Lahat ng Kabanata ng PERNIKAHAN YANG TERNODA: Kabanata 11 - Kabanata 20
126 Kabanata
11. CIUM AKU, BAS!
"Aku ke sini cuma mau mengantar surat perceraian kita, Lin..." ucap Basti memecah keheningan yang tercipta di antara dirinya dan Raline sejak lima belas menit yang lalu, sekembalinya sang istri dari kamar mandi.Suasana kian terasa semakin canggung, persisnya setelah insiden tadi. Sebuah insiden yang hampir saja membuat Basti kehilangan kendali dan lepas kontrol, karena saking takjubnya melihat pemandangan indah yang terpampang jelas didepan mata kepalanya sendiri. Sebuah ketidaksengajaan yang memanjakan mata dan menyegarkan pikiran."Tapi aku belum menandatangani berkas itu. Dan alasan aku datang ke sini malam ini, aku cuma mau memastikan lagi, apa iya kita ini memang harus bercerai Lin? Apa nggak ada jalan keluar lain untuk menyelesaikan masalah kita selain bercerai?" lanjut Basti lagi. Dia mulai mengutarakan niat utamanya kenapa dia kembali mendatangi rumah Raline. Sungguh
Magbasa pa
12. TATO ULAR
Raline tahu saat kejadian pemerkosaan itu dirinya tidak benar-benar kehilangan kesadaran. Dia masih bisa mendengar suara-suara di sekitarnya meski samar. Dia masih bisa melihat meski hanya dalam bayang-bayang. Terlebih dia bisa merasakan, saat sesuatu tengah merobek liang senggamanya secara paksa. Menyiksanya tanpa ampun dengan hentakan-hentakan kasar dan penuh keberingasan. Tanpa mereka perduli dengan rintih kesakitan yang terus di teriakan oleh Raline. Suaranya yang sangat pelan jelas tak mampu menyaingi bunyi berisik di dalam ruangan bercahaya redup itu. Dan pada akhirnya, hanya air matalah yang menemani. Seiring berjalannya waktu yang saat itu terasa sangat panjang bagi Raline. Sampai pada saatnya, Raline merasa tubuhnya kehilangan tenaga dan semakin melemah. Hingga setelahnya, Raline benar-benar kehilangan kesadaran dan tak tahu lagi apa yang
Magbasa pa
13. DAMAI
"Tato ular..." ucap Raline pelan. Kening Basti mengkerut, apa maksudnya? Tato ular apa? Pikirnya membatin. Basti benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi malam ini. Dan ketidakmengertiannya terus berlanjut saat tiba-tiba Raline bangkit dari pojok kasur dan beranjak mendekat ke arah Basti. "Buka baju kamu, Bas!" perintah Raline dengan nada suara tegas dan serius. Tatapannya lurus ke arah Basti. "Kamu itu kenapa sih Lin? Aku nggak memaksa kamu melakukannya. Kalau kamu memang nggak mau ya udah nggak usah tarik ulur kayak gini!" ucap Basti yang mulai dilanda perasaan kesal. Dia merasa dipermainkan oleh Raline. "CEPET BUKA BAJU KAMU!" teriak Raline lagi. "OKE-OKE, FINE! Tapi kamu jangan teriak-teriak begitu. Nggak enak kalo di dengar orang dari luar," Basti mendengus jengkel. Dia membuka kausnya dan mengedikkan bahu. "Apalagi sekarang?" tanyanya dengan nad
Magbasa pa
14. BAYU IS COME BACK
Pagi ini, Bayu bangun lebih awal. Dia tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya tentang ketidakadilan yang selama ini dia peroleh. Kini Bayu sudah mulai menerima Helen sebagai Ibu Kandungnya. Pun menyanggupi permintaan Helen untuk mengambil alih seluruh tanggung jawab perusahaan sang Papi, Jonas Michael Dirgantara, untuk di tangani langsung oleh Bayu. Mulai hari ini, Bayu dan Mira sudah tinggal menetap di kediaman Helen. Helen dan Mira sangat terkesima saat melihat penampilan Bayu pagi ini. Laki-laki itu terlihat begitu tampan dengan balutan jas hitam kantornya. Dia berjalan ke arah Mira dan Helen yang sedang sarapan di meja makan. "Morning, beautiful ladies," sapa Bayu dengan senyuman termanis yang dia miliki. Dia mengecup pipi Helen dan Mira sebelum dia duduk untuk bergabung di meja makan. Helen sangat senang dengan perub
Magbasa pa
15. PERTEMUAN DI MUSHOLA
"Mih? Mamih? Hellowww..." panggil Bayu yang mengibas-ngibaskan sebelah tangannya di depan wajah Helen. Tak lama Helen pun tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum pada Bayu. "Kok Mamih malah ngelamun, pikirin apa sih Mih?" tanya Bayu lembut. Dia sudah pindah posisi di samping Helen. Bayu menggenggam lembut jemari Helen dan mengusapnya pelan. Seolah memberi support pada Helen untuk tidak terus larut dalam kesedihan. "Jujur, Mamih kangen banget sama Basti, kakakmu, Bayu... Mami merasa sudah sangat jahat selama ini karena Mamih selalu menggagalkan usaha Basti setiap kali dia mendapat pekerjaan. Mamih cuma nggak mau Basti harus lelah bekerja demi menafkahi wanita itu. Tapi, setelahnya Mamih sadar dengan kekeliruan Mamih, itu sebabnya Mamih meminta bantuan sutradara kenalan dekat Mamih untuk mengajak Basti ikut dalam project film baru garapannya. Dan untungnya dia setuju, Kakakmu justru mendapat peran utama dalam filmnya. Dia bilang, Basti
Magbasa pa
16. KEJUTAN
Malam ini, senyum terus terukir di wajah Basti yang rupawan. Kerinduannya terhadap sang istri sebentar lagi akan terbayar. Basti akan menemui Raline sesampainya dia di Jakarta, setelah hampir dua minggu dia pergi ke luar kota untuk keperluan syuting. Tapi sebelum dia pergi menemui Raline, Basti berencana untuk mengunjungi rumah sakit terlebih dahulu untuk mengambil hasil tes DNA kandungan Raline. Rasanya Basti sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengan sang istri dan menumpahkan semua kerinduannya malam ini pada Raline. Ya, hanya mereka berdua. "Gue sekalian aja ikut lo ke rumah sakit ya, Bas? Biar nanti kita langsung ke salon. Rambut gue udah panjang nih," ucap Aksel ketika mereka baru saja keluar dari Bandara. Basti terdiam sesaat. Dia tampak berpikir. "Lo bilang tadi lo capek? Mendingan lo pulang aja dulu ke rumah, gue sendiri aja ke
Magbasa pa
17. SEKELUMIT KISAH MASA LALU
Raline kembali ke kantin bersama Bayu. Namun, dia tidak menemukan Joane di sana. Dan saat dia bertanya pada Mang Ujang, salah satu penjaga Kantin langganan anak-anak salon, Mang Ujang bilang Joane ada tamu yang menunggunya di salon, jadi dia membungkus makanannya dan langsung naik ke atas. Jadilah, Raline menikmati makan malamnya bersama Bayu. Karena suasana Kantin yang panas dan pengap tanpa AC, Bayu jelas merasa kegerahan. Dia membuka jas kantornya, dasinya dan beberapa kancing bagian atas kemejanya juga melilit lengan kemeja putihnya sebatas siku. Raline bisa melihat peluh menetes di bagian pelipis dan kening laki-laki itu. "Kamu nggak nyaman makan di sini Bayu?" tanya Raline yang jadi tak enak hati, karena sebelumnya Bayu sempat m
Magbasa pa
18. KEDATANGAN DIREKTUR BARU
Sepanjang perjalanan meninggalkan kantin tadi, Bayu terus mengajak Raline bicara, tapi Raline hanya menanggapinya tanpa minat. Dan saat mereka mulai memasuki lift, keadaan lift yang ramai membuat Raline dan Bayu mau tak mau berdesak-desakan di dalam lift itu. Posisi mereka yang berdiri berhadapan membuat Raline merasa begitu risih hingga dia terus menundukkan kepalanya yang bahkan beberapa kali membentur dada Bayu dihadapannya, saat orang-orang yang berdiri di belakangnya mendorongnya maju. Sementara Bayu, justru sangat menikmatinya. Bahkan senyumnya tak sama sekali sirna sepanjang mereka menaiki lift tersebut. Hingga akhirnya, mereka pun sampai di lantai dua tujuan mereka. Raline cukup terperanjat saat Bayu yang lebih dulu keluar dari dalam lift tiba-tiba langsung menggandeng jemari Raline dengan santainya. Hingg
Magbasa pa
19. HELEN ANASTASIA DIRGANTARA
"PERHATIAN, IBU MELVI LAGI DI PERJALANAN KE SINI SAMA DIREKTUR BARU PENGGANTI PAK JOHN, NAMANYA IBU HELEN ANASTASYA," "Mba, tolong bilas rambut saya sekarang, bisa?" Raline bisa mendengar kalimat yang di ucapkan Basti pada Melda tepat saat Riana selesai berteriak. "Tapi, massagenya baru sebentar nggak apa-apa?" tanya Melda tak yakin. Padahal dia sangat menikmati pemandangan wajah Basti yang dinilainya sangat sensual dan sexy. "Nggak apa-apa. Saya buru-buru," Melda jadi cemberut karena setelahnya Basti langsung bangkit menuju washback. Sementara Raline sendiri masih bingung dan bertanya-tanya. Melihat sikap Basti yang seperti itu, apa iya Helen Anastasya yang di maksud Riana itu adalah ibu mertuanya? Raline masih sibuk dengan pikirannya saat tiba-tiba, lengannya di tarik paksa dengan gerakan yang tak di sangka-sangka.
Magbasa pa
20. ANAK HARAM
"Mamih?" gumam Basti pelan. Malah hampir tak bersuara. Raline menyeka air matanya. Dia menggeser tubuhnya menjauh dari Basti. Helen masih diam dan menatap Basti dan Raline secara bergantian. Perasaan rindunya pada Basti cukup meredam perasaan bencinya pada wanita murahan yang kini berdiri di samping Basti. "Kamu masih marah pada Mamih, Nak?" tanya Helen lagi. Dia melangkah sekali lagi. Dia hendak memeluk Basti. Meski setelahnya Helen tidak merasakan pelukannya mendapat sambutan. "Pulang Basti, pulang..." Helen mulai terisak di balik dada buah hatinya yang sangat dia cintai. Meski, dia tahu, kini Basti sangat membencinya. "Basti akan pulang kalau Mamih bersedia menerima Raline sebagai m
Magbasa pa
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status