All Chapters of DERSIK: Chapter 151 - Chapter 160
198 Chapters
Chapter 151
Melihat sosok Yuan yang mulai terlelap, paman Fia mulai bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah rak buku yang ada di belakangnya.“Ikuti paman” ucap paman Fia sambil menatap ke arah Fia secara sekilas. Setelahnya dia mulai mencabut salah satu buku yang ada di sana hingga terbukalah jalan rahasia yang selama ini dia sembunyikan. Dengan patuh Fia mengikuti langkah pamannya dari belakang.Di sepanjang lorong mata Fia tak henti-hentinya menatap dengan takjub dengan pemandangan di sekitarnya.Bagaimana tak takjub, ini benar-benar seperti lorong-lorong di dalam gua dan Fia suka itu.Langkah pamannya mulai terhenti dan Fia tak menyadari itu. Dengan pelan kepala Fia membentur punggung belakang sang paman.“Eh?” kejut Fia saat melihat punggung pamannya di depannya.“Konsentrasi Fia” ucap paman Fia dengan datar.“Baik paman, maaf” ucap Fia dengan kepala menunduk, merasa menyesal. Setelah itu mereka kembali berjalan menyusuri lorong tadi, hingga sampailah mereka di titik pusat ruang rahasia
Read more
Chapter 152
Fia mengambil alih pisau tadi dan mendekatkan ke jari telunjuknya. Dengan mata sedikit tertutup Fia mulai mengoreskan pisau tadi ke jarinya. Entah karena terlalu tajam atau dia yang terlalu menekan, intinya luka yang dia goreskan cukup besar. Nyatanya jarinya mengeluarkan darah cukup banyak.Melihat darah mulai menetes Fia dengan cepat membawa jarinya yang terluka ke arah kalung tadi dan meneteskannya ke tengah bandul yang berbentuk seperti matahari itu. Mungkin karena lukanya terlalu besar membuat darah yang menetes ke tengah bandul sebanyak dua tetes.“Hei” ucap sang paman dengan raut wajah sedikit kaget saat melihat seberapa banyak darah yang keponakannya teteskan ke kalung itu. Fia yang mendengar teguran dari sang paman hanya menatap dengan raut wajah bingung.“Bodoh” ucap sang paman sambil menarik jari keponakannya untuk menjauh dari kalung tadi. Bertepatan dengan itu, darah yang tadinya menumpuk di tengah-tengah bandul mulai terserah ke dalam kalung.“Kenapa?” tanya Fia dengan r
Read more
Chapter 153
Saat sinar tadi mulai meredup sang paman mulai membuka mata dan menatap ke arah kursi keponakannya. Betapa terkejutnya dia saat tak mendapati sosok keponakannya dan melihat sosok itu sudah tergeletak di atas tanah dengan tak berdaya.“Astaga” ucap sang paman dengan raut wajah panik dan mulai berlari ke tubuh lemah Fia. Dengan sekali angkat paman Fia membawa sosok lemah itu ke dalam gendongannya dan berlari keluar ruangan, hingga melupakan kalung tadi.Di atas meja sudah terdapat kalung yang sangat cantik dan indah. Kalung perak dengan bandul kecil sama persis dengan lambang Surya Majapahit. Kalung yang terlihat elegan dan cantik dalam waktu bersamaan, berbeda dengan penampilan awal tadi. Tadi, sebelum Fia meneteskan darahnya kalung itu terlihat sangat kuno. Dengan benang hitam dan bandul yang cukup besar.Di lain sisi.Paman Fia berlari dengan sosok Fia di dalam gendongannya, dengan raut wajah panik dia menyusuri setiap lorong. Hingga sampailah dia di pintu masuk. Matanya langsung men
Read more
Chapter 154
Fia duduk dengan raut wajah menahan pusing.“Di mana paman?” tanya Fia sambil menyenderkan punggungnya di senderan sofa.“Di sebelah, mau gue panggilin?” tawar Yuan dengan mata yang masih terfokus ke wajah Fia.“Enggak” balas Fia sambil menatap ke arah Yuan dengan sorot mata sanyuh.Keheningan mulai hadir di tengah-tengah mereka. Yuan yang bingung ingin berbicara apa sedangkan Fia sudah menutup matanya dengan tubuh dia senderkan di kepala sofa. “Kalung lu cantik” ucap Yuan sambil menatap ke arah kalung yang ada di leher Fia.“Hm?” gumam Fia dengan raut wajah heran. Dengan perlahan Fia mulai menatap ke arah lehernya dan di sana terlihat kalung perak dengan bandul Surya Majapahit.‘Kalung siapa?’ tanya Fia di dalam hatinya. Yuan yang menangkap raut wajah heran di wajah Fia sedikit bingung dan di juga baru sadar Fia memakai kalung.“Oh, sudah sadar?” tanya paman Fia di ambang pintu.“Yah” balas Fia dengan acuh tak acuh.Mendengar jawaban dari keponakannya yang seperti itu tanpa di ambil
Read more
Chapter 155
Fia membuka pintu ruangan dengan perlahan, saat pintu tadi terbuka terlihatlah sosok Fiko yang duduk di atas berangka dengan raut wajah sedih. Sedangkan di sofa pojok ruangan ada sosok Alvin dan Sasa yang sedang makan.Saat melihat sosok Fia, Sasa akan membuka mulut dan menjerit dengan histeris tapi semua itu tak jadi saat melihat peringatan dari sorot mata Yuan. Dengan rapat Sasa menutup mulutnya dengan mata menatap sosok Fia dengan penuh binar.Fia mulai berjalan mendekat ke arah berangka Fiko, sesampainya di sana Fia diam sejenak sambil menatap sosok Fiko dengan sorot mata sulit di artikan.‘Lagi-lagi, perasaan ini datang. Gue mohon semoga ini terakhir kalinya gue ngerasa kehadiran kak Fia ada di sini’ batin Fiko dengan perasaan sedih. Dia mengira bahwa perasaannya saat ini hanya haluan semata, karena sudah beberapa kali dia merasa bahwa sosok kakaknya ada di dekatnya tapi ternyata tak ada sosok yang dia cari.Fiko menunduk dengan raut wajah sedih hingga usapan lembut di kepalanya
Read more
Chapter 156
Saat ini Fia sedang duduk dengan tenang di sofa ruang inap Fiko. Tadi siang Fiko menjelaskan bahwa kedua orang tuanya setiap pagi ke rumah sakit dan menemani Fiko setelahnya pergi kerja. Sedangkan Bundanya harus banyak-banyak istirahat karena kondisi tubuhnya yang masih lemah.Fia sendiri juga belum melihat sosok orang tuanya, saat ingin pulang Fiko selalu meminta untuk Fia kembali menetap lebih lama dengan alasan dia tak ada yang menemani.Fia menatap sosok adiknya yang sedang tertidur di atas berangka, ada senyum manis yang terpatri di bibirnya saat melihat wajah tenang adiknya.Yuan pamit pulang setelah Alvin dan Sasa pulang. Lagi pula Fia juga tak memiliki alasan untuk tetap menahan Yuan menemaninya di sini.Mereka juga harus mempersiapkan semuanya, untuk dua hari lagi.Dengan perlahan Fia mulai memejamkan matanya dengan posisi duduk. Perlahan Fia mulai menyelami alam bawah sadarnya.Di celah-celah jendela, tanpa di sadari ada mata yang mengintip ke dalam ruangan.‘Ketemu’ ucap so
Read more
Chapter 157
Fia bangun dari tidurnya dengan perasaan yang sulit di artikan. Ada rasa senang, sedih dan cemas dalam waktu bersamaan.“Apa tadi?” batin Fia dengan raut wajah yang masih belum percaya.Fia diam beberapa saat untuk memikirkan kejadian yang menimpanya tadi. Hingga suara benda jatuh membuyarkan pikirannya. Suara itu berasal dari luar ruang inap Fiko.Fia melihat jam yang ada di ruangan itu dan ternyata sekarang sudah jam 00.05. Saat melihat pukul berapa sekarang hanya ada raut wajah tanpa emosi di wajah Fia.Tanpa mengintip pun dia sudah tau, apa yang menyebabkan suara itu. Yah, tentu saja ‘mereka’ siapa lagi memang.Dengan tenang Fia masih duduk di tempatnya, matanya fokus ke arah tempat tidur Fiko.Hingga suara-suara dari luar pintu mengganggunya. Mulai dari suara roda yang beradu dengan lantai, suara decitan kursi bahkan ada yang berani mengetuk pintu ruang inap Fiko.Bukan Fia namanya kalau tidak cuek, dengan rasa tak pedulinya dia menatap ke arah pintu. Di sana, dapat dia lihat b
Read more
Chapter 158
Fia masih menunggu di dalam lift hingga sampailah dia di lantai lima. Pintu lift mulai terbuka dan terpampanglah seorang perawat dengan pasien di kursi roda. Perawat itu mulai mendorong kursi roda tadi memasuki lift. Fia hanya menatap mereka tanpa minat dan raut wajah yang masih setia datar. Tapi ada secercah rasa penasaran saat melihat kedua orang di sampingnya ini.Mereka berdua sama-sama menundukkan kepala, bahkan helaian rambut menutup wajah sang perawat, padahal setahunya perawat di sini semua rambutnya di gulung tak ada yang tergerai.Tak ingin berpikir terlalu lama Fia hanya mengangkat bahunya dan kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.Matanya menelisik ke sepenjuru lift untuk menghilangkah rasa bosannya dan tanpa sengaja matanya tertuju ke arah kaca yang ada di dalam lift. Di kaca itu hanya menampilkan sosoknya, tak ada kedua sosok di sampingnya, dan jangan lupakan ada sebuah kursi roda, selang infus dan botol air PO yang melayang-layang.Dengan datar Fia menatap kedua sosok
Read more
Chapter 159
Pagi harinya Fia sudah segar dengan pakaian barunya. Semalam Ridwan bukan hanya membawakan buku untuknya tapi juga beberapa pasang baju untuk dia pakai.Dengan wajah segar, Fia berjalan ke arah sofa di pojok ruangan. Dia berniat melanjutkan acara bacanya yang sempat tertunda karena harus bersih-bersih.Dengan raut wajah serius dan konsentrasi penuh Fia membaca kata demi kata yang ada di setiap lembar kertas di depannya. Kalau ada beberapa hal yang penting maka dia akan mencatatnya di buku note. Agar jika dia lupa tak perlu membaca berpuluh-puluh lembar kertas, cukup membuka di buku note yang sudah dia sesuaikan dengan pembatas buku.Baru beberapa saat dia membaca buku, suara derit ranjang rumah sakit membuyarkan konsentrasinya. Di atas berangka ada sosok Fiko yang mulai terbangun. Dengan senyum cerah Fia menatap ke sosok adiknya dan tanpa suara dia mulai berjalan mendekat ke arah Fiko, meninggalkan tumpukan buku di atas meja.“Nyenyak?” tanya Fia sambil mengelus rambut Fiko dengan say
Read more
Chapter 160
Tadi pagi waktu kebersamaan mereka di habis dengan canda tawa. Fia yang terkadang menggoda Fiko dan Fiko akan mengadu ke Bundanya.Tapi kebahagiaan kecil itu tak bertahan lama, karena suara dering telepon sang ayah mengganggu mereka. Ayahnya mendapatkan panggilan dari kantor. Dengan buru-buru sang Ayah keluar dari ruang inap Fiko, dengan Bundanya menyusul langkah sang suami.Mereka meninggalkan kedua anaknya dengan perasaan sedikit kecewa. Apalagi Fiko, wajahnya langsung sedih dan lesu.Tak lama dering ponsel Fia membuyarkan lamunan mereka dan di layar itu tertera nama sang Bunda. Setelah mengangkat panggilan itu sang Bunda menjelaskan kalau Ayah mereka mendapat panggilan dari kantor dan kantor Ayahnya belakangan ini mengalami penurunan yang mengharuskan sang Ayah memberikan bayak waktu untuk pekerjaannya, bahkan sang Bunda terkadang membantu menyelesaikan masalah di kantor.Fia dan Fiko yang mendengar penjelasan sang Bunda mulai paham dan menerima penjelasan sang Bunda dengan lapang
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status