Semua Bab DERSIK: Bab 161 - Bab 170
198 Bab
Chapter 161
Malam harinya, Fia duduk termenung di ayunan taman belakang rumahnya. Dia sedang memikirkan kondisi adiknya. Dalam benaknya bertanya, apakah adiknya bisa melihat kembali seperti semula? Apakah sosok adiknya bisa kembali pulih?.Dengan nafas gusar Fia menutup matanya, ingin rasanya dia memberikan mata ini untuk sang adik. Jika kalau dia tak ingat tentang ucapan kedua orang tuanya mungkin dia sudah melakukannya.Orang tuanya bilang ‘Kamu masih mempunyai banyak hal yang harus di selesaikan, tanggung jawabmu bukan hanya Fiko. Pikirkan lagi tentang keputusanmu itu Fia’ kurang lebih seperti itu.Selain itu, dia juga memikirkan apa yang terjadi di hari itu, apakah dia akan menang atau kalah.Fia menatap ke atas dengan raut wajah gusar. Di sana, terdapat pemandangan yang cukup tak asing. Awan gelap dengan beberapa butir bintang, terkadang juga terlihat banyak dan jangan lupa bulan sabit yang terlihat sangat indah dan menawan.Fia masih memerhatikan langit malam hingga dia merasakan seseorang
Baca selengkapnya
Chapter 162
“Kak” panggil Fiko membuat pikiran Fia buyar dalam sekejap.Dengan perlahan Fia menatap ke arah sosok adiknya. Senyum getir terpatri di bibirnya saat melihat bagaimana sosok itu berjalan mencarinya. Tangan itu yang meraba-raba di sekelilingnya dan kaki yang dengan ragu melangkah ke arah depan.Tanpa Fia sadari air matanya mulai menetes melewati pelupuk matanya tanpa permisi. Matanya menelisik sosok di depannya dengan raut wajah sulit.Mata Fia sedikit membola saat melihat ke mana arah tujuan sang adik. Dengan kasar dia berlari ke arah Fiko sebelum sosok itu tercebur ke kolam ikan yang tak jauh darinya. Saat Fia akan menarik adiknya untuk menjauh, kejadian tak terduga malah menimpa mereka. Kakinya tersandung saat memegang tangan sang adik, membuat mereka berdua tercebur ke dalam kolam bersama.Fiko yang merasakan sakit dan tak tahu apa-apa hanya dia dengan raut wajah cengoh. Sedangkan Fia meraup wajahnya yang basah dan menatap tak percaya ke arah depan. Dalam benaknya dia merutuki kaki
Baca selengkapnya
Chapter 163
Saat ini Fia tidur di dalam kamar adiknya, tentu saja atas keinginan sang adik. Dia tidur di samping Fiko, dengan tangan memberikan usapan lembut di kepala adiknya.Matanya menatap ke wajah Fiko dengan raut wajah kosong, dirinya juga tak merasakan kantuk. Mungkin karena ramainya pikiran dia saat ini.Usapan di rambut Fiko terhenti dan tangan Fia berpindah di bentuk wajah Fiko. Tanpa sadar, senyum kecil hadir di bibirnya.‘Gue berharap lu cepet sembuh dek’ batin Fia sambil menyentuh mata Fiko pelan dan memberi sebuah usapan kecil di kelopak mata Fiko.“Kak” panggil Fiko saat merasakan jari-jemari Fia mengelus lembut kelopak matanya.Dia memang belum tidur sendari tadi, seperti kakaknya, dia juga banyak pikiran yang menghantui otaknya. Saking banyaknya, dia sampai bingung sendiri sedang memikirkan apa.“Belum tidur?” tanya Fia sambil menjauhkan tangannya dari kelopak mata Fiko.“Gak bisa tidur” ucap Fiko apa adanya.“Apa perlu gue baca ‘in dongeng sebelum tidur?” ucap Fia dengan nada su
Baca selengkapnya
Chapter 164
Hari yang di tunggu pun telah datang. Pagi ini Fia sudah menyiapkan semuanya di dalam tas punggungnya. Hanya menunggu hari menjelang malam dan dia sudah siap untuk berangkat.“Kak” panggil Bunda Fia dari pintu kamar.“Iya Bunda?” balas Fia sambil menengok ke arah Bundanya.“Makan dulu” ujar sang Bunda dan berjalan ke arah putrinya dengan senyum kecil.“Fiko udah turun?” tanya Fia sambil menatap sosok Bundanya.“Udah di meja makan sama Ayah” balas sang Bunda dan mengelus rambut Fia dengan sayang.“Ya udah, ayo” balas Fia dan tersenyum ke arah Bundanya. Dengan lembut Fia menarik tangan sang Ibunda menuju ke lantai bawah.Bunda Fia hanya bisa mengikuti langkah Fia dengan senyum kecil. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak.“Pagi semua” ucap Fia dengan senyum manisnya.“Pagi” balas Ayah Fia sambil menatap sang putri dengan senyum kecil.“Pagi kak” balas Fiko yang masih menatap ke depan dengan sorot mata kosong.“Adiknya kakak udah mandi nih ye..” goda Fia sambil me
Baca selengkapnya
Chapter 165
Tak terasa hari pun semakin sore dan Fia sudah siap-siap untuk ke sekolahnya. Saat ini dia sedang menunggu kedatangan Yuan.Fia duduk di tepi kasurnya dengan raut wajah sedikit aneh, entah kenapa dia sedikit merasa aneh dengan hari ini. Seperti ada kejadian besar menantinya. Entah kejadian apa itu, yang pasti hatinya bilang bahwa itu sesuatu yang buruk.“Fia” panggil sang Bunda sambil berjalan memasuki kamar anaknya.“Iya?” balas Fia dengan raut wajah heran.“Yuan udah dateng, dia ada di bawah” balas Bunda Fia dengan senyum manisnya.“Hm” gumam Fia dan berjalan keluar kamar dengan tas punggungnya di pundak.Fia berjalan ke arah ruang tamu dengan langkah pelan. Dari ujung anak tangga dapat dia lihat sosok Yuan duduk di ruang tamu dengan Fiko di sampingnya. Sesekali dia juga berbincang dengan Fiko.Fia mulai berjalan mendekati mereka dengan langkah tenang. Yuan yang merasakan kehadiran seseorang di dekatnya mulai melihat ke arah sosok Fia berada.“Udah?” tanya Yuan sambil bangkit dari
Baca selengkapnya
Chapter 166
Di sepanjang perjalanan mereka habisnya dengan keheningan. Fia yang menutup matanya dengan punggung dia senderkan di sandaran mobil, sedangkan Yuan membaca beberapa buku yang dia bawa dari rumah.Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan gerbang sekolahan yang terlihat sepi dan sedikit gelap. Fia mulai membuka mata batinnya dan menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah datar.Di depannya bukan hanya terlihat sebuah gedung sekolah yang sepi dengan halaman yang luas, tapi gedung sekolah dengan aura suramnya. Mungkin banyak tragedi yang membuat aura ini cukup pekat. Bukan hanya aura gelap, Fia juga melihat sekelebat aura berwarna merah yang tertiup oleh angin, dengan raut wajah tak bersahabat.Yah, semenjak Fia memakai kalung ini bukan hanya aura sosok astral saja yang bisa dia lihat tapi juga lingkungannya.Dengan langkah pelan Fia mulai berjalan ke arah gerbang sekolah, dengan perlahan Fia menyentuh gerbang dan membukanya.Saat Fia membuka gerbang itu, bagaikan ada angin b
Baca selengkapnya
Chapter 167
Mereka berjalan beriringan di koridor lantai pertama. Dengan tangan yang masih saling bertautan.Fia menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah tanpa emosi. Hingga matanya menangkap sesuatu hal yang membuatnya terpanah.Sebuah batu dengan cahaya ke abu-abu ‘an serta beberapa kunang-kunang yang mempercantiknya.Hingga sebuah suara memanggilnya yang membuat dia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.“Mau ke mana dulu Fi?” tanya Yuan sambil menatap ke sekelilingnya dengan raut wajah bingung.“Gak tahu, paman gak ngasih tau tempat yang pasti kita harus ke mana” balas Fia sambil mengangkat bahu tak tau.“Mulai dari gedung depan atau belakang?” tanya Yuan dengan mata menatap ke arah Fia.“Belakang?” ucap Fia sambil menatap ke arah Yuan meminta persetujuan.“Boleh” balas Yuan dengan anggukan di kepalanya.Setelahnya Fia dan Yuan mulai berjalan ke arah gedung belakang berada. Dengan langkah pelan mereka mulai menyusuri koridor menuju ke gedung belakang.Sesampainya mereka di lapangan
Baca selengkapnya
Chapter 168
“...” Fia dan Yuan sama-sama bungkam, tak ada yang mau mengeluarkan suaranya.Sosok itu menghentikan langkahnya, jaraknya sekitar 2 anak tangga dari Yuan dan Fia.‘Ku tanya sekali lagi, mau apa kalian ke sini?!’ ujar sosok itu dengan aura yang sangat suram.“Hanya urusan kecil” balas Yuan dengan raut wajah santai dan menarik sosok Fia ke belakang tubuhnya.‘Urusan kecil? Tapi melewati batas dua dunia?’ kata sosok itu dengan senyum mengejek.“Hanya pancingan” balas Yuan dengan santai, bagaikan mengobrol dengan temannya. Tak tahu saja bahwa dia sudah memasang postur tubuh siap siaga untuk melindungi Fia atau mengambil langkah seribu jika di perlukan.‘Hanya pancingan katamu?!’ geram sang sosok itu dan dengan raut wajah marah dia menatap ke arah Yuan.Yuan hanya diam dan memperhatikan sosok itu tanpa ekspresi sedangkan Fia menatap sosok itu di balik punggung Yuan.Dengan raut wajah masih sama sang sosok mulai mengangkat kepalanya dan mendekatkannya ke arah leher.Dengan ke dua tangannya
Baca selengkapnya
Chapter 169
“Ishh!” ringis Fia sambil memegang perut atasnya yang terasa nyeri.Yuan yang mendengar ringisan Fia mulai menatap ke sumber suara dengan raut wajah cemas dan raut wajahnya berubah panik saat melihat seteguk darah di lantai.“Fi” panggil Yuan sambil mendekat ke arah Fia, melupakan rasa sakitnya.Fia mendengarkan panggilan itu tapi tak menjawabnya, karena rasa sakit yang dia rasakan di area perut atasnya.“Fia” panggil Yuan lagi sambil menyentuh pundak Fia pelan. Sedangkan Fia masih diam tak menyahuti, dengan mata yang tertutup dengan tenang.Yuan mulai berjongkok di samping Fia dan dapat dia lihat mulut Fia yang masih ada sisa-sisa darah. Yuan yang melihat darah itu mulai menggeram marah, dan tanggannya terkepal dengan erat.Sang sosok yang melihat itu, tersenyum puas dengan sorot mata mengejek.Kretek.. kretek...Suara tulang leher yang saling bergesekkah saat sosok tadi menggerakkan kepalanya.“Sialan kau!” desis Yuan dengan sorot mata tajam dan penuh permusuhan.Tanpa di duga, angi
Baca selengkapnya
Chapter 170
Di bawah sana, masih ada perkelahian antara sosok makhluk tadi dengan macan loreng milik Yuan.Tak berselang lama, macan loreng milik Yuan mulai menerjang sosok tadi dengan kekuatan penuh. Karena kekuatan yang kalah kuat, sosok tadi kalah dan menjadi abu dalam sekejap.Setelah kalahnya sosok itu, macan loreng hilang dalam sekejap.Melihat kekalahan sosok tadi Yuan dan Fia mulai sedikit merasa lega, dan kembali melanjutkan langkahnya.Dengan perlahan mereka mulai berjalan menaiki anak tangga. Dengan bantuan dari Yuan, Fia menaiki anak tangga.Sesampainya mereka di lantai dua, Fia mulai melepaskan pegangannya di tangan Yuan. Dengan sorot mata menelisik Fia menatap ke sekelilingnya. Sedangkan Yuan menatap sosok Fia dari belakang. Dia memerhatikan Fia agar tak ada kejadian yang tak di inginkan.Fia mulai berjalan menelusuri koridor lantai dua dengan langkah pelan hingga sampailah dia di depan sebuah ruangan yang pernah dia lihat di dalam mimpi.Ruangan yang cukup lebar dengan beberapa pat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status