan ingin segera keluar? Apa dia ingin segera melihat wajah ayah dan bundanya? Oh, Emily semakin takut ketika rasa sakit itu semakin kuat menyerangnya. <span;>"Ada apa, Emily?" Abian panik. <span;>"Sakit, Mas" rintih Emily menyahuti. <span;>"Sakit? Apa bayinya akan lahir sekarang? Tapi Bidan Aini bilang masih dua minggu lagi." <span;>"Saya nggak tahu, Mas. Jangan kasih saya
Baca selengkapnya
Terpesona
<span;>Amanda terlelap dalam gendongan neneknya. Dia tampak nyaman sekali. Ibunda Emily memang terus menggendongnya sejak tiba tadi siang. Seperti enggan untuk melepaskan cucunya itu dari dekapannya. <span;>Siang ini keluarga Emily datang ke rumah Abian karena Emily dan bayinya telah pulang dari klinik Bidan Aini. Kedua orangtuanya, juga Sandra dan bayinya datang menjenguk. Bahkan Nadya pun ikut. Gadis muda itu ikut bahagia melihat Amanda. Sedangkan Emily tampak terkejut melihat kedatangan sepupunya itu. <span;>"Jadi Nadya akan melanjutkan kuliah di sini?" tanya Emily senang. <span;>"Ya, saya mau cari kampus yang terbaik buat saya. Tapi ibu kasih syarat kalau saya harus tinggal di rumah Mbak Mily. Tidak boleh kost, apa lagi beli apartemen sendiri," sahut Nadya dengan kelakar. <span;>"Mily pun sepertinya harus kembali ke rumah dan tinggal di sana sekitar satu atau dua bulan," sambung ibunda Emily menimpali
Baca selengkapnya
Bayu
<span;>Monik menggendong Amanda dikelilingi oleh dua orang teman perempuan lainnya. Mereka tampak gemas melihat wajah cantik Amanda. Mirip Emily, kata mereka ribut menilai. Sementara Edo dan seorang teman laki-laki lainnya hanya duduk memperhatikan. Mereka seperti menunggu giliran untuk menggendong Amanda. Mungkin nanti, setelah para gadis itu puas menimang bayi mungil itu. <span;>Emily duduk bersandar di sofa sambil tersenyum. Dia senang karena teman-temannya datang siang ini. Mereka berkumpul di ruang tamu. Asyik mengobrol dan menimang Amanda bergantian. <span;>Bayu, teman laki-laki yang duduk di sebelah Edo, tersenyum manis pada Emily. "Putrimu cantik, Mily," ucapnya. <span;>"Secantik bundanya?" timpal Emily. <span;>"Ya, secantik bundanya." Bayu menyahuti masih dengan senyum manisnya. <span;>"Hus! Nggak boleh memuji seperti itu. Emily sudah jadi istri orang. Cinta lama kalian nggak bol
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status