All Chapters of A Broken Marriage: Chapter 11 - Chapter 20
90 Chapters
Part 10
“Perasaan ini sangat menyesakkan dan yang kutahu, keinginan terbesarku adalah dengan menghancurkanmu”    Seorang anak laki-laki berlari diatas rerumputan yang terletak dibelakang pekarangan rumahnya. Langkah kakinya yang riang berlari mengikuti arah kupu-kupu yang berterbangan seolah meminta untuk dikejar. Dibelakangnya, seorang balita mungil mengikuti langkah sang kakak. Suara tawa mereka yang riang terdengar seluruh pekarangan hingga membuat kedua pengasuh yang menjaga mereka ikut tertawa melihatnya.      “Kakak...” balita perempuan yang manis dengan baju baby doll mungil berwarna peach itu mengerucutkan bibir tipisnya lantaran kakinya tak sampai mengejar langkah sang kakak. Ia pun menjatuhkan kedua bokong mungilnya diatas rerumputan dan memilih untuk duduk disana.     Anak laki-laki yan
Read more
Part 11
"Ada seribu macam pertanyaan yang bisa tersampaikan dengan baik, namun tak semua memiliki jawaban yang pantas.”    “Duduklah disana.”     Martha, wanita berambut pirang kemerahan itu menunjuk sofa panjang berwarna merah yang terbuat dari bludru mahal miliknya. Salah satu barang mewah yang berada didalam apartemen milik wanita cantik itu. Wanita itu menunjuk kearah benda itu untuk memberitahu sosok yang kini tengah mengekorinya.     Seorang wanita paruh baya yang berjalan dibelakang Martha dengan tatapan menyelidik. Mata besar yang memiliki intan berwarna hijau pekat itu memperhatikan dengan seksama detail mewah dari ruangan yang ia tahu akan menampungnya sampai dirinya bertemu de
Read more
Part 12
"Dari mata turun ke hati, begitu kata yang selalu mereka ucapkan.”     “Brengsek kau, Odelia!” Umpat Jean sebelum mengayunkan tangannya ke arah Odelia. Suara umpatan kasar lelaki itu terdengar jelas bagi siapa saja yang mendengarnya dan pasti menganggap bahwa laki-laki itu akan melancarkan serangan kekasarannya lagi kepada Odelia.     Wanita itu tak sanggup lagi membuka kedua matanya yang sudah tertutup entah sejak kapan. Napasnya sendiri tak terasa saat ia mencoba untuk bernapas, ia takut. Pada detik berikutnya mungkin ia akan terluka. Laki-laki itu pasti akan melukainya. Begitu yang pasti terjadi. Odelia memilih mengubur kesedihannya dalam kegelapan. Ia tak mau melihat Jean yang kasar. Ia tak mau
Read more
Part 13
"Aku tak pernah pantas untuk diakui.”     “Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku gila, mereka bilang aku sudah gila karena terus mengharapkanmu. Aku wanita gila, aku sungguh tergila-gila padamu sampai aku tak merasakan sakit saat kau memukulku. Aku tak peduli seberapa bencinya kau padaku. Aku tak peduli seberapa kasarkan tanganmu menyakiti tubuhku. Selama aku tahu bahwa kau hanya setia kepadaku, aku dapat menerimanya. Aku sungguh mencintaimu sampai aku berpikir mungkin saja aku sudah gila.”     Odelia menatapnya. Menuntut dan meminta dengan paksa. Wanita itu masih berdiri ditempatnya, enggan menjauh dan membiarkan tangannya terjalin begitu saja dengan tangannya. Namun masih dengan tatapan yang sa
Read more
Part 14
"Tak ada yang lebih kau benci selain diriku, dan tak ada yang lebih kucintai selain dirimu.”     Bibir tipis milik lelaki itu pun tersenyum samar. “Dia sedang pergi. Aku hanya berdua saja dengan... pembantuku.”     Suara itu tercekat. Jean enggan menatap langsung ke arah mata kedua tamunya. Pria itu lebih senang mengalihkan perhatiannya ke arah lain, asalkan bukan ke arah Rian atau pun istrinya. Perasaan asing saat mengatakan bahwa wanita itu adalah pembantunya benar-bennar menyisakan ruang yang menyesakkan dihatinya. Jean tak pernah merasakan perasaan asing ini. Hanya, ia tak tahu mengapa hatinya ikut nyeri ketika kata itu terlontar begitu saja dari bibirnya. 
Read more
Part 15
Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta.”     “Dia sedang pergi. Aku hanya berdua saja dengan... pembantuku.”     Wanita itu hanya memperhatikan bagaimana lelaki itu menyebutkan sesuatu tentang dirinya. Dari balik pilar yang menyembunyikan tubuh mungilnya, wanita itu mulai terisak. Ia membekap mulutnya agar suara itu tak terdengar sampai ke ruang tamu sana.     Disini, dibalik pilar yang membatas antara ruang tamu dengan jalan menuju dapur, wanita itu mulai terisak. Sebelah tangannya yang semula tertahan diudara memukul ke arah dadanya. Nyeri, ia berharap pukulannya bisa mengalihkan sakit yang
Read more
Part 16
"Kau yang duduk disana, dan aku ingin menyatakan bahwa aku begitu mencintaimu.”     Adela kembali ke ruang tamu dan menemukan suaminya tengah membaca salah satu majalah olahraga disana. Wajah tenang Rian yang masih menikmati aktivitasnya membolak-balikkan gambar Valentino Rossi terhenti saat melihat kehadiran Adela ditempatnya. Saat ia menengadahkan kepalanya, ia menemukan wajah memerah milik istrinya itu. Hal yang sama ditemukannya kala menyadari bahwa wanita itu baru saja habis meluapkan amarah. Dengan pandangan heran, Rian mengulurkan tangannya pada Adela dan membimbingnya untuk duduk disampingnya.     “Kemarilah sayang. Kulihat keadaanmu sedang tidak baik saat ini.” Ucapnya. 
Read more
Part 17
“Perasaan asing tak bernama itu berdekatan dengan cinta Tapi semakin kucoba untuk menjamahnya, semakin aku merasakan bahwa perasaan itu hanyalah kehampaan semata.”     “Apa masih lama?”     Rian setia memandangi jam tangan besi ditangannya. Sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu sang pemilik rumah memunculkan batang hidungnya. Ia mulai gelisah karena untuk beberapa saat yang cukup lama tak ada tanda kemunculan Jean di ruang tamu ini. Pria itu pergi dan sampai saat ini tak pernah kembali lagi. Terakhir yang ia ingat, lelaki itu hanya pamit untuk menyiapkan makanan. Dan itu pun sudah setengah jam yang lalu.     A
Read more
Part 18
“Aku pikir Aku sudah tiba pada titik jenuh yang kumiliki. Pahit rasanya mengingat bahwa penantian ini terasa sangat sia-sia.”     “Kita akan melakukannya dengan cepat.”     Odelia memperhatikan cerminan dirinya pada kedua mata kelabu milik lelaki itu. Jean benar-benar dalam bayangan dirinya yang sama sekali tak dikenalnya. Baik dulu maupun sekarang. Namun meski tak mengenali pribadi yang sekarang ada dihadapannya, Odelia tak bisa berbuat banyak. Ia yang lemah hanya pasrah saat Jean membuka satu-persatu benda yang melekat pada tubuhnya.     Odelia terdiam memperhatikan bagaimana setiap gerakan yang dibuat ole
Read more
Part 19
"Aku mencari hingga aku merasa lelah. Aku terdiam menunggu kepastian yang sebenarnya aku tahu bahwa itu tak pernah ada." Sepasang mata kelabu itu turun memandangi hamparan rumput yang tumbuh didepan salah satu dari sekian banyak pekarangan yang tumbuh dirumah ini. Sesekali mulutnya menghembuskan asap nikotin yang berasal dari rokok yang ia hisap. Tatapannya nanar, bukan kepada objek yang berada dihadapannya, melainkan pada sosok lain yang kini tak ada bersamanya. Sudah sejak awal, tak ada niatannya untuk memandangi sekumpulan rumput yang tumbuh menjadi satu berwarna kehijauan itu.Sejak tadi pagi, berawal dari keputusannya untuk meliburkan dirinya dari rutinitas kantor yang memuakan, disinilah seorang Jeanattan berakhir. Jika saja ia memutuskan untuk pe
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status